• Mengeskplor Minang Lebih Dalam (Minggu ke 2)

    Hai blogger kali ini saya akan menceritakan aktivitas saya selama seminggu ini di Padang nih. Pada postingan di minggu ke 2 saya di Padang kali ini saya pergi jalan-jalan ke pasar raya dan museum adityawarman. Buat kalian yang pengen tau lebih lanjut silahkan baca postingan ini sampai selesai yaa. check it out

    Hari senin sampai dengan kamis saya dan Nurul masuk kuliah perdana disini. Suasana kelas memang sedikit berbeda dimana kelasnya terasa cukup panas karena memang faktor bangunan yang terbuat dari kaca.
    Gedung yang kami tempati untuk kuliah merupakan gedung kelas yang baru dibangun dan baru saja diresmikan oleh wakil presiden republik Indonesia Jusuf Kalla pada juli 2017. Sebelumnya hampir semua gedung yang ada di UNP rusak karena terkena dampak dari gempa bumi yang terjadi pada tahun 2009. Gedung-gedung baru yang dibangun disini memang menjulang tinggi dan terbuat dari kaca karena sengaja dirancang seperti itu agar nanti saat air laut mulai naik ke permukaan hingga menyebabkan tsunami gedung-gedung itu diharapkan mampu untuk menahan air agar tidak langsung mengenai masyarakat yang tinggal di sekitar unp. Kos tempat tinggal saya masuk ke dalam kategori zona merah dan hal tersebut sempat membuat saya menjadi takut dan parno terhadap tsunami.

    Akhir pekan pada hari Sabtu, 4 November 2017 saya dan Nurul berinisiatif untuk jalan-jalan ke pasar tetapi karena ada salah satu anak kos yang merasa kasihan jika kami tidak ada yang menemani akhirnya Milla bersedia untuk menemani kami ke pasar raya. Untuk bisa sampai ke pasar raya kita hanya perlu menaiki angkutan kota 1 kali dari depan basko mall. Setelah sampai di pasar raya banyak pedagang yang menawarkan dagangannya mulai dari ujung pertama yang kami lewati ada pedagang buah-buahan, lalu ada pedagang baju dan kerudung sampai di paling ujung terakhir ada penjual makanan dan minuman. Di pasar, saya membeli kerudung 2 dan nurul membeli kerudung 1 setelah puas untuk berbelanja kami ke tempat yang berjualan makanan. Milla mengajak kami untuk makan kerupuk yang katanya wajib dicoba oleh orang yang datang ke pasar raya yaitu karupuak leak.

    Karupuak leak (kerupuk ubi)

    Karupuak leak (kerupuk nasi)

    Kerupuknya ada 3 macam yaitu kerupuk nasi (kalo orang jawa bilang kerupuk gendar), kerupuk ubi dan kerupuk opak. Kemudian kerupuk itu diberi tambahan mie diatasnya, untuk mienya sendiri tersedia dua pilihan yaitu mie bihun dan mie kuning. Setelah memutuskan untuk memilih kerupuk ubi dengan tambahan mie kuning kemudian penjual mulai menyiramkan sambal khas padang dan juga sambal pedas. Walaupun hanya sebuah kerupuk sederhana tetapi rasanya sangat istimewa. Ada sensasi pedas saat kita memakannya. Kerupuk ini diberi harga Rp 2500 – 4000 saja cukup terjangkau untuk kantong mahasiswa seperti kami. Karupuak leak merupakan sebutan khas dari minang yang berarti kerupuk yang berantakan. Mengapa disebut berantakan karena memang saat memakannya kita tidak diberikan tempat khusus tetapi kerupuk hanya dipegang dengan tangan saja dan itu yang terkadang membuat mie dan sambal menjadi tumpah. Setelah kenyang menyantap karupuak leak kami melanjutkan perjalanan untuk melihat-lihat jajanan khas pasar tersebut lalu saat melewati sebuah gerobak yang bertuliskan “pisang apit” Milla kembali mengajak kami untuk membelinya.

    Pisang apit dengan taburan kelapa gula merah

    Pisang tersebut merupakan pisang kepok yang dibakar kemudian saat masih panas dijepit dengan alat yang tersedia dan diberi taburan diatasnya sesuai dengan selera dan pilihan pembeli. Untuk taburannya sendiri ada beberapa macam yaitu (kelapa gula merah, kelapa gula putih atau meses). Harga yang dipatok untuk pisang ini juga sangat terjangkau yaitu 2000 per buah.

    Malam harinya saya, Nurul, Milla dan kak Fina bernyanyi bersama-sama sambil menikmati rintik hujan yang terdengar dari atas atap rumah kos kami. Milla dan kak Fina meminta untuk diajarkan lagu via vallen yang berjudul “sayang” karena memang lagu tersebut sedang hits disini. Hingga akhirnya saya pun mengajarinya, dengan sedikit kesulitan karena tidak terbiasa Milla dan kak Fina terlihat serius ingin bisa berbicara dalam bahasa jawa. Saya pun semakin bersemangat untuk mengajarkan bahasa jawa kepada mereka secara perlahan-lahan.

    Lalu pada Minggu, 5 November 2017 saya dan Nurul pergi ke taman budaya Padang yang pada beberapa hari lalu terdapat pamflet di kampus yang bertuliskan bahwa di taman budaya tersebut akan diadakan sebuah pertunjukkan seni. Kami pun menuju kesana menggunakan angkutan kota. Karena memang disini kami hanya bisa mengandalkan angkutan kota jika ingin pergi. Dengan hanya membayar angkot sejumlah Rp 4000 kami sudah sampai di tempat tujuan. Awalnya kami sempat bingung karena saat kami turun tidak nampak sebuah taman budaya di sebrang jalan namun karena kami penasaran kami pun mendatangi tempat tersebut. Ternyata setelah dilihat dari dekat tempat tersebut adalah museum adityawarman bukan taman budaya. Karena rasa penasaran kami mengenai apa saja yang ada di dalam museum tersebut akhirnya saya dan Nurul membeli tiket masuk sebesar Rp 3000. Kami pun mulai menelusuri isi di dalam museum tersebut satu persatu mulai dari sebuah ruangan yang berisikan tentang asal usul rumah minang hingga kami masuk ke dalam satu ruang yang membuat kami sangat penasaran namun takut untuk melihat ke dalamnya yaitu museum bencana kota Padang.

    Foto para korban gempa

    Dokumentasi di museum berupa retaknya jalan saat gempa

    Foto korban yang berhasil di evakuasi

    Saat memasuki ruangan tersebut kami disambut oleh beberapa foto korban gempa yang telah meninggal dalam tragedi gempa yang berkekuatan 7,9 Skala Reichter pada 30 September 2009. Tidak hanya itu, di dalam museum itu terdapat banyak sekali koleksi foto saat gempa terjadi mulai dari foto evakuasi korban, foto bangunan yang rusak akibat gempa, foto korban dengan penuh luka yang sedang berjuang untuk menyelamatkan dirinya dan lain sebagainya. Saya merasa ikut sedih saat melihat satu demi satu bingkai foto di dalam ruangan tersebut sekaligus merasa was-was karena tanah yang saat ini sedang saya pijak dahulu juga rusak berantakan akibat gempa dahsyat tersebut. Seketika pikiran saya menjadi kacau dan memikirkan bagaimana jika nanti saat ada gempa dahsyat itu lagi saya masih berada disini dan apakah ini memang sudah menjadi takdir Tuhan agar saya bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

    Setelah cukup lama berada di ruang bencana tersebut saya kemudian memutuskan untuk pindah ke ruangan lain. Ruangan selanjutnya yang kami kunjungi adalah “Pameran Budaya Suku Mentawai”.

    Pameran Budaya Suku Mentawai

    Di dalamnya terdapat banyak sekali informasi tentang suku Mentawai mulai dari asal usul nama penduduk suku Mentawai, bentuk rumahnya yang khas, peralatan sehari-hari hingga flora dan fauna khas yang ada disana. Semuanya sangat menarik bagi saya karena ini merupakan perjalanan sejarah yang menyenangkan. Dibalik kaca yang berisikan miniature dan benda-benda tiruan dari Mentawai yang berisikan informasi tersebut menambah wawasan kebudayaan saya mengenai Mentawai. Yang ada di benak saya saat itu adalah terdapat sebuah harapan untuk bisa melihat secara langsung kebudayaan disana dan lebih dekat dengan suku Mentawai.

    Tidak selesai sampai disitu, karena di salah satu ruangan yang terakhir terdengar suara musik yang cukup keras dari dalamnya yang membuat kami penasaran. Kemudian kami pun masuk ke dalam ternyata di dalam sedang ada sebuah lomba pertunjukkan seni tari Minang tingkat TK, SD, SMP, dan SMA Se-Sumatera Barat.

    Penampilan Tari Piring anak SD

    Kami sempat melihat beberapa penampilan saja karena memang saat kami datang hari sudah mulai sore sehingga pertunjukkan sudah hampir selesai. Namun belum selesainya pertunjukkan kami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena takut terlalu larut pulang ke kos. Akhirnya kami pulang ke kos pada pukul 17.00 WIB dengan angkutan umum.

    tunggu cerita selanjutnya yang akan terus saya post disini jadi stay tune yaps 🙂

    Categories: Singgah Di Tanah Minang

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: