• Weekend Ke 4 Di Tanah Minang

    hai para pecinta blogger yang sedang berbahagia. Nah pada kesempatan kali ini saya akan memposting mengenai aktivitas di hari weekend saya nih pada minggu ke 4 di Padang. Jadi buat kalian yang penasaran sama apa aja sih kegiatan yang saya dan Nurul lalukan pada weekend ketiga ini langsung saja silahkan membaca postingan dibawah ini yaa. check it out…

    Sabtu, 18 november 2017 saya dan Nurul melakukan sebuah perjalanan etnografi ke suatu tempat yang sebelumnya belum pernah kami datangi. Memang jika melihat awal mula tujuan kami ke Padang selain untuk mengikuti pertukaran mahasiswa kami juga ingin melakukan sebuah penelitian tentang pengobatan tradisional yang bersifat personalistik yang masih eksis di tanah minang ini. Setelah banyak bertanya ke teman, dosen, hingga penjual buah di pinggir jalan mengenai pengobatan tradisional minang akhirnya kami mengambil satu fokus penelitian di satu tempat yabg letaknya tidak terlalu jauh dari kampus UNP. Kelurahan Kurao Pagang, kecamatan Nanggalo Kota Padang menjadi tempat singgah kami untuk melampiaskan hasrat keingintahuan kami tentang sistem pengobatan atas penyakit palasik. Setelah mencari informasi secara singkat kesana kemari akhirnya hari ini kami berniat untuk pergi ke tempat tersebut. Sebenarnya ada beberapa teman yang ingin menemani kami untuk penelitian dimana dia juga akan menjadi translator dan petunjuk jalan bagi saya dan Nurul namun kemarin jumat dia mengatakan bahwa dia ingin pulang ke kampung halamannya dulu di Kabupaten Solok karena memang sudah lama tidak pulang. Berbekal informasi yang diberikan oleh beberapa dosen dan teman-teman akhirnya kami membulatkan tekad untuk tetap berangkat menuju ke lokasi pada pukul 11.00 wib. Tetapi sebelum ke tempat tersebut saya dan nurul mampir ke kampus terlebih dahulu untuk mengambil tiket seminar internasional yang akan dilaksanakan pada hari minggu tanggal 19 november besok di Gedung Serba Guna IAIN imam bonjol. Setelah mendapatkan tiket seminar kami langsung berjalan menuju lokasi penelitian.

    Kami berjalan kurang lebih hingga 3 km sebelum akhirnya kami naik ojek yang ada di dekat gerbang rel kereta karena memang disitulah pangkalan ojek untuk bisa menuju ke tempat yang akan kami kunjungi. Disini agak susah jika ingin naik ojek online karena memang persaingan antara opang (ojek pangkalan) dan ojek online cukup ketat. Pernah suatu malam terdengar suara ribut klakson yang terjadi di sepanjang jalan ternyata setelah saya amati itu adalah kerumunan ojek online yang ingin berunjuk rasa melawan “opang” yang sering melarangnya untuk mengambil penumpang di beberapa titik tertentu. Kemudian saya mengatakan bahwa ingin ke Siteba untuk bertemu dengan seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit palasik. Awalnya bapak ojek tersebut tidak begitu mengerti apa yang saya ucapkan karena memang tukang ojek pangkalan yang saya temui sudah lumayan sepuh jadi kurang bisa berbahasa indonesia namun setelah memberikan penjelasan akhirnya beliau mengerti maksud tujuan saya. Beliau pun mengantarkan saya dan Nurul ke tempat tujuan. Dengan hanya membayar Rp 7000 kami sudah bisa tiba di lokasi yang kami tuju. Saat tiba, kami sempat bingung karena jika kami langsung menjelaskan maksut dan tujuan kepada dukun tersebut adalah untuk penelitian maka kemungkinan ditolaknya lebih besar dibandingkan diterima. Mengingat bahwa pasien yang datang cukup banyak sehingga tidak ada waktu untuk bisa berwawancara dalam jangka waktu yang lama. Saat azan dzuhur terdengar, kami memutuskan untuk mencari masjid atau mushola terdekat agar bisa melaksanakan sholat terlebih dahulu. Setelah bertanya kesana dan kemari akhirnya kami sampai di masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah dukun tersebut.

    Di masjid raya taqwa kurao kami mencoba menenangkan pikiran sejenak dengan melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Setelah selesai sholat saya melihat ada seorang ibu separuh baya yang nampaknya sedari tadi mengamati saya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menyapa dan mencium tangannya (salim). Beliau sempat mengatakan beberapa kalimat dalam bahasa minang yang kebetulan saya tau artinya kemudian saya mulai menjelaskan bahwa tujuan saya kesini adalah untuk bertemu dengan dukun yang bisa mengobati penyakit. Setelah sekian lama berbincang-bincang ternyata ibu tersebut mengatakan bahwa beliau adalah dosen kimia di UNP dengan wajah sumringah saya langsung mengatakan bahwa saya senang bisa bertemu dengan ibu disini dan saya mohon untuk bantuannya. Kemudian ibu Das mengarahkan saya untuk pergi ke RT karena di dalam rumah RT tersebut terdapat kakaknya yang juga bisa menyembuhkan penyakit (dukun). Dengan senyuman khas di wajahnya bu Das mengatakan “kalau mau maen ke rumah saya main saja ya rumah ibu dibelakang toko elok depan tu. Dibelakang tokonya pas rumah ibu” dengan wajah senang saya menjawab ” iya bu nanti kita kesana insya allah”. Setelah bu Das beranjak untuk pulang ke rumah, saya dan Nurul mencoba mendatangi warung yang berada tidak jauh dari masjid untuk mencari informasi. Di warung tersebut kami bertemu dengan pak Sibas lalu kami sempat mewawancarainya. Pak Sibas mengatakan bahwa beliau pernah jatuh dari pohon dan mengalami pergeseran tulang pada tangan nya kemudian keluarganya membawa ke dukun tersebut dan setelah dipegang lalu hanya dengan diberi jampi-jampi doa dan diurut secara perlahan, seketika tangan bapak tersebut sudah bisa digerakkan seperti semula tanpa rasa sakit. Memang sedikit tidak masuk akal saat mendengarkan cerita dari pak Sibas namun itu adalah kenyataan yang sebenarnya yang dialami secara langsung oleh beliau. Tidak hanya orang-orang sekitar desa ini saja yang sudah berobat ke dukun itu tapi banyak pendatang dari luar yang juga berobat kesana. Setelah bertanya panjang lebar dengan pak Sibas kami semakin merasa penasaran dan ingin bertemu langsung dengan dukun tersebut. Setelah puas menggali informasi dari sudut pandang pasien yang pernah diobati oleh dukun tersebut akhirnya kami berpamitan untuk pergi ke rumah ibu dosen yang tadi kami temui di masjid karena kami sudah janji akan mampir ke tempat beliau. Tidak lupa kami menyempatkan berfoto bersama dengan pak Sibas.

    Foto dengan pak Sibas dan anak-anak beliau selesai wawancara

    Setelah itu saat di perjalanan menuju ke rumah bu Das, saya teringat bahwa tadi beliau menyuruh kami untuk menemui ketua Rt Kurao terlebih dulu untuk meminta izin bahwa kedatangan kita disini adalah melakukan penelitian dalam jangka waktu yang agak lama. Akhirnya kami bertanya dimana alamat ketua Rt Kurao kepada beberapa ibu-ibu yang sedang mengobrol di pinggir jalan. Lalu seorang anak gadis yang baik hati akhirnya mengantarkan kami hingga rumah bu Rt. Sesampainya disana saya melihat ada yang sesuatu yang aneh terlihat samar-samar dari kejauhan kaca jendela rumah tersebut. Terlihat dari jendela luar ada 1 laki-laki dan 1 perempuan yang sedang mengobrol tetapi si laki-laki ini menundukkan kepala sedangkan perempuan tersebut seperti berbicara dengan sangat cepat. Karena rasa penasaran yang begitu besar akhirnya saya memberanikan diri untuk mendekati jendela tersebut dan ternyata benar seperti apa yang sudah menjadi dugaan saya. Itu adalah seorang dukun yang sedang mengobati pasiennya dengan membacakan jampi-jampi. Saya sempat menyuruh Nurul untuk mengabadikan momen tersebut namun sayang tidak ada cahaya yang mencukupi sehingga gambarnya gelap dan tidak terlihat jelas. Setelah pasien tersebut keluar akhirnya saya mengajak Nurul untuk masuk ke dalam ruangan tersebut dan menjelaskan maksud kedatangan kami kesini adalah untuk bertemu dengan bu rt namun beliau mengatakan bahwa Rt nya sedang tidak ada dirumah karena sedang mengikuti penyuluhan. Beliau menyarankan untuk datang pada sore hari karena biasanya sore hari penyuluhannya sudah selesai. Setelah itu akhirnya saya memutuskan untuk singgah di rumah bu dosen sebentar. Namun saat sampai di rumah nya bu dosen ternyata sedang tidak ada dirumahnya. Kemudian kami berjalan kembali menuju masjid untuk menunggu waktu hingga sore hari agar bisa bertemu dengan bu rt. Kami seperti orang kebingungan yang mondar mandir sejak tadi. Entah sudah berapa kali kami bolak balik hingga warga sudah mulai hafal dengan kami. Di masjid kami berdiskusi sedikit mengenai apa yang akan menjadi fokus utama penelitian kita nanti. Karena awalnya tujuan kita adalah ke dukun 1 namun kita menemukan dukun lain yang juga menarik untuk dikaji. Jadi kami sempat kebingungan untuk memilih yang mana yang akan menjadi topik kami. Setelah lama menunggu, Nurul mengatakan bahwa dia lapar dan kami pun mencari makan terlebih dahulu di warung terdekat setelah makan kami kembali ke masjid karena azan ashar sudah berkumandang. Kami menyempatkan diri untuk sholat berjamaah terlebih dahulu sebelum akhirnya melanjutkan aktivitas. Setelah sholat kami kembali mendatangi rumah ketua rt dan kami bertemu dengan anaknya yang mengatakan bahwa ibu rt belum juga pulang ke rumah. Karena mengingat hari sudah semakin sore akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke kos dan melanjutkan penelitian pada hari-hari berikutnya.

    Minggu, 19 November 2017. Karena efek kelelahan melakukan observasi di Kurao kemarin, hari minggu ini saya bangun agak siang. Setelah sholat subuh saya memutuskan untuk tidur kembali. Lalu pada pukul 12.30 wib saya dan Nurul bersiap untuk mendatangi seminar internasional yang diadakan di IAIN Imam Bonjol.

    IAIN Imam Bonjol Padang

    Ini adalah kali pertama kami pergi kesana. Dengan berbekal informasi dari teman-teman kos dan teman-teman lain kami memberanikan diri untuk pergi hanya berdua saja. Pertama, kami menaiki angkot warna oren hingga pasar raya dengan tarif Rp 4000 lalu kami menyambung angkot berwarna pink dengan ongkos Rp 4000. Disini, angkutan umum jarak jauh hanya perlu membayar Rp 4000 saja sangat terjangkau sekali bagi mahasiswa seperti kami ini. Setelah sampai kami mencari gedung serba guna yang menjadi tempat seminar tersebut. Saat kami datang ternyata acaranya baru dimulai. Terlihat seorang aktris Kiki Farel, Pembicara dari Brunei Darussalam dan pembicara dari Malaysia sudah siap untuk berbagi ilmu dengan para peserta seminar. Seminar dan talkshow ini bertemakan “Open Your Mind To Be A Young Entrepreneurship”.

    Acara dimulai dengan narasumber yang berasal dari Brunei Darussalam terlebih dahulu, perkenalan yang dilakukan berlangsung meriah karena beliau membagi bagikan amplop yang berisi uang senilai 100 ribu dollar brunei bagi siapa pun yang bisa menjawab pertanyaannya. Semua peserta seminar mengacungkan tangan termasuk saya tetapi saya kurang beruntung karena Chek Man begitu panggilan akrab beliau ,memilih peserta yang duduk dibagian sebelah kiri. Dari 3 pertanyaan yang diberikan saya masih belum beruntung untuk ditunjuk karena memang sangat banyak yang mengacungkan tangan berebut hadiah tersebut. Setelah pembagian hadiah kecil-kecilan oleh Chek Man. Akhirnya beliau menyampaikan ilmu tentang perjalanan hidupnya dalam merintis sebuah bisnis hingga akhirnya menjadi seorang pembisnis. Chek Man menjelaskan bahwa memang kendala awal seseorang saat ingin membuka suatu usaha adalah “modal” apalagi saat dulu Chek Man masih berkuliah modal yang dimiliki sangat minim sekali. Hingga akhirnya beliau memberanikan diri untuk membuka suatu usaha rental mobil dengan melakukan pinjaman sebesar 21 ribu ringgit malaysia karena dulu beliau berkuliah di Malaysia. Hingga akhirnya setelah berjalan beberapa lama bisnisnya mulai berkembang dan beliau memberanikan diri untuk membuka bisnis lain yaitu membuka pertanian lintah dengan memiliki modal kolam sebanyak 23 kolam namun usaha kedua yang dirintisnya ini tidak membuahkan hasil yang baik justru malah mendatangkan kerugian hingga mencapai 243 juta ringgit malaysia. Maka dari itu beliau memutuskan untuk fokus ke satu usaha yang sebelumnya sudah pernah dijalani yaitu rental mobil. Selain sebagai seorang pengusaha beliau juga menjadi motivator matematik di negara asalanya Brunei Darussalam.

    Pembicara kedua adalah seorang aktris tampan yang sering menghiasi layar kaca Indonesia yaitu Kiki Farrel. Saat Kiki Farrel maju ke depan panggung dan menyapa para peserta yang sebagian besar adalah perempuan terdengar suara jeritan jeritan histeris para fansnya. Selain seorang aktris, Kiki farrel juga merupakan seorang entrepreneur muda Indonesia. Dia mulai merintis usahanya sejak tahun 2013 hingga sekarang. Bisnis yang ia geluti adalah dibidang fashion (aksesoris). Ia menjelaskan bahwa untuk bisa menjadi seorang entrepreneur harus berani dalam mengambil keputusan dan juga segala resiko yang akan dihadapi. Selain itu, inovasi-inovasi baru dalam berbisnis juga menjadi salah satu kunci kekhasan produk kita jika dibandingkan dengn produk orang lain. Bisnis aksesoris Kiki farrel saat ini sudah ada beberapa cabangnya dan pusatnya berada di salah satu mall di Jakarta Selatan. Ada beberapa kalimat yang masih saya ingat jelas yang dibicarakan oleh Kiki Farrel “intinya kalo kita mau mulai suatu usaha itu harus penuh dengan rasa percaya diri dan yakin jangan ada kata ragu. Jadikan omongan yang menghina kita dari orang-orang diluar sana sebagai motivasi bagi diri kita sendiri”. Setelah memberikan sedikit materi lalu Kiki Farrel membuka sesi pertanyaan untuk peserta seminar. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya saya terus mengacungkan jari namun memang saya belum beruntung karena Kiki Farrel memilih penanya dari kalangan laki-laki dan peserta yang berada di podium atas.

    Pembicara ketiga adalah Moh Harith bin Moh Rohaizat. Beliau adalah seorang entrepreneur dari Malaysia. Pada pemaparan materi yang dijelaskan beliau mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus ada di dalam diri seseorang yaitu ISI:
    Ilmu : Merupakan suatu hal yang penting saat ingin menjadi pengusaha karena seorang pengusaha harus memiliki ilmu tentang bagaimana cara menjalankan sebuah bisnis agar dapat selalu berkembang dan mampu bersaing dengan produk lain. Pengalaman-pengalaman yang di dapatkan selama jatuh bangun dalam merangkai sebuah usaha bisnis juga menjadi bagian dari ilmu yang bisa diterapkan untuk perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.
    Sistem : Sistem yang dimaksud disini adalah lebih kepada manajemen waktu. Seorang pembisnis yang sukses adalah dia yang mampu untuk memanajemen waktunya dengan baik dan mengedepankan sikap kedisiplinan.
    Icon : Merupakan seseorang yang bisa dijadikan panutan dalam berbisnis.
    Secara keseluruhan materi yang dijelaskan oleh ketiga pemateri tersebut hampir sama yaitu mengenai bagaimana caranya agar bisa menjadi pengusaha sukses dengan modal minim yang dimiliki namun dengan keinginan dan motivasi yang kuat dari dalam diri seseorang maka cita-cita tersebut pasti dapat tercapai. Di akhir penutupan, Ka Harith memberikan tips dalam setiap usaha apapun yang ingin kita lakukan yaitu: Niat, Lakukan (usaha) dan Berdoa.

    Pukul 16.30 wib acara seminar tersebut selesai. Saya dan Nurul pun keluar gedung dan mencari masjid terlebih dahulu untuk sholat ashar. Setelah sholat kami berjalan menuju gang untuk mencari angkutan kota (angkot). Namun saat berjalan, saya mendengar ada 2 orang perempuan diantara kerumunan yang sedang berjalan mengucapkan beberapa kalimat dalam bahasa jawa. Karena penasaran saya pun mengikutinya dari belakang dengan meninggalkan langkah Nurul yang semakin lambat di belakang saya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menyentuh pundaknya dari belakang dan bertanya untuk sekedar basa basi terlebih dahulu “maaf ka, mau tanya kalau mau ke pasar raya naik angkot yang mana ya”. Dua gadis berkerudung syar’i tersebut terlihat kaget saat saya memegang salah satu pundak mereka. Salah satu dari mereka pun menjawab “oh disiko ka” mendegar jawaban tersebut saya langsung mengatakan bahwa saya belum bisa bahasa minang. Dari belakang Nurul mendekati saya dan mengatakan beberapa kata dalam bahasa jawa “cepet banget sih yan mlakune koyo mblayu” dan mendengar ucapan Nurul tersebut akhirnya kedua gadis itu kaget dan bertanya-tanya kepada kami mengapa kami bisa berbahasa jawa. Akhirnya saya pun menjelaskan bahwa saya dan Nurul memang berasal dari Jawa. Setelah menjelaskan panjang lebar akhirnya saya berani menanyakan hal yang sedari tadi membuat saya penasaran “hmm ka mau tanya tadi kalo saya tidak salah dengar kalian berbicara menggunakan bahasa jawa ya? apakah kalian berasal dari jawa?” lalu salah satu dari gadis tersebut mengatakan bahwa memang orang tua mereka berasal dari Jawa yang satu berasal dari Semarang dan yang satu lagi berasal dari Jawa Timur. Mereka juga mengatakan bahwa walaupun mereka sudah lama tinggal di Minang mereka masih bisa berbicara dalam bahasa jawa karena lingkungan tempat tinggal mereka adalah lingkungan jawa yang terletak di pesisir pantai. Tanpa berfikir panjang saya langsung menyodorkan handphone saya untuk meminta nomer telepon mereka berdua namanya adalah Nia dan Hesti. Setelah itu kami pun berpisah, saya dan Nurul langsung naik ke dalam angkot. Angkot yang kami naiki tidak langsung sampai ke kos tetapi kami masih harus menyambung satu angkot lagi dari pasar raya. Saat sampai di pasar raya kebetulan hari sudah mulai petang dan azan maghrib pun mulai berkumandang akhirnya kami memutuskan untuk sholat di masjid at-taqwa terlebih dahulu. Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan, namun angkot yang ingin kami naiki belum juga terlihat. Di pinggir jalan terlihat ada seorang ibu-ibu yang sedang adu mulut dengan seorang pria dewasa. Saya tidak begitu mengerti apa yang mereka ucapkan karena omongan yang disampaikan terlalu cepat namun terlihat jika mereka sedang ada masalah. Banyak orang yang berlalu lalang memperhatikan kedua pasangan tersebut hingga akhirnya ada yang berani untuk memisahkan mereka berdua. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, angkot yang kami tunggu tiba. Lalu kami naik ke dalam angkot menuju ke kos. Namun kami tidak langsung turun di depan kos karena kami ingin membeli makan terlebih dahulu di warung ampere langganan kami mengingat bahwa sedari siang tadi kami belum makan. Setelah itu kami berjalan menuju ke kos. Baru saja sampai di kos, handphone saya bordering ketika saya lihat ternyata ada beberapa Whatsapp yang masuk salah satunya dari teman saya yang bernama Danu Afriyoriza yang mengatakan bahwa dia ingin mampir ke kos untuk memberikan oleh-oleh dari kampung halamnanya yaitu Solok. Lalu kemudian dia datang ke kos. Di depan kos dia memberikan oleh-oleh berupa buah markisa, kacang khas Solok dan ketan yang dibungkus oleh daun pisang. Kemudian dia juga mengajari cara makan markisa karena dia tau bahwa saya belum pernah makan markisa. Setelah itu saya masuk ke dalam kos. Saya dan Nurul makan nasi ampere yang memang sudah kami beli tadi kemudian setelah itu saya dan anak-anak kos berkumpul di ruang tengah lalu kami bercerita sedikit tentang kegiatan hari ini kepada para teman-teman di kos sambil menyantap buah markisa. Kami memang senang berkumpul saat malam hari untuk saling bercerita satu sama lain. Setelah waktu menunjukkan pukul 23.00 wib kami kembali ke kamar masing-masing dan tidur.

    tunggu postingan-postingan lain dan juga pengalaman saya selama di tanah minang yang akan terus saya tuliskan di blog ini yaa. see you 🙂

    Categories: Singgah Di Tanah Minang

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: