• Penyakit Tasapo Di Minang

    hai hai kali ini saya akan memposting salah satu tugas mata kuliah antropologi kesehatan yang sedang saya tempuh di semester 5 ini. Tugasnya yaitu mengenai salah satu penyakit yang berhubungan dengan hal-hal supranatural atau personalisitik. Kali ini saya mengkaji tentang sebab-sebab penyakit tasapo yang ada di Minang. buat kalian yang penasaran yuk langsung aja baca postingan dibawah ini yaa…

    Pada hari Rabu, 31 Oktober 2017 Saya melakukan wawancara secara langsung dengan seseorang yang berasal dari jorong (dusun) Pinangsinowah Luak Kapau, Kecamatan Moarolabuh. Kabupaten Solok Selatan. Di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mempercayai dan mengandalkan sistem medis tradisional. Saat saya bertanya dengan informan tentang dukun kampung yang biasa menyembuhkan penyakit, ka Widya justru menjawab seperti ini:
    “ Di desa akak tu dek ndak buliah mangecek’an dukun, jadi orang yang bisa menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan makhluk halus tu namanyo paete”

    Orang yang bisa menyembuhkan penyakit yang bersifat personalistik untuk laki-laki biasanya disebut dengan sebutan paete sedangkan jika orang tersebut adalah wanita disebut dengan ete. Jika di Jawa kita biasa mengenalnya dengan istilah dukun. Di desa tersebut orang yang pintar dalam mengobati penyakit personalistik tidak dikenal dengan istilah dukun bahkan orang yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut tidak mau disebut dukun karena menurut mereka dukun itu dekat dengan hal-hal yang musrik sedangkan disini paete dalam menyembuhkan penyakit tidak meminta bantuan jin atau setan tetapi lebih kepada doa-doa yang ada di ayat suci al-quran. Hal tersebut dikarenakan di Minang kedudukan paling tinggi adalah agama dan tidak heran jika disini orang-orangnya sangat religius.

    Di Pinangsinawoh Luak Kapau pengobatan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengobatan tingkat atas, pengobatan tingkat menengah dan pengobatan tingkat rendah. Pengobatan tingkat atas biasanya sudah masuk kategori penyakit yang berat-berat dan paete akan menyarankan untuk berobat ke tempat lain (dokter). Sedangkan untuk pengobatan tingkat menengah dan rendah biasanya paete akan mengobatinya secara langsung tergantung jenis penyakit yang diderita oleh pasien dan penyebabnya. Pada pengobatan kelas rendah penyakit yang diderita adalah tasapo dan paselisihan. Tasapo merupakan sebutan orang lokal untuk mendefinisikan kondisi seseorang yang sedang terkena demam tinggi dan tidak kunjung turun panasnya hingga beberapa hari. Tasapo disebabkan oleh gangguan makhluk halus yaitu jin yang menyapa manusia. Penyakit ini bisa menyerang orang dewasa maupun anak-anak. Penyebab datangnya tasapo bisa berbagai macam yaitu bila seseorang keluar saat maghrib, mandi di sungai saat maghrib atau saat pergi ke suatu tempat tidak membaca doa serta tidak mengatakan permisi. Masyarakat disana percaya bahwa saat sudah menunjukkan pukul 17.00 tidak boleh ada warga yang mandi di sungai jika orang tersebut nekat maka akan terkena tasapo. Lalu pada siang hari bolong atau tepatnya pukul 12.00 s.d 13.00 seseorang tidak diperbolehkan untuk ke pusaro (kuburan) karena pada kondisi siang hari bolong tersebut mereka percaya bahwa jin sedang berkeliaran dan rumah atau pusat tempat jin adalah kuburan maka jika pada jam-jam tersebut kita datang ke kuburan maka kita akan terkena tasapo. Sungai yang sebelumnya tidak pernah digunakan oleh masyarakat untuk mandi juga menjadi salah satu penyebab terkena tasapo.

    Biasanya seseorang yang terkena tasapo akan dibawa ke paete dengan membawa beberapa persyaratan pengobatan yaitu asam kapeh (jeruk nipis), daun jarak yang berjumlah 7 lembar (ganjil) dan air.
    “bilo mambaok urang nan sakik tu jo ubek yang ka dibaok ka paete supayo khasiak dari ubek tu indak hilang mangko ado babarapo persyaratan pas mambaok ubek tu ka rumah paete yaitu indak buliah dibaok malewaik’i bawah jamuran kain tu ndak buliah dilangkahi dek urang ataupun hewan”.

    ( saat membawa ramuan untuk si sakit kepada paete supaya khasiat dari ramuan tersebut tidak hilang maka ada beberapa persyaratan yaitu tidak boleh dibawa melewati bawah jemuran kain serta tidak boleh dilangkahi oleh manusia maupun hewan).

    Setelah sampai di rumah paete kemudian pasien dibaringkan di balai kemudian daun jarak yang telah dibawa dimasukkan ke dalam air dan dicampur dengan asam kapeh lalu dibacakan doa-doa oleh paete setelah itu daun jarak yang telah di doakan akan ditempelkan di bagian jidat si sakit. Ketika daun tersebut berubah warna dan menjadi layu maka si sakit akan di diagnosa sudah terkena penyakit tasapo. Kemudian paete akan melaburkan semua ramuan tadi ke tubuh pasien dari mulai bagian kepala, pundak hingga kaki tetapi tidak semua bagian akan diberikan ramuan hanya sebagai simbol saja di beberapa titik tersebut. Setelah diobati oleh paete penyakit tersebut akan sembuh dalam 3 hari kemudian. Paete tidak pernah memberikan patokan harga kepada pasien namun biasanya pasien akan memberikan bayaran sukarela berupa beras 3 tekong (3 cangkir) atau seikhlasnya.

    Kemudian sakit damam (baca: demam) di Pinangsinawoh Luak Kapau juga bisa disebabkan oleh paselisihan. Paselisihan biasanya disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena akar tanaman masuk ke dalam rumah, pondasi rumah terkena air hujan atau saat kita menanam bunga pot bunga tersebut pecah. Cara pengobatan untuk paselisihan juga dengan cara dibawa ke paete. Biasanya yang gampang terkena paselisihan adalah orang yang memiliki fisik yang paling lemah di dalam rumah tersebut. Untuk gejala penyakit yang ditimbulkan dari paselisihan berbeda-beda tergantung penyebabnya. Saat seseorang ingin menanam bunga, kemudian pot bunga tersebut pecah hingga menyebabkan akarnya keluar maka hal itu bisa menjadi salah satu penyebab paselisihan dan gejala penyakit yang akan ditimbulkan oleh orang yang terkena paselisihan adalah kepala menjadi pusing. Untuk mengobati paselisihan yang disebabkan oleh pecahnya pot tanaman hingga menyebabkan keluarnya akar tanaman tersebut dapat diobati dengan cara mengganti pot dengan yang baru.

    Namun berbeda hal jika akar tanaman masuk ke dalam rumah dan pondasi terkena air hujan maka biasanya gejala yang ditimbulkan adalah pusing, tangan dan anggota tubuh membengkak, mata sakit sebagian (kanan atau kiri) atau seperti gejala biri-biri. Cara pengobatan paselisihan yang disebabkan oleh akar tanaman dapat disembuhkan dengan cara menyabut akar tonggak rumah tersebut. Sedangkan untuk paselisihan yang disebabkan oleh pondasi yang terkena air hujan biasanya akan dibawa ke paete. Beberapa syarat obat yang harus dibawa hampir sama dengan tasapo yaitu yang berbahan dasar asam seperti jeruk nipis, jeruk purut serta dicampur dengan bunga tujuh rupa dan dimasukkan ke dalam air. Untuk ramuan tersebut juga tidak boleh dibawa melewati bawah jemuran kain serta tidak boleh dilangkahi oleh manusia maupun hewan karena jika hal tersebut terjadi maka khasiat yang ada di dalam ramuan tersebut akan hilang sama seperti pada pengobatan sebelumnya yaitu tasapo.
    “Nah setelah ramuan tadi tu dek sudah berada di tangan paete biasanya ramuan tu di campua (baca: campur) menjadi satu dan di tawow (di jampi jampi) atau diberikan doa yang diawali dengan bismillah dan bacaan di dalam doa menggunakan ayat suci al-quran yaitu surah as-syifa”.

    Kemudian sebagian ramuan itu akan di usapkan di beberapa bagian tubuh si sakit. Sebagian ramuan lagi akan dibawa pulang oleh pasien dan akan disiramkan ke beberapa bagian rumah yang terkena paselisihan. Karena tidak hanya manusia saja yang terkena paselisihan namun rumah juga dianggap dapat terkena paselisihan sehingga perlu untuk diberi ramuan tersebut.

    ANALISIS
    Menurut saya sistem medis yang dianut oleh masyarakat dusun Pinangsinowah Luak Kapau, Kecamatan Moarolabuh. Kabupaten Solok Selatan masih memegang teguh tradisi masyarakat lokal. Disana beberapa penyakit tertentu dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan jin (mistik) yang terjadi dikarenakan ulah manusia itu sendiri yang melakukan suatu pelanggaran misalnya mandi di sungai saat maghrib atau memasuki kuburan tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Hal tersebut hanya dapat ditangani dengan dibawa ke paete. Seperti yang dijelaskan dalam Foster & Anderson (46:2006) yang mengatakan bahwa sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan oleh penduduk mengenai hilangnya kesehatan dan penjelasan mengenai pelanggaran tabu, mengenai pencurian jiwa orang, mengenai gangguan keseimbangan antara unsure panas dingin dalam tubuh atau kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap agen-agen patogen seperti kuman-kuman dan virus.

    Sistem medis merupakan bagian integral dari suatu kebudayaan dimana kepercayaan terhadap suatu penyakit pada banyak masyarakat sangat terjalin erat dengan magi dan religi sehingga kedua hal tersebut sulit untuk dipisahkan. Seperti yang terjadi pada kasus penyakit tasapo maupun paselisihan di dusun Pinangsinowah Luak Kapau dimana mereka mempercayai adanya makhluk lain diluar manusia yang dapat menganggu ketika keberadaanya diusik oleh manusia. Kemudian jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena sakit tersebut biasanya dibawa ke paete yang mengobati si sakit dengan menggunakan ramuan yang diberi doa-doa yang berasal dari al-quran.

    Etiologi penyakit yang dapat dijelaskan dari kasus penyakit diatas adalah bahwa tasapo dan paselisihan dapat dikatakan masuk ke dalam kategori sistem medis personalistik. Sistem medis personalistik merupakan suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun makhluk manusia yaitu tukang sihir atau tukang tenung (Foster dan Anderson 63:2006). Walaupun masyarakat disana sudah mulai mengenal sistem medis modern namun untuk beberapa penyakit tertentu mereka masih memegang teguh kepercayaan bahwa penyakit seperti tasapo dan paselisihan tidak disebabkan oleh hal-hal yang rasional sehingga mereka pun mencari pengobatan pada sistem medis yang masih tradisional yang dipercaya dapat mengobati penyakit tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA
    Foster dan Anderson. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.

    Proses wawancara dengan ka Widya

     terimak kasih buat yang sudah membaca postingan saya ini. semoga bermanfaat. see you 🙂

    Categories: Kumpulan Tugas Sosiologi dan Antropologi

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: