RSS

Analisis Film SICKO

Film sicko merupakan film dokumentasi mengenai health care di AS dengan membandingkannya dengan pelayanan kesehatan di Kanada, Inggris, Perancis serta Kuba. Film tersebut menceritakan tentang asuransi kesehtan yang digunakan sebagian besar penduduk amerika Amerika. Bahkan pemerintah baik senat maupun presiden juga ikut mempromosikan kepada penduduk Amerika agar menggunakan asuransi kesehatan untuk perbaikan atau kesejahteraan mereka. Namun pada kenyataanya dalam mendaptakan asuransi kesehatan, masyrakat dipersulit dalam persyaratannya sehingga hanya seperempat dari penduduk Amerika saja yang mendapatkan asuransi kesehatan. Selain itu, peran pemerintah yang berusaha mengarahkan masyarakat untuk menggunakan asuransi kesehatan sebagai jaminan kesehatan bagi keluarga di Amerika, sebenarnya merupakan peran yang baik dan memang merupakan kewajiban pemerintah untuk berusaha mensejahterakan rakyatnya. Namun ternyata dibalik itu, anggota senat bahkan presiden yang selalu mempromosikan asuransi kesehatan tersebut melakukannya karena terdapat kepentingan lain yaitu menginginkan keuntungan yang diberikan oleh perusahaan asuransi. Banyak anggota senat yang memiliki saham perusahaan asuransi, atau bahkan menjadi CEO perusahaan farmasi, atau berusaha memromosikan asuransi kesehatan agar tetap mendapat bagian keuntungan juga. Bahkan dicontohkan dalam film Sicko, seorang ibu Negara yang awalnya menggembar-gemborkan tentang kesehatan gratis yang kemudian mendapat bagian dari perusahaan asuransi kesehatan membuat ia beralih untuk memromosikan asuransi kesehatan daripada pengobatan gratis.

Susahnya penduduk Amerika untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan yang memadai, apalagi bagi masyarakat miskin. Film ini mengisahkan seolah-olah orang miskin dilarang sakit. Meskipun telah tersedia berbagai macam asuransi kesehatan, tetapi pada film ini menunjukkan betapa banyak penipuan dari perusahaan-perusahaan asuransi. Dokter juga berperan dalam memperbanyak keuntungan bagi perusahaan asuransi tersebut. Dokter bekerjasama dengan perusahaan asuransi kesehatan dengan cara menolak pasien atau mengeluarkan pernyataan bahwa pasien tersebut tidak mengalami penyakit yang berat dan tidak membutuhkan baiaya yang banyak sehingga pasien tersebut tidak dapat mencairkan tunjangan kesehatannya. Semakin banyak dokter yang menolak pasien maka dokter tersebut akan semakin banyak mendapatkan bonus.

Pelayanan kesehatan di Amerika jauh sangat berbeda dengan pelayanan kesehatan di Kanada, Inggris, Perancis serta Kuba. Di negara Perancis, Inggris dan Kanada pelayanan kesehatan bagi warga negaranya di gratiskan. Selain digratiskan, dokternya juga dapat dipanggil ke rumah , bahkan orang yang telah melahirkan akan diberikan layanan pembantu rumah tangga untuk mengurus rumah dan semuanya dibayar oleh pemerintah. Di Inggris ada sebuah rumah sakit yang menyediakan loket untuk memberikan uang transportasi kepada pasien yang hendak pulang. Memang terasa aneh karena selain mendapat pengobatan, pasien juga mendapat uang. Para pasien di bawah usia 16 tahun dan di atas usia 60 tahun mendapatkan pelayanan gratis serta ada banyak kasus di mana subsidi diberikan kepada banyak orang. Terlepas dari seluruh biaya kesehatan yang ditanggung oleh Layanan Kesehatan Nasional, masyarakat hanya membayar ganti ongkos resep sebesar kurang lebih 6 poundsterling. Di Kanada pun demikian bahkan ada warga Amerika yang mengunjungi Kanada hanya untuk berobat dengan alasan Kanada lebih terbuka dalam masalah kesehatan dan melayani pasien yang membutuhkan. Pelayanan kesehatan di Kuba mudah diakses oleh seluruh rakyat tanpa mengeluarkan biaya terlalu banyak. Di Amerika bahkan orang sakit diusir dari rumah sakit karena tidak mampu membayar. Film Sicko juga menceritakan pahlawan 9/11 yang mengalami masalah kesehatan saluran pernafasan dan trauma . Mereka mengalami kesulitan untuk mengakses fasilitas kesehatan dan akhirnya malah diobati di Kuba. Obat yang di Amerika dijual dengan harga USD 120, di Kuba hanya berharga USD 0.05.

Film Sicko memperlihatkan adanya konflik peran yang dirasakan beberapa orang dari pegawai asuransi dan pihak dokter. Bagi pegawai asuransi, peran yang harus dijalankannya adalah melaksanakan program perusahaan yang telah ditentukan dan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan tempat ia bekerja. Namun, di satu sisi pegawai asuransi tidak ingin menolak permintaan masyarakat yang mengajukan untuk mendapat asuransi kesehatan ke perusahaannya karena itu bertentangan dengan norma kemanusiaan dan kata hatinya. Sedangkan bagi dokter, diharuskan menolak pasien minimal sebanyak 10% dari total pasien untuk mendapat keuntungan yang dijanjikan oleh pihak perusahaan asuransi. Di satu sisi, sebagai seorang dokter tidak menginginkan untuk menolak pasien atau mengeluarkan pernyataan palsu tentang keadaan pasien, karena hal tersebut tidak sesuai dengan kode etik kedokteran. Setiap dokter menginginkan dapat menolong semua pasiennya, namun berharap tidak mengurangi pendapatan atau upah yang memang seharusnya dokter dapatkan. Seperti yang ditunjukkan oleh dokter-dokter yang bekerja di negara Kanada, Inggris, dan Perancis, yang mana mereka digaji oleh pemerintah dengan upah yang sesuai dengan hasil kerja mereka. Sehingga dokter-dokter disana dapat menolong pasien dengan tenang tanpa peduli bagaimana mendapatkan pendapatan tambahan dari pekerjaannya tersebut.

Pelayanan kesehatan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan pelayanan kesehatan di Amerika. Jika di Amerika ada layanan kesehatan berupa asuransi kesehatan, maka di Indonesia ada layanan kesehatan yaitu berupa kartu BPJS kesehatan. Pemerintah berusaha mengarahkan masyarakat untuk membuat dan memiliki kartu BPJS kesehatan sebagai upaya jaminan kesehatan warga negara. Namun pada kenyataanya dalam mendapatakan kartu BPJS kesehatan, masyrakat dipersulit dalam persyaratan dan prosedur penggunaanya sehingga hanya sebagian dari penduduk Indonesia saja yang memiliki kartu BPJS kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya dipercayakan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Penerapan BPJS Kesehatan masih memiliki persoalan dalam banyak hal. Sejak proses aktivasinya, BPJS menerapkan aturan bahwa kartu pengguna BPJS baru bisa aktif sepekan setelah pendaftaran diterima Padahal sakit yang menimpa seseorang tidak terduga dan tidak mungkin dapat ditunda. Rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk oleh BPJS kesehatan juga terbatas dan tidak fleksibel. Peserta BPJS kesehatan hanya diperbolehkan untuk memilih satu fasilitas kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tidak dapat ke fasilitas kesehatan lain meskipun fasilitas kesehatan lainnya juga bekerjasama dengan BPJS kesehtan. Keterbatasan tersebut menyulitkan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. Rumitnya alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan alur pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta wajib terlebih dulu ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, yaitu puskesmas.

Adanya kesenjangan dalam pelayanan kesehatan juga terjadi di Indonesia, dimana pasien yang menggunakan kartu BPJS kesehatan dengan pasien yang tidak menggunakan BPJS kesehatan sangat terlihat. Pasien yang menggunakan BPJS kesehatan akan ditempatkan di bangsal yang sempit sedangkan pasien yang tidak menggunakan BPJS kesehatan akan ditempatkan di paviliun atau ruangan VIP. Dalam mendapatkan pelayanan kesehatan juga sangat berbeda, dimana pasien BPJS akan mendapatkan obat yang berbeda dengan pasien non BPJS. Perawat yang memberikan pelayanan pada pasien BPJS akan bersikap tidak ramah bahkan tidak teliti sedangkan perawat yang berada di paviliun akan bersikap ramah dan terkadang mengalah terhadap apa yang diinginkan pasien. Di Indonesia juga pernah mengalami kasus dimana pasien dibuang di pinggir jalan oleh pihak rumah sakit karena tidak dapat membiayai pengobatan penyakitnya dirumah sakit, padahal pasien tersebut sudah lansia.

Kondisi kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan yang buruk membuat kesehatan menjadi sesuatu yang mahal. Harga obat dan rumah sakit membumbung tinggi tanpa adanya kontrol. Adanya penyakit malah membuat banyak pihak yang terkait dengan badan-badan kesehatan mendapat untung. Pelayanan kesehatan didasarkan atas berapa tebal kantong yang sanggup kita bayarkan demi kesembuhan kita. Selain biaya pengobatan yang tinggi dunia kesehatan kita juga diperburuk dengan beredarnya obat-obat palsu, selain itu penyakit juga dijadikan sebagai alat pelindung bagi para koruptor yang akan menjalani persidangan hingga luput dari tuntutan jaksa. Siapa yang menjadi korban keburukan sistem pelayanan kesehatan yang buruk tersebut ? orang miskinlah yang menjadi korban. Mereka tidak pernah mendapat layanan kesehatan yang maksimal sementara orang-orang berduit dengan mudahnya menikmati fasilitas pengobatan yang terbaik di rumah sakit internasional dengan fasilitas layaknya hotel berbintang. Betapa buruknya sistem kesehatan di Indoenesia yang tak adil dan diskriminatif.


0 Comments Add Yours ↓

  1. 1

    Lanjutkan ngeblog, tulisannya bermanfaat 🙂

  2. 3

    Tulisannya menarik semoga pembaca mengetahui tentang asuransi di Amerika. semangat menulis 🙂 😉

  3. 4

    yeeey tambah wawasan lagi, makasih bu dyah

  4. 5

    kalo bisa sumbernya dilengkapi yaa. itu film yg buat siapa gitu.

  5. 6

    terimakasih dia sudah mau berbagi ilmu dengan kami 🙂
    sangat bermanfaat, lanjutkan menulis



Your Comment to Diah Rohmatul Laeli

You must be logged into post a comment.