• Hubungan Patron-Klien Antara Pengusaha Keripik Dan Petani Ketela Di Kecamatan Pacet Mojokerto

    hai guys kali ini saya akan memposting mengenai salah satu tugas pada mata kuliah sosiologi politik yang sedang saya tempuh di semester 5 ini. pada tugas ini membahas mengenai hubungan patron klien yang terjadi antara pengusaha keripik dan petani ketela di Kecamatan Pacet Mojokerto. buat kalian yang penasaran langsung aja baca postingan dibawah ini yaa. check it out...

    A. Latar Belakang
    Industrialisasi merupakan usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia dan kemampuannya dengan cara memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang telah tersedia secara optimal. Terdapat tiga jenis industri di Indonesia yaitu industri besar, industri menengah, dan industri kecil. Salah satu sector yang mempunyai peranan penting adalah industri menengah dan industri kecil yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Wilayah Jawa Timur khusunya di Mojokerto merupakan tempat pertumbuhan sektor industri positif yang membuat perekonmian di daerah tersebut berkembang dengan pesat. Dari berbagai wilayah di mojokerto, Pacet merupakan salah satu kecamatan yang cukup berkembang. Hal itu dikarenakan Pacet merupakan salah satu tempat destinasi wisata kota Mojokerto yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Pertumbuhan sektor pariwisata biasanya diikuti dengan pertumbuhan di sektor industri terutama dalam bentuk makanan atau oleh-oleh khas daerah tersebut. salah satu sektor industri yang berkembang di Pacet adalah UD. New Sehati yang terletak di jalan Sekarsari Kemiri, Pacet Mojokerto.

    Di dalam suatu usaha biasanya terdapat aktor-aktor yang berperan di dalamnya. Aktor yang dimaksud adalah pengusaha dan petani ketela. Pengusaha merupakan seseorang yang memiliki sejumlah modal dimana modal tersebut digunakan untuk menguasai pihak-pihak tertentu. Sedangkan petani adalah seseorang yang mengolah sumberdaya dan menghasilkan sesuatu yang dapat dikonsumsi sendiri, disimpan maupun dipertukarkan dengan kebutuhan lainnya. Petani ketela yang berada dibawah keadaan subsisten dan tidak memiliki sejumlah modal yang besar tentu akan bersikap pasrah dan patuh terhadap berbagai kehendak yang diinginkan oleh pengusaha. Maka tidak heran jika dalam pelaksanaan sistem kerja yang dilakukan oleh pengusaha dan petani mengisyaratkan adanya tindak dominasi. Berbagai bentuk tindakan dominasi yang dilakukan oleh pengusaha kepada petani pada dasarnya mengandung makna adanya hubungan patron-klien. Hubungan patron-klien merupakan hubungan antar dua orang yang memiliki ketidakseimbangan status, sosial, dan ekonomi dan melakukan pertukaran yang tidak seimbang. Dalam hal ini, patron biasanya bersikap melindungi sehingga klien membalasnya dengan menawarkan bantuan termasuk jasa pribadinya kepada patron. Hubungan patron-klien dapat terlihat dari relasi pengusaha keripik dan petani ketela.

    Di dalam proses pertukaran, tingkat persamaan antar kedua belah pihak tersebut dapat terajadi bila ada keseimbangan dalam suatu hubungan. Namun, dalam kenyataannya tidaklah demikian sehingga terjadi ketimpangan hubungan dalam pertukaran. Kemudian konsep kekuasaan muncul akibat pertukaran yang tidak seimbang antara pihak yang memberi dan pihak yang menerima imbalan. Salah satu strategi yang dilakukan oleh penerima imbalan dalam mempertahankan posisinya adalah dengan memberikan sejumlah hadiah atau penawaran sebagai bentuk penegasan status sosialnya yang lebih tinggi serta secara tidak langsung menciptakan utang kepada pihak penerima agar mereka terus bergantung kepada si pemberi dan melakukan berbagai cara agar hutangnya dapat segera lunas. Kepemilikan modal atau sumber daya yang besar yang dimiliki oleh seseorang di dalamnya melekat kekuasaan, wewenang, posisi dan pengaruh yang besar pula sehingga seringkali menjadikan patron ke dalam posisi atas. Karena dengan kepemilikan sumber daya yang besar itulah seorang senantiasa mengontrol segala hal sesuai dengan kehendaknya. Hubungan pertukaran yang dilakukan oleh patron-klien mencerminkan suatu kebutuhan yang timbul akan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Karena sifatnya yang selalu memperhitungkan untung rugi maka patron mengharapkan timbal balik dari klien.

    B. Pembahasan
    Pembangunan perekonomian merupakan sesuatu yang penting bagi perkembangan suatu bangsa. Salah satu sektor yang dianggap dapat memberikan kontribusi yang cukup penting dalam peningkatan pembangunan perekonomian adalah sektor industri. Di Jawa Timur khususnya di Mojokerto saat ini telah muncul berbagai jenis industri kecil dan menengah yang tersebar di daerah pedesaan. Salah satunya adalah UD New Sehati yang merupakan usaha keripik milik seorang pengusaha.

    Dalam perkembangannya industri tersebut tidak terlepas dari peran aktor yaitu pengusaha dan petani ketela. Pengusaha dan petani merupakan dua pihak yang memiliki kedudukan berbeda namun saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan yang tercipta diantara kedua belah pihak dapat terlihat dari mekanisme kerja yang ada di dalamnya diantaranya:

    1. Pelaksanaan Sistem Kerja Antara Pengusaha Keripik dan Petani Ketela
    Pelaksanaan hubungan kerja dimulai dari penawaran program peminjaman modal yang dilakukan oleh pengusaha industri keripik kepada para petani ketela. Dibalik pelaksanaan program yang dilakukan oleh pengusaha industri tersebut kepada para petani ternyata tidak dilakukan secara sukarela melainkan ada motif tersembunyi di dalamnya yaitu adanya kewajiban bagi petani untuk menyetorkan seluruh hasil panen yang diperolehnya. Sehingga petani selalu bersikap tunduk dan patuh mengingat modal yang telah diberikannya tersebut. Dalam mempertahankan petani sebagai relasi kerjanya, pengusaha akan senantiasa memberikan berbagai reward kepada petani agar mereka betah dan terus berada di pihaknya. Dalam mekanisme kerjanya terdapat beberapa hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak dimulai dari masa awal tanam sampai masa panen tiba.

    2. Hubungan Patron-Klien Antara Pengusaha Keripik dan Petani Ketela.
    Hubungan tersebut didasari dengan adanya ketidakseimbangan yang terjadi di dalam pertukaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak dimana salah satu pihak biasanya lebih mendominasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scott dalam Nilasari dan Handoyo (2015) yang menyatakan bahwa terdapat ketidakseimbangan dalam pertukaran antara dua pasangan yang mencerminkan perbedaan dalam kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan. Hubungan diantara kedua belah pihak dapat terlihat saat mereka melakukan tawar menawar saat perjanjian kerjasama akan dilakukan.
    Hubungan patronase yang ada secara tidak langsung menjadi candu bagi para petani untuk tidak sungkan meminjam modal kepada pengusaha. Modal yang diberikan oleh pengusaha diyakini dapat membebaskan petani pemilik dalam jeratan tengkulak atau bahkan rentenir. Para pengusaha juga memberikan jaminan pemasaran kepada para petani sehingga mereka tidak perlu susah payah untuk mencari tengkulak saat musim panen tiba karena dengan langsung dibeli oleh pengusaha maka para petani akan mendapatkan keuntungan secara langsung. Begitupun bagi pengusaha, dia tidak perlu susah-susah pergi ke tengkulak untuk mencari bahan baku ketela karena jika sudah sampai tengkulak maka harga yang ditawarkan akan lebih mahal dibandingkan langsung membelinya ke petani.

    3. Perlindungan Patron Kepada Klien
    Di dalam hubungan patron klien, pihak pengusaha yang memiliki kedudukan atas merasa bahwa dirinya perlu untuk memberikan berbagai upaya perlindungan kepada bawahannya yaitu petani ketela agar mereka merasa aman. Perlindungan yang diberikan dapat melalui berbagai cara mulai dari memberikan proteksi terhadap dominasi yang dilakukan oleh tengkulak, perlindungan terhadap harga ketela yang biasanya tengkulak lakukan membuat petani merugi, dan proteksi patron dalam pemberian modal.
    Sebenarnya motif perlindungan yang dilakukan oleh patron terhadap klien tidaklah semata-mata karena tulus kebaikannya namun terdapat makna lain yang terkandung di dalamnya dimana hal tersebut bertujuan agar petani merasa aman sehingga dengan begitu petani akan selalu menuruti apa yang diinginkan oleh pengusaha.

    4. Kewajiban Petani Ketela Kepada Pengusaha Keripik
    Seperti yang sudah saya dijelaskan diawal, hubungan yang terjalin antara patron dan klien memiliki sejumlah hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak saja. Pertukaran timbal balik yang dilakukan oleh pengusaha industri keripik kepada para petani ketela diwujudkan dalam dua hal yaitu: a. Adanya berbagai perlakuan istimewa berupa pemberian sejumlah bantuan yang diperlukan oleh petani.
    b. Pengusaha memberikan sejumlah bonus kepada sejumlah petani yang dianggap memiliki hasil panen yang baik. Biasanya bonus yang diberikan merupakan reward atas kerjas keras yang telah dilakukan oleh petani dan bonus yang diberikan dapat berupa barang atau dalam bentuk lainnya.

    C. KESIMPULAN
    Hubungan patron klien merupakan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua orang berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui dan di dalam hubungan tersebut terjadi ketidakseimbangan dalam bentuk pertukaran. Para pengusaha atau pemilik modal senantiasa akan selalu berkuasa dan menindas bawahannya dengan cara-cara halus. Hubungan patron-klien yang terjadi pada pengusaha keripik dan petani ketela berawal dari peminjaman modal yang diberikan oleh pengusaha keripik dengan konsekuensi petani ketela tidak diperbolehkan untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain serta tidak boleh melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama.

    Patron akan selalu mengpresiasi kerja keras klien dengan cara memberikan reward kepada petani saat panen yang dihasilkan baik dan memuaskan patron. Reward yang diberikan dapat berupa tambahan modal, pinjaman dana pendidikan, jaminan kesehatan dan lain sebagainya. Patron juga tidak segan memberikan perlindungan kepada klien dari berbagai proteksi yang mencakup proteksi patron mengenai dominasi tengkulak, proteksi harga ketela, serta proteksi dalam pemberian modal. Hal tersebut dilakukan agar eksistensi pengusaha keripik tetap bertahan dan juga menjaga agar hubungan kerjasamnya dengan petani berjalan dengan lancar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Nilasari, Arini dan Handoyo, Pambudi. 2015. “Hubungan Patron Klien Antara Pengusaha Keripik dan Petani Ketela di UD.New Sehati Kemiri Pacet Mojokerto”. Universitas Negeri Surabaya. (Online).Jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/11462. Diunduh pada tanggal (14 Oktober 2017).

    Scott, James. 1994. Moral Ekonomi Petani Pergolakan Dan Subsistensi di Asia Tenggara, cetakan keempat. Jakarta : LP3ES.

    Terima kasih buat kalian yang udah baca postingan saya kali ini. Semoga bermanfaat. see you 🙂

    Categories: Kumpulan Tugas Sosiologi dan Antropologi

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: