• Kampuang Pondok dan Pengobatan Personalistik Di Minang (Minggu ke 5)

    hai hai para blogger. ketemu lagi nih sama saya pemilik akun blog kalong kuning. kali ini saya akan membagikan pengalaman baru yang saya alami di Padang pada minggu ke 5 nih.Bbuat kalian yang penasaran yuk langsung aja baca postingan berikut ini mengenai kampuang pondok dan pengobatan personalisitik di Minang. check it out…

    Sabtu, 25 november 2017. Saat saya ingin menuju kamar mandi, diluar bel berbunyi dan setelah di intip dari jendela ternyata ada seorang laki-laki paruh baya yang sedang menunggu dibukakan pintu. Dengan segera Milla mengambil kunci dan membuka pintu. Laki-laki paruh baya tersebut kemudian masuk ke dalam rumah dan saya masih berada di dalam kamar. Terdengar suara bapak tersebut ingin bertemu dengan mahasiswa yang dari semarang. Ternyata saya tidak salah dengar, Milla mendatangi kamar saya dan mengatakan bahwa di depan ada bapak kos yang ingin bertemu. Lalu dengan segera saya mengambil kerudung dan menemui beliau bersama dengan Nurul. Bapak itu bernama pak Azmi, dulu beliau adalah seorang pemberi akreditas untuk universitas di Indonesia (BAN-PT). Beliau juga mengatakan bahwa sempat ke Unnes tetapi sudah lupa siapa temannya dulu yang ada disana. Usia beliau 80 tahun jadi daya ingatnya sudah tidak terlalu kuat untuk mengingat sesuatu yang sangat lama. Beliau bahkan sudah pernah sampai di Jayapura untuk memberikan akreditas ke universitas disana. Dulu, rumah yang sekarang saya dan teman-teman mahasiswa tempati ini adalah rumah beliau dan keluarganya sebelum akhirnya gempa pada tahun 2009 menimpa kota Padang dan membuat pak Azmi beserta keluarga menjadi sedikit trauma dan memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih tinggi.

    Pukul 13.00 wib selepas sholat dzuhur saya dan Nurul berangkat menuju halte trans Padang menuju ke “pondok”. Tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara bus trans Padang dan Semarang hanya saja di dalam bus trans Padang terdapat sebuah benda yang merupakan palang pintu agar penumpang tidak ada yang berdiri di dekat pintu. Harga yang dipatok pun sama yaitu Rp 3500 untuk umum dan Rp 1500 untuk pelajar. Sampai di halte pasar raya kami turun dan berjalan di sepanjang pasar raya tersebut mencoba mencari angkutan berwarna merah yang menuju ke kampung pondok. Tetapi saat melewati tukang jajanan gerobak yang berbaris di sepanjang jalan pasar raya, saya melihat ada makanan yang unik dan baru pertama saya melihatnya. Akhirnya dengan penuh rasa penasaran saya mengajak Nurul untuk menghampiri gerobak tersebut. Saya mencoba menanyakan berapa harga satu buah nya kemudian ibu penjual menjawab 1 buah dihargai dengan Rp 1000. Saya memutuskan untuk membeli 5 buah. Sambil ibu itu memasukkan satu demi satu kue tersebut ke kantong plastik yang berada di tangannya, tak lupa saya seperti biasa bertanya-tanya tentang makanan tersebut. Penjual tersebut bernama bu Pipi dan pak Ade. Ternyata nama kue itu adalah “bika”. Bika merupakan makanan tradisional khas dari Pariaman. Mereka sudah berjualan bika atau kue singgang (dalam bahasa Minang) selama 15 tahun. Lalu tak lupa saya juga menanyakan apa saja bahan-bahan untuk dapat membuat bika tersebut. Bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah tepung beras, kelapa, gula pasir dan diberi tambahan sedikit tape. Cara memasaknya adalah dengan di panggang. Jika semua adonan sudah tercampur menjadi satu langkah selanjutnya adalah memasukkan adonan tersebut sedikit demi sedikit ke dalam cetakan yang sudah disiapkan dengan lapisan daun baru diatasnya.

    Cetakan kue singgang

    Daun baru untuk lapisan kue singgang

    Kue singgang

    Jika di Jawa namanya daun waru. Lalu saya bertanya kembali kenapa harus menggunakan daun baru. Beliau menjawab jika diberi lapisan daun baru maka aroma dan rasa yang dihasilkan akan lebih nikmat. Kemudian, setelah semua adonan sudah dimasukkan ke dalam cetakan yang dilapisi daun baru langkah selanjutnya adalah menyusunnya di atas loyang berukuran sedang. Setelah tersusun rapi batulah loyang tersebut diletakkan diatas bara api yang lumayan besar hingga kurang lebih selama 10 menit.

    Setelah rasa penasaran saya sudah berubah menjadi pengetahuan baru tentang salah satu jajanan tradisional Minang tersebut saya dan Nurul memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Arti kata “perjalanan” disini adalah benar-benar jalan yang sesungguhnya tidak menggunakan transportasi. Entah sudah berapa kilometer kita mencari letak kampung pondok dan sudah berapa kali bertanya kesana kemari. Ditemani sinar matahari yang masih bersinar terang di langit Padang kami masih bersemangat untuk mencari tau apa yang sebenarnya ada di kampung pondok tersebut. Setelah berjalan cukup jauh dari pasar raya, akhirnya kami mulai melihat ada sebuah tanda-tanda keberadaan kampung pondok. Menurut informasi dari orang-orang sekitar, kampung pondok merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat tinggal orang-orang tionghoa. Benar saja, kami menemukan sebuah rumah duka dengan gerbang yang lumayan megah di persimpangan jalan.

    Rumah duka HBT

    Perumahan tanah kongsi yang mayoritas tempat tinggal orang tioghoa

    Lalu kami terus menelusuri masuk ke dalam gang di tanah kongsi berharap kami dapat segera menemukan kampung pondok tersebut. Saat melihat plang dengan tulisan ketua Rt saya mengajak Nurul untuk bertanya kepada pak Rt. Dari perbincangan kami dengan pak Rt, kami mendapatkan info bahwa di Rt 03 Rw 03 Kelurahan Kampung Pondok Kecamatan Padang Barat ini 90% masyarakatnya adalah keturunan tionghoa. Di kampung ini ada berbagai macam agama diantaranya hindu, budha, kristen, konghucu dan islam. Mereka semua hidup berdampingan tanpa ada konflik yang menyertai. Setelah itu pak Rt menyarankan kepada kami jika ingin mengetahui informasi lebih lanjut maka kami disuruh datang ke kantor kelurahan karena data-data yang ada disana cukup lengkap. Kemudian pak Rt mengatakan bahwa beliau ingin bertemu dengan seseorang sehingga beliau tidak bisa berlama-lama menjelaskan tentang warga kampung disini. Saya dan Nurul pun berpamitan dengan pak Rt. Setelah itu kami menelusur sepanjang kampung pondok yang memang mayoritasnya berisikan orang-orang bermata sipit dan berkulit putih. Lalu kami berjalan menuju jalan hos cokroaminoto sejauh 1km sebelum akhirnya kami tiba di jalan dobi. Menurut informasi yang kami dapat sari salah satu masyarakat mengatakan bahwa di sekitar kampung dobi tersebut juga terdapat beberapa agama yang dipeluk oleh masyarakatnya. Namun, saat kami sampai disana tidak ada masyarakat yang keluar rumah sehingga kami hanya melihat-lihat saja kemudian setelah itu karena melihat Nurul sudah mulai pucat dan lemas akhirnya saya memutuskan untuk mengajaknya pulang. Pukul 16.00 wib kami tiba di kos kemudian setelah itu hujan turun dengan deras hingga malam.

    Minggu, 26 November 2017. Dari semalam hujan terus mengguyur kota Padang hingga pagi hari ini. Karena cuaca yang tidak mendukung untuk pergi ke lokasi penelitian akhirnya selepas sholat subuh saya memutuskan untuk tidur kembali sebentar. Setelah itu saya dan Nurul pergi mencari makan keluar. Saya membeli sayur sawi putih dan telur untuk persediaan masak nanti. Siang harinya hujan masih tetap mengguyur daerah sini ditambah dengan angin badai yang membuat saya takut. Pukul 12.30 wib saya menyuruh Nurul untuk menghubungi pak Anto yang merupakan dukun palasik yang akan saya wawancarai hari ini. Setelah beberapa kali menghubungi dan tidak mendapatkan respon, untuk yang terakhir kalinya akhirnya beliau mengangkat telfon kami. Beliau mengatakan bahwa sekarang sedang ada di rumah yang beralamat di Kurao Pagang. Saya pun mengatakan bahwa kami ingin bertemu dengan beliau dan kami membuat janji jam 15.00 wib. Karena lama menunggu gojek dan hujan yang sempat turun sebentar.

    Saya dan Nurul sampai di rumah dukun tersebut pukul 15.30 wib. Lalu kami memulai proses wawancara dengan pak Anto. Pukul 16.00 wib pak Anto mengatakan bahwa beliau ada janji dengan orang lain untuk mengobati penyakitnya kemudian beliau juga menawari kami untuk ikut melihat proses pengobatan tersebut. Dengan senang hati saya dan Nurul menerima ajakan beliau. Setelah menelusuri jalan sejauh 6 km akhirnya kami sampai di rumah pasien tersebut. Pasien tersebut bernama Lisa. Lisa sudah satu tahun terakhir menderita seperti penyakit kulit. Namun setelah berobat ke dokter dan minum obat sakitnya tidak kunjung sembuh juga. Oleh karena itu saudaranya yang sebelumnya pernah berobat dengan pak Anto menyarankan untuk berobat ke beliau. Dengan menggunakan air, jarum, jeruk nipis, jeruk purut daan jeruk konci pak Anto mulai membaca jampi-jampi dan kemudian membelah jeruk jeruk tersebut satu persatu. Lalu pasien diminta untuk memegang masing-masing jenis jeruk sebanyak 3 buah sembari pak Anto membaca jampi-jampi.

    Pak Anto sedang menyiapkan ramuan untuk pasien

    Proses pengobatan

    Setelah itu jeruk yang dipegang itu dibuka isinya oleh pak Anto yang dimasukkan ke dalam air yang sudah diberi jampi-jampi tadi. Pak Anto mengatakan bahwa air tersebut harus digunakan untuk mandi pada hari malam rabu. Setelah itu pak Anto meminta air di dalam teko yang kemudian dibacakan doa oleh beliau dan meminta Lisa untuk meminumnya hingga habisa lalu memuntahkannya kembali agar zat-zat penyebab penyakit yang ada di dalam tubuhnya keluar. Ternyata benar setelah meminum air satu teko, Lisa memuntahkan sesuatu yang berwarna hitam seperti kerikil dari dalam mulutnya. Lalu pak Anto mengatakan bahwa itu adalah penyebab sakitnya yang bisa berasal dari makanan atau pakaian yang diberikan oleh orang lain. Pak Anto lalu menyuruh ibu dari Liza untuk mencarikan sabun colek, arang, bilao dan juga jeruk nipis untuk kemudian dicampurkan menjadi satu dan didoakan oleh pak Anto. Ramuan tersebut diminta untuk dioleskan ke bagian tubuh yang sakit setiap kali mau tidur. Setelah selesai melihat proses pengobatan yang dilakukan oleh pak Anto akhirnya setelah maghrib kami pulang ke kos. Saat menunggu gojek datang sempat turun hujan hingga akhirnya pukul 21.00 wib kami sampai di kos.

    sekian dulu ya cerita saya kali ini mengenai hal-hal baru yang saya dapatkan di Minang minggu ini. buat kalian yang sudah baca postingan saya jangan lupa tinggalkan komentar untuk perbaikan saya dalam menulis blog. terima kasih and see you 🙂

    Categories: Singgah Di Tanah Minang

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: