• Fieldnote Masyarakat Desa Mbambang Dukuh Kabupaten Pati

    hai guys kali ini saya akan memposting tentang salah satu tugas bentang sosial budaya masyarakat jawa nih. Mata kuliah ini saya tempuh pada semester 1 dengan dosen pengampu bu Rini Iswari dan pak Fajar. Tugas ini merupakan hasil catatan lapangan saya selama melakukan penelitian tugas akhir semester 1 di desa mbambang dukuh selama beberapa hari. Yuk langsung saja yang pengen tau silahkan baca postingan saya sampai habis ya. check it out...

    A. PENDAHULUAN
    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku,agama,budaya dan adat istiadat. Pulau jawa merupakan salah satu tempat yang memiliki penduduk terbanyak. Masyarakat yang tinggal di daerah jawa memliki kebiasaan atau tradisi berbeda antara satu desa dengan desa yang lain. Salah satu nya di desa mbambang dukuh, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Mereka tinggal di daerah pesisir pantai utara Jawa dan jauh dari pusat kota.

    Banyak perbedaan yang secara nyata terlihat pada masyarakat Jawa dulu dan sekarang. Saat ini masyarakat Jawa mulai terpengaruh adanya globalisasi yang membuat mereka lupa bahwa mereka mempunyai kebudayaan sendiri yang seharusnya dipertahankan. Jika kita meihat perubahan dalam etika berbahasa kini bahasa krama sudah hampir jarang digunakan dalam komunikasi kepada orang yang lebih tua, bukan karena orang tua yang tidak mengajarkan tata krama kepada anak nya, namun masyarakat di desa mbambang dukuh sudah terbiasa berbahasa kasar sejak dulu atau menggunakan bahasa ngoko tidak seperti bahasa yang digunakan oleh orang jogja atau solo yang cenderung menggunakan bahasa krama kepada orang yang lebih tua.

    Mayoritas masyarakat yang ada di desa mbambang dukuh bermata pencaharian sebagai petani. Disana terdapat 2 jenis tanah yaitu tanah kering (ladang) dan tanah basah (sawah). Tanah kering biasanya ditanami ketela,pisang,kacang,jagung sedangkan tanah basah ditanami padi. Disana juga terdapat tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang seperti tradisi sedekah bumi, bukan hanya di Pati saja yang mengadakan tradisi tersebut tapi hampir di seluruh masyarakat Jawa masih sering mengadakan tradisi sedekah bumi sebagai simbol rasa syukur kepada tuhan atas hasil bumi atau hasil laut yang telah dilimpahkan. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa ,sedekah bumi harus dilakukan untuk nyelameti atau menyedekahi sawah yang dimiliki supaya hasil pertanian melimpah dan terbebas dari gangguan apapun. Selain tradisi sedekah bumi di Jawa juga terdapat tradisi sambatan atau gotong royong yang wajib untuk dilestarikan. Tradisi tersebut kian memudar karena perkebangan zaman jika hal itu dibiarkan secara terus menerus maka generasi muda akan kehilangan warisan adi luhur yang bermanfaat.

    B. PEMBAHASAN
    Pada tanggal 12-13 Desember kemarin saya melakukan observasi di sebuah desa Mbambang Dukuh Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dengan narasumber bernama bu Suparti dan pak Ngari seorang RT di desa tersebut. Pati merupakan sebuah kota di pesisir Pulau Jawa dengan penduduk yang mayoritas bekerja sebagai petani dengan hasil pertaniannya yang melimpah sehingga Pati mendapatkan julukan sebagai “Bumi Mina Tani”.

    1. TRADISI
    SEDEKAH BUMI
    Hampir semua masyarakat di Pulau Jawa mempunyai tradisi, tradisi tersebut berbeda-beda setiap daerah. Termasuk tradisi yang terdapat di Pati tidak selalu sama antara satu desa dengan desa yang lain. Di desa mbambang dukuh terdapat tradisi yang selalu dilakukan rutin setiap tahun dari dulu sampai saat ini yaitu “sedekah bumi”. Tradisi sedekah bumi dilakukan sebagai simbol rasa syukur kepada tuhan atas rezeki yang telah diberikan melalui bumi berupa berbagai macam hasil bumi.Menurut kalender jawa sedekah bumi dilakukan setiap bulan apit hari rabu pahing. Sesuai penjelasan bu Suparti yang mengatakan bahwa tradisi tersebut berlangsung selama 2 hari, pada hari selasa siang diadakan karnaval keliling desa mbambang dukuh dan pada hari rabu malam menjadi malam puncak acara sedekah bumi tersebut dengan diadakan nya acara ketoprak di balai desa. Semua warga desa ikut memeriahkan acara sedekah bumi tersebut. Acara sedekah bumi yang rutin diadakan di desa mabambang dukuh ini tidak hanya untuk warga yang beragama islam saja tapi semua warga yang beragama lain pun ikut dalam tradisi sedekah bumi ini. Dalam tradisi ini juga terdapat makanan yang wajib ada pada acara sedekah bumi yaitu getuk gemblong. Dan terdapat istilah guyub rukun dalam sedekah bumi yang menandakan bahwa masyarakat tersebut masih rukun. Sedekah bumi bisa mendidik manusia agar tidak mempunyai sifat kikir dan tidak mau mengeluarkan sebagian kekayaan nya untuk sedekah bumi.

    SAMBATAN
    Sambatan sering dilakukan masyarakat Jawa ketika hendak membuat rumah termasuk warga di daerah desa mbambang dukuh. Biasanya orang yang mau membuat rumah meminta tolong kepada para tetangga untuk mendirikan rumah sampai selesai. Orang yang nyambat cukup mengundang dua orang tukang,menyediakan bahan untuk membuat rumah dan memberikan makan sekadarnya. Tukang tersebut dibayar oleh orang yang nyambat, sedangkan para tetangga yang membantu hanya diberi makan seadanya tidak diberikan upah uang seperti para tukang. Orang yang hari ini nyambat, pada hari lain juga harus siap disambat.

    Kini semangat gotong royong pada masyarakat Jawa makin lama makin menipis. Saat ini sambatan sudah jarang ditemukan di masyarakat Jawa karena masyarakat merasa pekewuh atau tidak enak hati jika merepotkan tetangga. Masyarakat Jawa sekarang mulai terpengaruh budaya luar yang semestinya bisa disaring mana yang baik dan mana yang buruk. Budaya individualistis terlanjur mengakar pada sebagian masyarakat Jawa sehingga jiwa gotong royong yang ada sejak bawaan dari lahir semakin lama semakin memudar.

    MALAM 1 SURO
    Pada masyarakat Jawa pada umumya terdapat tradisi tertentu pada saat malam 1 suro, seperti misalnya saat saya melakukan observasi di tugu suharto Semarang mereka memperingati malam 1 suro dengan kumkuman bersama di sungai yang berada di sekitar tugu suharto tersebut, namun di desa mbambang dukuh kabupaten Pati tidak terdapat ritual atau tradisi tertentu pada saat malam 1 suro. Biasanya pada malam 1 suro mereka hanya mengaji secara bersama-sama di masjid yang ada di sekitar desa. Di desa mbambang dukuh tersebut sejak dulu memang tidak ada tradisi khusus pada malam 1 suro.

    PUNDEN
    Di desa mbambang dukuh masyarakat nya masih banyak yang mempercayai hal-hal mistis. Disana terdapat makam yang setiap malam jumat wage selalu ramai didatangi oleh warga, biasanya mereka menaruh sesajen di atas makam tersebut, menurut penuturan bu Suparti dan pak Ngari makam tersebut adalah makam yang dikeramatkan.
    Dulu ada orang yang bernama mbah guru mbah dalem yang mempunyai ilmu sangat sakti dan ditakuti oleh warga desa sekitar karena kemampuan nya dalam hal-hal gaib, setelah beliau meninggal masyarakat masih mempercayai bahwa makam nya pun dapat memberikan kesaktian. Biasanya masyarakat yang datang sembari berdoa untuk meminta keselamatan dan kelancaran rejeki. Dan selain itu jika warga desa ada yang sakit mereka akan datang ke makam tersebut untuk meminta kesembuhan kepada mbah guru mbah dalem.

    2. MAKANAN

    Nasi gandul
    Menurut pendapat bu Suparti mengapa dinamakan nasi gandul karena pikulan yang biasa dibawa pedagang nasi gandul pada jaman dulu pikulan tersebut naik-turun ketika di panggul. Namun seiring berkembang nya jaman kini para pedagang nasi gandul mulai menjajakan dagangan nya di toko-toko atau warung makan. Biasanya penyajian nasi gandul agak berbeda dengan makanan lain yaitu diatas piring terseut diletakkan daun pisang. Kata bu Suparti daun pisang dapat menambah kelezatan makanan yang ditaruh diatasnya.

    Sego Tewel
    Sego tewel adalah campuran nasi yang dicampur dengan sayur nangka muda atau masyarakat Jawa sering menyebut nya tewel. Bila penyajian nasi gandul menggunakan daun pisang berbeda hal nya dengan penyajian sego tewel yaitu disajikan dengan piring yang dilapisi daun jati. Biasanya sego tewel dihidangkan dengan lauk tempe goreng atau bakwan goreng ditambah dengan sambal yang pedas diatas sego tewel tersebut.

    3. AGAMA
    Di dalam masyarakat desa mbambang dukuh sebagian besar masyarakatnya beragama islam namun ada beberapa warga yang menganut agama budha. Meskipun mereka ada yang berbeda agama, warga desa mbambang dukuh tetap hidup rukun. Seperti pada saat umat beragama islam sedang memperingati hari besar agama nya warga yang beragama budha ikut menghormati nya dengan tidak menganggu begitupun sebalik nya jika warga yang beragama budha sedang beribadah warga yang beragama islam tidak menganggu atau pun mengucilkan agama tersebut.
    Dibawah ini adalah foto vihara yang ada di desa mbambang dukuh, plaosan. Tempat ibadah umat budha tersebut hanya ada di Plaosan.

    4. PENDIDIKAN

    Di masyarakat desa mbambang dukuh kesadaran masyarakat akan pendidikan nya masih sangat rendah dan hanya beberapa orang saja yang mengerti akan pentingnya sebuah pendidikan. Karena mereka berlatar belakang sebagai petani jadi mereka tidak terlalu mempermasalahkan pendidikan yang tinggi untuk anak-anaknya, mereka menginginkan agar anaknya membantu pekerjaan mereka di sawah atau ladang. Selain itu alasan mereka tidak menyekolahkan anaknya setinggi mungkin adalah karena faktor ekonomi mereka yang rata-rata berpenghasilan menengah kebawah.

    Di desa mbambang dukuh hanya terdapat 1 sekolah yaitu SD NEGERI PLAOSAN 03. Bila mereka ingin menyekolahkan anaknya di PAUD atau TK mereka harus pergi ke desa tetangga. Dan bila ingin melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA mereka harus pergi ke kabupaten atau kota yang ada di Pati. Bahkan tidak jarang mereka harus pergi ke Jepara untuk bersekolah. Menurut bu Suparti fasilitas yang terdapat di sekolah desa tidak begitu lengkap seperti yang ada di kota. Di desa mbambang dukuh hanya terdapat 1 perpustakaan dengan fasilitas seadanya dan buku-buku yang sangat terbatas jumlahnya. Biasanya warga desa yang berasal dari keluarga yang religius memilih agar anaknya dimasukkan ke dalam pesantren daripada di sekolah biasa. Seperti pendidikan di masyarakat Jawa pada umumnya mereka masih sering memandang sebelah mata akan pentingnya arti sebuah pendidikan,padahal kalo mereka memahami dan menyekolahkan anaknya setinggi mungkin, anak tersebut lah yang akan mengangkat derajat orang tua nya.

    5. BAHASA
    Dalam penggunaan bahasa, masyarakat desa mbambang dukuh bisa dibilang mereka menggunakan bahasa yang kasar karena saat anak muda berbicara dengan orang yang lebih dewasa tidak menggunakan bahasa krama melainkan menggunakan bahasa ngoko. Bahasa yang menjadi ciri khas dari orang Pati yaitu penggunaan kata “go” dan “leh” misalnya : “wes go ning kene wae” atau “piye leh”. Penggunaan bahasa di daerah tersebut berbeda dengan penggunaan bahasa di daerah solo atau jogja yang cenderung halus dan berbahasa krama.

    6. BANGUNAN
    Pada masyarakat desa mbambang dukuh saat ini sudah terdapat rumah minimalis seperti yang ada di kota-kota besar, namun beberapa rumah warga desa masih ada yang mempergunakan rumah adat Jawa yaitu rumah joglo. Masyarakat di desa mbambang sudah terkena pengaruh globalisasi dalam pembuatan rumah mereka sehingga mereka tidak begitu banyak yang mempertahankan rumah khas Jawa. Berikut ini adalah hasil observasi saya di desa mbambang dukuh tentang rumah jaman dahulu yang telah digantikan oleh rumah minimalis bergaya kebara-baratan jaman sekarang.
    Warga desa disana sudah banyak yang beralih ke kompor gas daripada menggunakan pawon seperti pada jam dahulu. Karena menurut mereka menggunakan kompor gas lebih praktis dan tidak usah repot mencari kayu bakar.

    7. PEKERJAAN
    Seperti masyarakat Jawa pada umumnya mereka bekerja di sawah atau bermata pencaharian sebagai petani, begitu pun warga desa mbambang dukuh yang sebagian besar bertani dan berladang. Namun semakin banyaknya kebutuhan ekonomi yang harus penuhi membuat mereka beralih dari bertani menjadi seorang TKW. Saat ini anak perempuan yang hanya lulusan sekolah SMP atau SMA memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai TKW daripada harus pergi ke sawah. Mereka menganggap bahwa pekerjaan sebagai TKW lebih menyenangkan dan mendapatkan banyak uang.

    Disana saya mewawancarai salah satu mantan TKW di Singapura yang bernama mba Supriyati berusia 29 tahun yang saat ini sudah tidak bekerja lagi atau pengangguran. Menurut pendapat mba Supriyati, beliau lebih senang saat menjadi TKW karena secara tidak langsung ia bisa pergi ke luar negeri. Beliau mendapatkan informasi untuk menjadi seorang TKW dari teman nya yang pernah menjadi TKW di korea.
    Lalu setelah itu pada tahun 2008 beliau mendaftarkan diri di PT. Rimba Ciptaan Indah yang berada di Semarang dengan membayar 600 ribu. Ternyata mendaftar menjadi TKW tidak mudah karena ada proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan, setelah dinyatakan diterima di perusahaan itu, mba Supriyati mendapatkan training dan tinggal di asrama yang sudah disediakan disana. Selain diajarkan cara untuk memasak,membersihkan rumah mereka juga diajarkan cara berbahasa inggris dengan baik. Setelah beberapa minggu melakukan training, mba Supriyati baru bisa mendapatkan Visa untuk ke luar negeri. Dia menjadi TKW di Singapura selama 2 tahun. Dengan gaji yang ia dapatkan saat itu sekitar 300 dolar atau 2 juta.

    Saat ini warga desa mbambang dukuh sekitar 60% banyak yang menjadi TKW di luar negeri, mereka terpengaruh dan tergiur akan gaji yang ditawarkan saat menjadi TKW. Saat ini mba Supriyati sudah berhenti menjadi TKW karena suami nya menyuruhnya untuk menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurusi kedua anaknya yang masih kecil.

    C. PENUTUP
    SIMPULAN
    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku,agama,budaya dan adat istiadat. Pulau jawa merupakan salah satu tempat yang memiliki penduduk terbanyak. Masyarakat yang tinggal di daerah jawa memliki kebiasaan atau tradisi berbeda antara satu desa dengan desa yang lain. Salah satu nya di desa mbambang dukuh, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Mereka tinggal di daerah pesisir pantai utara Jawa dan jauh dari pusat kota.
    Disana terdapat berbagai macam tradisi, makanan, agama, pendidikan, bahasa, bangunan, dan pekerjaan masyarakat di desa mbambang dukuh saat ini. Banyak perbedaan yang secara nyata terlihat pada masyarakat Jawa dulu dan sekarang. Saat ini masyarakat Jawa mulai terpengaruh adanya globalisasi yang membuat mereka lupa bahwa mereka mempunyai kebudayaan sendiri yang seharusnya dipertahankan.

    LAMPIRAN TENTANG NARASUMBER

    Nama : Bu Suparti
    Usia : 40 tahun
    Alamat : Desa mbambang dukuh Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati Rt 01/06
    No hp : 081373846885

    Nama : Pak Ngari
    Usia : 52 tahun
    Alamat : Desa mbambang dukuh Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati Rt 01/06
    No.hp : _

     

    Categories: Kumpulan Tugas Sosiologi dan Antropologi

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: