• Jihad Ala Teroris

    Hai hai hai para blogger yang sedang berbahagia.

    Kali ini saya akan memposting tugas mata kuliah semester IV yaitu penulisan karya ilmiah populer. Nah penulisan karya ilmiah populer ini merupakan sebuah karya tulis yang berasal dari fakta-fakta yang ada di masyarakat dan berita yang sedang up to date. Jadi dalam mata kuliah ini, ,mahasiswa diminta untuk membuat opini dari berita yang sedang aktual di masyarakat kemudian mengupload ke media cetak. Biasanya kalian akan menemukan opini di dalam sebuah koran tapi kali ini kalian bisa menemukan opini di dalam blog kalong kuning saya. Jadi, tidak perlu beli koran dulu kan hehe. Silahkan yang mau baca opini saya langsung saja check it out…

                                                                                    Jihad Ala Teroris
    Serangan yang diduga “bom bunuh diri” terjadi di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/05/2017) malam yang menyebabkan tiga orang polisi yang sedang menjaga pawai obor meninggal dan dua orang yang diduga pelaku tewas. Aparat kepolisian memastikan ada dua kali bom bunuh diri di dalam peristiwa ledakan di Kampung Melayu. Kepala Divisi Humas Polri Ijen Setyo Wasisto mengungkapkan berdasarkan keterangan saksi bahwa ledakan yang pertama kali terjadi pada pukul 21.00 WIB kemudian disusul ledakan kedua yang terjadi dengan hanya berselang 5 menit setelah ledakan pertama itu.
    Tidak hanya sekali ini saja Jakarta mendapatkan teror bom semacam ini, masih jelas di ingatan kita bahwa beberapa waktu yang lalu di kawasan sekitar Sarinah, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat sempat dihebohkan dengan teror bom yang membuat risau seluruh warga Jakarta. Saat ini ancaman para terorisme memang semakin membuat resah masyarakat di Indonesia tidak hanya di Ibukota saja. Belakangan ini, bibit-bibit terorisme di Indonesia tampaknya semakin berkembang dengan cepat. Sebagian besar para pelaku terorisme ini adalah anak usia muda yang sedang berada pada periode sulit dalam kejiwaan ketika mereka menyadari dirinya sebagai individu yang berdiri sendiri. Karena merasa dirinya rapuh, mereka akhirnya mencoba untuk mencari identitas diri dengan cara bergabung dengan teman-teman sebayanya dan membentuk sebuah kelompok tertentu.
    Secara garis besar, teroris dapat diartikan sebagai kumpulan orang yang gagal mendapatkan makna hidup dari perjalanan hidup yang sebelumnya dan kemudian menemukan sebuah kelompok yang menawarkan “makna hidup” yang baru sekaligus makna kematian kepada mereka. Makna-makna yang ditawarkan oleh kelompok teroris ini biasanya didasarkan atas penafsiran keyakinan dan tujuan yang keliru dengan motif mengalahkan apa yang mereka anggap sebagai musuh mereka. Keberadaan teroris dianggap berbahaya karena kelompok ini mudah mengkafirkan orang yang tidak seagama dengan mereka maupun menganggap sesat orang-orang yang beragama tetapi tidak memiliki paham yang sama dengan penafsiran mereka. Pada kasus bom bunuh diri yang terjadi di Kampung Melayu beberapa waktu yang lalu menyadarkan kita bahwa bahaya terorisme di negeri ini semakin berkembang dengan berbagai ancaman yang diberikan baik melalui aksi bom bunuh diri atau teror-teror lain yang membuat masyarakat menjadi takut.
    Emile Durkheim memandang bahwa bunuh diri altruistik terjadi ketika integrasi sosial yang ada di dalam suatu kelompok terlalu kuat. Secara lebih umum, orang-orang yang melakukan bunuh diri altruistik melakukannya karena mereka merasa bahwa bunuh diri merupakan bagian dari tugas yang harus mereka jalankan. Kemungkinan seseorang untuk melakukan bunuh diri berasal dari harapan karena tergantung pada kepercayaan-kepercayaan akan perspektif-perspektif yang indah di luar kehidupan ini. Mereka yang melakukan aksi bunuh diri dengan menggunakan bom menganggap bahwa tindakan yang dilakukannya adalah benar dan “sah” di mata Tuhan karena bagi mereka aksi itu merupakan salah satu jihad di jalan nya. Banyak orang menganggap bahwa teroris identik dengan Islam. Lalu yang kemudian menjadi pertanyaan saya adalah mengapa agama Islam yang begitu suci diberikan labeling yang begitu menghinakan ini?
    Islam sejatinya tidak pernah mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain apalagi mengharuskan seseorang untuk berjihad dengan cara menyakiti dirinya sendiri apalagi dengan menggunakan bom bunuh diri. Kesalahan terbesar seseorang yang memandang Islam sebagai agama yang identik dengan terorisme disebabkan oleh minimnya pengertian tentang jihad di kalangan umat non-islam. Penafsiran kata jihad sebagai aksi revolusioner seperti ini yang kemudian cenderung menghalalkan segala aksi kekerasan dalam praktek pelaksanaanya. Aksi-aksi terorisme yang banyak dilakukan oleh para kelompok dengan menggunakan bom bunuh diri dan mengatasnamakan Islam sebagai bentuk jihad semakin membuat makna jihad identik dengan terorisme bahkan membuat ajaran Islam menjadi identik dengan kekerasan karena dianggap oleh sebagian besar orang sebagai pembenaran atas aksi-aksi teror tersebut. Jika kita lihat jihad pada dasarnya memiliki makna
    “ berjuang dengan sungguh-sungguh” dengan maksud untuk melawan suatu keburukan atau kejahatan yang datang dari dalam diri atau dari luar diri seorang muslim. Namun, orang yang tidak mengetahui makna nya secara persis justru mengartikan jihad sebagai sebuah peperangan untuk melawan orang yang kafir.
    Makna jihad yang diyakini para teroris memang benar menurut “versi” mereka karena bagi mereka itulah cara untuk dapat masuk surga dan bertemu dengan Tuhan. Aksi bom bunuh diri yang terjadi di Kampung Melayu pada rabu lalu membuat Islam menjadi agama yang seakan-akan dipandang sinis oleh sebagian besar orang yang tidak mengerti akan makna Islam yang sebenarnya. Setelah peristiwa ledakan, di media sosial mulai banyak bermunculan foto dan video yang menunjukkan korban ledakan aksi bom bunuh diri tersebut. Tanpa kita sadari sebenarnya jika semakin banyak masyarakat yang menyebarluaskan foto atau video peristiwa ledakan itu, maka secara tidak langsung kita membantu menyebarkan ketakutan dan teror yang menjadi tujuan utama dari aksi para terorisme. Hal tersebut membuat teroris menjadi semakin bangga karena publikasi merupakan oksigen bagi para terorisme. Seketika setelah himbauan dari pihak Dwan Pers untuk tidak menyebarkan luaskan foto dan video ledakan di Kampung Melayu tersebut, #KamiTidakTakut menjadi viral di media sosial saat itu juga.

    Categories: Kumpulan Tugas Sosiologi dan Antropologi

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: