• Mendidik Diri Menjadi Indonesia: Memanusiakan Orang Lain Di Depan Kita

    hai hai kali ini saya akan memposting salah satu project tugas pada mata kuliah studi masyarakat Indonesia nih. Pada mata kuliah yang diampu oleh pak Harto pada semester 3 ini kami para mahasiswa diminta untuk melakukan sebuah project kebaikan kepada orang lain serta menuliskannya dan mendokumentasikannya.

    Pada tanggal 25 Oktober 2016, dosen pengampu mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia yaitu Pak Harto Wicaksono memberikan project tugas kepada kami. Tugas tersebut mewajibkan kami untuk membantu lima orang yang berada di sekitar kami yang sedang membutuhkan bantuan atau sedang dalam kesusahan. Setelah membantu mereka yang kesusahan, selanjutnya kami juga diharuskan untuk mengambil foto dan menanyakan biografi orang yang telah kami tolong sebagai bukti bahwa kami telah membantu orang tersebut. Pak Harto membatasi tugas tersebut dengan hanya memperbolehkan kami menolong maksimal satu orang dari dalam jurusan dan satu orang anggota keluarga saja.

    Jika saya simpulkan, Pak Harto memberikan tugas tersebut karena beliau ingin kami sebagai mahasiswa yang berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Sosial menjadi lebih peka dan lebih peduli dengan keadaan yang ada di sekitar kita. Lalu beliau tidak memperbolehkan kami membantu orang dalam satu jurusan lebih dari satu orang agar kami memiliki jaringan atau relasi yang lebih luas dengan orang lain. Karena saat membantu seseorang yang tidak kita kenal maka secara tidak langsung kita akan berkenalan dan itu akan membantu menambah jaringan pertemanan kita dengan orang lain. Sebagai mahluk sosial tidak bisa dipungkiri bahwa kita hidup di dunia ini pasti akan membutuhkan bantuan orang lain dan terkadang keberadaan kita dibutuhkan oleh orang lain. Menurut saya, membantu orang lain merupakan salah satu kewajiban bagi setiap manusia. Selain itu dalam project ini saya juga bisa merasakan banyak sekali manfaat yang didapatkan saat kita membantu orang. Tidak perlu mengharapkan imbalan berupa materi karena hanya dengan senyuman yang diberikan dari orang-orang yang sudah saya bantu hal tersebut nyatanya dapat menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya. Sepele memang, tapi itulah sensasi nyata yang selama ini saya rasakan setelah membantu orang lain. Jika dilihat dari sisi agama, membantu orang lain juga dapat menambah pahala kita karena Allah memang mengharuskan setiap manusia untuk membantu orang lain yang sedang dalam kesusahan atau orang yang membutuhkan bantuan.

    1. Ibu Separuh Baya di Pinggir Jalan
    Sakit adalah kondisi yang tidak diinginkan oleh semua orang. Namun saat itu saya adalah orang yang merasa senang karena dengan kondisi saya yang sedang tidak sehat membuat ibu saya berkunjung ke Semarang untuk menjenguk saya. Walaupun beliau hanya menjenguk dan tinggal untuk beberapa hari tapi itu bisa membuat saya pulih dengan cepat. Aneh memang kedengarannya tapi memang itu faktanya. Nampaknya sakit yang saya alami adalah faktor rasa rindu kepada kedua orang tua saya karena memang sudah empat bulan saya belum sempat untuk pulang ke rumah karena padatnya kegiatan di organisasi yang saya ikuti.

    Siang itu, dengan mengendarai sepeda motor saya mengantarkan ibu saya pergi ke Jatingaleh karena beliau ingin pergi ke Jepara. Sesampainya di Jatingaleh, lalu ibu berpamitan dengan saya sebelum naik ke dalam bis dan saya merasa sangat sedih karena harus berpisah jarak dengan ibu lagi. Setelah itu beliau naik ke dalam bis untuk pergi ke Jepara karena beliau ingin bersilaturahmi ke rumah saudara terlebih dulu yang ada di Jepara sebelum keesokan harinya pulang ke Tangerang dengan menggunakan bis dari Jepara. Perpisahan merupakan hal yang tidak diinginkan oleh semua orang karena hal tersebut akan meninggalkan kesedihan. Setelah bis yang ditumpangi oleh ibu saya sudah pergi menjauh dan tidak terlihat lagi, saya lalu memutar balik arah dan pulang ke kos. Di perjalanan pulang saya sempat menangis karena perpisahan tadi. Tapi untungnya saya menggunakan helm jadi orang-orang tidak tau jika saya sedang menangis.

    Saat di perjalanan pulang, dari kejauhan saya melihat ada seorang ibu separuh baya yang berdiri di pinggir jalan dengan menggendong bakul di punggungnya yang sepertinya menunggu sesuatu sambil melambaikan tangannya. Ibu itu terlihat letih sekali dan kepanasan karena cuaca saat itu memang cukup terik. Akhirnya saya memberhentikan motor saya tepat di depan beliau dan bertanya kepada beliau:
    Saya :”Bu, maaf ibu mau kemana kok keliatannya sedang menunggu sesuatu?”
    Ibu :”Ini nduk, ibu lagi nungguin angkot. Udah hampir setengah jam ibu berdiri disini nungguin angkot tapi belum ada yang lewat.”
    Saya :”Ya allah ibu nungguin angkot dari tadi? Ibu mau kemana emang?”
    Ibu :”Ibu mau ke jembatan besi nduk.”
    Saya :”Kebetulan saya juga mau ke arah situ bu, ayo ibu bareng saya saja nanti saya akan mengantarkan ibu.”
    Lalu ibu tersebut saya ajak untuk ikut bareng dengan saya. Walaupun awalnya beliau sedikit ragu dan berkata takut merepotkan saya namun akhirnya tawaran saya untuk menumpanginya berhasil diterima oleh beliau.
    Ibu :” Kamu darimana emangnya nduk?”
    Saya :”Saya habis mengantarkan ibu saya ke jatingaleh bu, beliau ingin bersilaturahmi di rumah saudara yang ada di Jepara. Ibu mau kemana, ko membawa bakul?”
    Ibu :”Ibu mau ke pasar sampangan nduk.”
    Saya :”Oh yaudah nanti saya anterin sampe depan pasar sekalian aja ya bu.”
    Ibu :”Tidak usah nduk, ibu turun di samping jembatan besi aja.”
    Saat sampai di samping jembatan besi beliau menyuruh saya untuk berhenti karena beliau ingin turun disitu saja dan beliau tidak ingin diantarkan hingga pasar. Akhirnya saya menurunkan beliau di tempat yang dia inginkan. Ternyata setelah saya amati kenapa ibu tersebut tidak mau saya antar hingga pasar. Ternyata di sebrang jembatan tersebut memang sudah ada teman-temannya yang menunggunya.
    Ibu :”Terima kasih ya nduk, udah ibu sampai sini saja. Hati-hati di jalan nduk.”
    Saya :”Iya bu samasama.”

    Lalu setelah ibu itu pergi dengan teman-temannya berjalan ke pasar saya melanjutkan perjalanan untuk pulang. Selama diperjalanan dengan ibu separuh baya tersebut saya diceritakan oleh beliau bahwa sebenarnya sejak tadi ada beberapa angkot yang lewat namun angkot tersebut selalu penuh, setelah beberapa menit menunggu dan tidak ada angkot yang lewat lagi akhirnya beliau melambai-lambaikan tangannya berharap agar seseorang mau menumpanginya. Saat itu jalanan lumayan sepi sebelum akhirnya dari kejauhan saya melihat lambaian tangan ibu tersebut lalu saya berhenti dan menawarinya untuk menumpang. Karena ibu separuh baya itu terus bercerita kepada saya dan saya ikut merasa terharu mendengarkan ceritanya membuat saya sampai lupa menanyakan biografi ibu tersebut. Bahkan saya pun tidak sempat untuk melakukan dokumentasi karena saat itu saya sedang tidak membawa handphone.

    ANALISIS
    Dari cerita diatas saya melihat bahwa perlakuan yang saya lakukan kepada ibu separuh baya tersebut terjadi berdasarkan pola kelakuan batiniah dimana saat saya melihat ibu tersebut berdiri di pinggir jalan dan kepanasan saya merasa kasihan kemudian memutuskan untuk berhenti dan menawarinya untuk ikut bareng. Mengapa saya memilih pola kelakuan batiniah sebagai konsep yang saya gunakan dalam peristiwa ini karena pola kelakuan batiniah adalah pola yang tetap dan setiap orang yang melihat ibu-ibu paruh baya berdiri sendiri dipinggir jalan pasti akan melakukan hal yang sama seperti apa yang saya lakukan karena merasa empati.

    Pola kelakuan batiniah seseorang diteliti secara ilmiah oleh sosiolog dan yang menjadi fokus penelitiannya bukanlah isi batin yang tidak dapat diamati, melainkan cara-cara pengungkapan apa yang terkandung dalam batin, seperti cara berpikir, cara berkemauan, dan cara mengungkapkan perasaan (Handoyo 2015:51). Dalam contoh peristiwa ibu separuh baya yang berdiri di pinggir jalan, beliau menggunakan bahasa isyarat dengan cara melambaikan tangan kepada setiap pengendara yang melintas dan berharap mendapatkan tumpangan. Kemudian bahasa isyarat berupa lambaian tangan tersebut dimengerti oleh saya sehingga saya memberhentikan motor lalu menawarkan ibu separuh baya itu untuk membonceng dengan saya karena tujuan kita satu arah.

    Setiap ungkapan batiniah yang berpola tersebut biasanya bersifat sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain. Karena secara sadar atau tidak sadar ketika seseorang memberikan isyarat berupa lambaian tangan dengan gerakan berpola maka kemudian pola itu akan senantiasa dilakukan saat orang lain dalam posisi yang sama dengan ibu sepatuh baya tersebut. Namun suatu ungkapan batiniah dikatakan bersifat sosial adalah jika bentuk ungkapan yang dilakukan itu merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan bagi setiap anggota masyarakat pada umumnya.

    2. Budaya Berbagi Orang Indonesia

    Sore itu saya dan Isna teman satu kos saya sedang asyik menonton tv dan berbincang-bincang di ruang tengah. Lalu Mba Dinik dan Mba Hanik yang baru saja pulang dari kuliah ikut “nimbrung” di ruang tengah untuk memberikan info mengenai kegiatan bakti sosial yang akan diadakan oleh Himpunan Mahasiswa IPA ke panti asuhan al-idris yang berada di daerah gunung pati.

    Mba Dinik :”Oh iya disini ada yang mau ikut nyumbangin barang-barangnya nggak? Soalnya minggu depan anak hima IPA bakal ngadain baksos di panti asuhan al-idris.”
    Saya :”Aku mau nyumbang dong mba tapi aku gak ada baju yang bisa aku sumbangin jadi nyumbangnya kerudung aja mba hehe boleh kan?. ”
    Mba Dinik :”Boleh ko yan, nanti kasih ke mba Hanik aja ya. Kalo bisa sih hari ini udah dikasih yan soalnya besok lusa udah mau dipacking barang-barangnya.”
    Isna :”Aku ada sih mba tapi baju-baju ku yang udah gak tak pake udah tak bawa pulang ke rumah mba.”
    Mba Hanik :”Yee kalo udah dibawa pulang gak usah diomongin is.”
    Isna :”Hahaha lagian mba gak ngomong kalo mau ngadain baksos.”
    Kemudian saya meninggalkan mereka yang sedang berbincang-bincang dan masuk ke dalam kamar untuk mengambil barang-barang yang akan saya sumbangkan yaitu kerudung dan menyerahkan kepada Mba Hanik.
    Saya :”Ini mba kerudungnya (sambil nyerahin beberapa kerudung ke Mba Hanik).”
    Mba Hanik :”Oh iya makasih ya yan.”
    Saya :”Iya sama-sama mba, oh iya mba emang acara baksos itu cuma buat anak IPA aja po?”
    Mba Dinik :”Kan ini emang yang ngadain anak Hima IPA yan jadi ya rata-rata yang ikut anak hima doang, tapi kalo kamu sama Isna mau ikut gapapa sih sekalian nanti bisa bantu-bantu juga kan disana. Soalnya kebetulan aku ketua pelaksana kegiatan baksos tahun ini.”
    Saya :”Serius nih mba aku boleh ikut di acara baksosnya? Yaudah fix aku sama Isna ikut mba.”
    Mba Dinik :”Yaudah nanti hari sabtu kita berangkat bareng dari kosan terus kamu ikut kumpul sama anak hima dulu ya yan di perpustakaan IPA buat breafing.”

    Keesokan harinya pada tanggal 17 Desember saya, Isna, Mba Dinik, dan Mba Hanik berangkat bersama dari kos menuju perpustakaan IPA. Disana ternyata sudah banyak yang datang. Ternyata diantara orang-orang yang ingin baksos saat itu tidak hanya saya dan Isna yang berasal dari jurusan diluar IPA tetapi saya juga melihat dan mendengarkan ada dua orang yang saat berbicara menggunakan bahasa asing. Lalu saya bertanya kepada Mba Dinik siapa dua orang tersebut, kemudian Mba Dinik menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan itu merupakan mahasiswa yang mengikuti program pertukaran dari Thailand. Yang perempuan bernama Dyu, dia mengambil jurusan Bahasa Inggris di Unnes dan Sinlawat Buntian atau biasa dipanggil Musin mengambil jurusan IPA Terpadu. Di perpustakaan saya sempat berkenalan dan berbincang-bincang dengan mereka walaupun Musin terkadang tidak begitu mengerti dengan apa yang saya ucapkan karena dia memang belum begitu lancar dalam berbahasa inggris dan terkadang beberapa kali Musin bertanya terlebih dahulu ke Dyu bagaimana cara mengucapkan yang dia ingin ungkapkan ke saya dalam bahasa inggris. Berbeda dengan Musin yang cenderung tidak terlalu banyak bicara, tapi Dyu lebih cepat akrab dengan orang lain karena kemampuan berbicara dalam bahasa inggris yang dia kuasai.

    Pada pukul 14.00 kami berangkat ke Panti Sosial Anak Asuh Al-Idris yang berada di Gunung Pati. Sesampainya disana, kami disambut baik dengan pemilik panti dan anak-anak yang tinggal di panti tersebut. Kemudian kami berkenalan satu-persatu dengan anak-anak panti itu. Lalu setalah itu Mba Dinik selaku ketua pelaksana acara baksos ini memberikan sambutan dan menjelaskan maksud kedatangan kami. Saat kami sedang bercanda gurau dengan anak-anak panti tersebut, ibu panti menyuruh kami semua untuk bersiap-siap karena sebentar lagi sudah mau masuk waktu sholat ashar dan di panti asuhan al-idris selalu melaksanakan sholat berjamaah. Lalu kami mengambil wudhu dan kami sholat berjamaah bersama. Setelah sholat, kami pamit untuk pulang dan memberikan bingkisan kepada anak-anak panti dan juga menyerahkan barang-barang yang masih layak pakai untuk mereka yang sudah kami kumpulkan beberapa hari yang lalu. Saat ingin membagikan bingkisan anak-anak kecil disana merasa senang dan mereka langsung berbaris menunggu giliran untuk mendapatkan bingkisan tersebut. Saat kami ingin berjalan keluar dari panti itu, ada satu anak laki-laki yang menangis karena dia baru saja bangun tidur dan belum mendapat bingkisan, lalu saya mengambil satu bingkisan lagi dan dengan tersenyum memberikannya pada anak kecil tersebut.

    ANALISIS
    Kegiatan bakti sosial di panti asuhan al idris merupakan satu kegiatan yang sangat berkesan bagi saya, karena dari kegiatan tersebut saya bisa belajar untuk lebih memahami kondisi orang-orang yang berada di sekitar kita dan ikut merasakan indahnya berbagi kepada orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia akan diakui eksistensinya ketika seseorang berada dalam lingkungan sosialnya atau oleh Aristoteles disebut zoon politicon (Handoyo 2015:50). Dalam konsep manusia sebagai makhluk sosial tersebut, kegiatan bakti sosial yang diadakan oleh mahasiswa Hima IPA merupakan satu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan eksistensinya dengan cara membantu orang yang membutuhkan di sekitarnya. Dengan melakukan baksos, mereka akan lebih dihargai keberadaanya di dalam masyarakat. Tidak hanya itu, kegiatan bakti sosial tersebut juga mampu untuk meningkatkan solidaritas di kalangan kelompok tersebut. Bagi saya kegiatan bakti sosial tersebut merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan untuk bisa mendekatkan diri dengan masyarakat sekitar. Hal lain yang saya dapatkan dari kegiatan bakti sosial itu adalah teman baru yang berasal dari Thailand yaitu Dyu dan Musin.

    BIOGRAFI
    Tentang Mba Dinik:
    Nama : Dinik Trisiani S.M
    Prodi : Pendidikan IPA
    Semester : 5 (Lima)
    Umur : 20 tahun
    Jabatan :1. Ketua Bidang Departemen Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) Himpunan Mahasiswa IPA.

    2. Pelaksana kegiatan bakti sosial periode II tahun 2016.

    Tentang Musin:
    Nama : Sinlawat Buntiam
    Prodi : Pendidikan IPA
    Semester : Tujuh di Kaesart University
    Asal : Thailand

    Tentang Dyu
    Nama : Dyu
    Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris
    Semester : Tujuh di Kaesart University
    Asal : Thailand

    Alamat Panti :Sabrangan Rt.04 Rw. 03 Kel.Plalangan Kec. Gunungpati Kota Semarang.
    No. Telepon : 085 600 114 616 / 081 228 643 313

    3. Membantu Mengajar Pramuka di Sekolah

    Organisasi di tingkat jurusan yang saat ini saya ikuti adalah pramuka. Saya merupakan mahasiswi yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan di pramuka. Gl-3 mengajar adalah salah satu agenda yang ada di dalam program kerja Gl-3 dalam bentuk pengadian kepada masyarakat dengan cara membantu mengajar di sekolah-sekolah menengah pertama atau SMP yang ada di sekitar Semarang. Dalam program kerja ini, semua anggota pramuka diwajibkan untuk mengajar di sekolah-sekolah yang sudah ditentukan selama 1 bulan. Kegiatan yang kami lakukan ini juga bertujuan untuk membantu pembina pramuka disana yang jumlahnya hanya dua orang sedangkan siswanya sekitar 200 orang. Saya, Yuni, Ka Yunike, Ka Shofyan dan Hantiti mendapatkan bagian untuk mengajar di SMP Islam Al Madina yang berada di Sampangan.

    Materi yang harus diajarkan kepada para siswa-siswa SMP tersebut antara lain, tali-temali, sandi rumput, peraturan baris berbaris, semaphore, cara membuat drag bar, pertolongan pertama pada orang sakit dan cara survive di alam terbuka. Jadi kami terbagi menjadi dua bagian yaitu ada yang bertugas untuk mengajar di kelas dan di lapangan. Dari semua materi tersebut saya mendapatkan bagian untuk mengajarkan baris berbaris. Ini bukan kali pertama bagi saya untuk mengajar baris berbaris karena sebelumnya saat SMP dan SMA saya sering mengajar baris berbaris untuk anak paskibra jadi bagian materi ini cukup saya kuasai. Biasanya sebelum praktek baris berbaris di lapangan saya selalu memberikan materi di kelas terlebih dahulu. Di dalam kelas saya juga mengadakan sesi tanya jawab kepada siswa agar proses penyampaian materi yang saya lakukan tidak membosankan kemudian saya memberikan kesempatan untuk para siswa yang belum memahami tentang materi yang saya jelaskan untuk bertanya. Setelah mereka sudah mendapatkan materi tentang baris-berbaris mulai dari sejarah hingga apa saja gerakannya barulah mereka saya ajak ke lapangan untuk langsung mempraktekan gerakan-gerakan tersebut dalam barisan. Siswa laki-laki disana rata-rata tidak bisa diatur dan sedikit nakal sehingga saya bersikap tegas setiap kali mengajar dan saya juga tidak segan untuk memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengikuti aturan dalam baris berbaris dengan cara menyuruh mereka push up namun tidak jarang juga saya memberikan reward berupa pujian saat mereka melakukan gerakan dengan baik dan benar.

    ANALISIS
    Dalam kegiatan membantu mengajar pramuka di SMP Islam Al Madina tersebut saya akan melakukan pendekatan dengan menggunakan konsep interaksi sosial yang merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial (Soekanto 2014:55). Saat mengajarkan tentang materi baris berbaris kepada sekelompok siswa SMP tersebut di dalam kelas posisi saya secara tidak langsung adalah sebagai guru. Dalam interaksi sosial tersebut, pada tahap awal saya mencoba untuk menguasai kelas supaya proses interaksi sosial berlangsung dengan seimbang, dimana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara kedua belah pihak yaitu siswa dan saya sebagai pengajar. Dengan demikian interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak.
    Selain itu, mengajar juga dapat dikatakan sebagai pola kelakuan lahiriah dimana istilah lahiriah dikaitkan dengan kelakuan lahiriah yang menunjuk pada tindakan yang dapat disaksikan oleh orang lain (Handoyo 2015:51). Konsep pola kelakuan lahiriah tersebut seperti tindakan yang saya lakukan saat mengajar di depan kelas dan memberikan materi tentan peraturan baris berbaris kepada para siswa.

    4. Meminjamkan Motor untuk Mengumpulkan Laporan Praktikum

    Selasa, 13 Desember 2016 ketika saya sedang mengerjakan laporan tugas observasi di dalam kamar tiba-tiba terdengar suara keributan kecil diluar kamar. Lalu saya memutuskan keluar kamar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. Ternyata ada adik tingkat saya dari jurusan geografi bernama Nikmah dan seorang temannya Desiana yang sedang mengobrol menggunakan bahasa Jawa yang tidak begitu saya mengerti namun saya tau inti dari pembicaraan mereka yaitu mereka sedang kebingungan karena asisten praktikum dari Desiana baru saja memberi kabar bahwa deadline pengumpulan tugas laporan praktikum harus ditumpuk hari ini pukul 15.00. Sedangkan pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 14.45 dan itu yang membuat Desiana panik. Karena memang letak kos saya yang lumayan jauh dari Fis maka saya pun meminjamkan motor kepada Desiana. Walaupun awalnya saya ragu untuk meminjamkan motor kepada dia karena Nikmah merupakan penghuni kos yang baru saja pindah beberapa waktu yang lalu yang belum begitu saya kenal namun akhirnya saya memberanikan diri untuk meminjamkan motor kepada temannya karena saya merasa kasihan jika dia harus berjalan kaki ke kampus untuk mengumpulkan tugas laporan praktikumnya tersebut.

    Saya : ”Dek, kalian ini kenapa sih kok keliatannya bingung gitu?”
    Nikmah :”Ini loh mba, temen ku baru dikabarin sama asisten praktikumnya kalo sekarang jam 15.00 laporannya harus udah dikumpulin.”
    Saya :”Lah kok bisa baru dikabarin sih? Terus kamu gak bawa motor dek kesininya?”
    Desiana :”Nggak mba, tadi aku kesininya jalan kaki.”
    Saya :”Oalah gitu, yaudah pake motor ku aja tuh dek mumpung lagi nganggur. (Masuk kamar ngambil kunci motor). Nih kuncinya, itu motorku yang jupiter warna biru ya.”
    Desiana :”Mba beneran nih aku gapapa kalo pinjem motornya?”
    Saya :”Iya gapapa dek, santai aja lagian juga aku lagi gak mau kemana-mana ko. Yaudah cepetan tinggal berapa menit lagi udah mau jam tiga nih.”
    Lalu mereka sempat berdiskusi sebentar dengan menggunakan bahasa Jawa, karena saya tidak begitu paham maka saya hanya memperhatikan mereka berdua. Dan yang awalnya Desiana ragu untuk meng’iyakan’ tawaran saya untuk meminjamkan motor akhirnya dia mengambil kunci motornya.
    Desiana :”Makasih ya mba, makasih banget.”
    Nikmah :”Mba Dian makasih ya, maaf kalo aku sama temen ku ngerepotin. Aku sama Desi pamit dulu ke kampus ya mba.”
    Saya :”Iya dek samasama, ah gak ngerepotin kok biasa aja.”
    Setelah percakapan itu lalu mereka pergi untuk mengumpulkan tugasnya tersebut.

    ANALISIS
    Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang multikulturalisme. Multikulturalisme menawarkan adanya saling pemahaman di antara individu yang berbeda latar belakang budaya. Sebagai bangsa yang masyarakatnya majemuk, Indonesia memiliki keanekaragaman budaya hal itu dapat dilihat dari perbedaan bahasa yang menjadi kerangka acuan dalam kegiatan sosial mereka sehari-hari (Handoyo 2015:65). Hal tersebut terlihat jelas saat saya, Desiana, dan Nikmah berbicara tetapi mereka berdua lebih sering menggunakan bahasa jawa yang tidak saya mengerti begitupun sebaliknya mereka tidak mengerti jika saya berbicara dalam bahasa sunda karena kami berasal dari daerah dan memiliki budaya yang berbeda yaitu selama ini mereka tinggal di Jawa dan memiliki budaya Jawa dan saya tinggal di Tangerang dan memiliki budaya orang sunda. Selama ini prasangka di dalam masyarakat yang pernah saya dengar adalah bahwa orang sunda dan orang jawa jika hidup bersama dalam masyarakat akan menimbulkan konflik karena sifat yang dimiliki orang sunda cenderung lebih kasar dibandingkan sifat yang dimiliki orang jawa yang cenderung halus. Dengan membantu mereka untuk mengumpulkan tugas dengan meminjamkan motor saya diharapkan akan menghilangkan berbagai stereotip yang membedakan latar belakang budaya yang saya miliki sebagai golongan minoritas yang tinggal di Jawa. Karena menurut Handoyo (2015:26) “menghilangkan stereotip akan menghilangkan prasangka yang biasanya menjadi acuan dari diskriminasi dan konflik yang dihasilkan oleh kebencian.”

    BIOGRAFI

    Nama : Desiana Maryati
    Prodi : Pendidikan Geografi
    Umur : 18 tahun
    Asal : Rembang

    Nama : Wahidatun Nimah
    Prodi : Pendidikan Geografi
    Umur : 18 tahun
    Asal : Kudus

    5. Menggalang Dana untuk Bumi Serambi Mekah

    Serambi Mekah merupakan salah satu sebutan untuk kota Aceh. Pada akhir Desember lalu, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan pemberitaan yang ada di media yang memberitahukan bahwa di Aceh telah terjadi gempa dan gempa tersebut menghancurkan rumah-rumah warga bahkan menelan korban jiwa. Trauma yang mendalam tentang kejadian tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun lalu membuat mereka khawatir akan adanya tsunami saat gempa kemarin. Banyak dari masyarakat disana yang mengalami kerusakan harta benda bahkan kehilangan anggota keluarga.

    Dengan adanya pemberitaan tersebut, banyak pihak yang gencar untuk melakukan aksi sosial berupa penggalangan dana untuk para korban di Aceh salah satunya yaitu para aktivis yang tergabung dalam FORMIPA (forum mahasiswa IPA Indonesia). Saat itu saya mendapatkan info dari teman saya yang berasal dari jurusan IPA bahwa mereka akan melakukan aksi sosial tersebut dan dalam penggalangan dana itu boleh diikuti oleh umum atau boleh diikuti oleh siapa saja. Lalu saya mencoba untuk menghubungi Mas Ilham yang merupakan ketua pelaksana kegiatan tersebut untuk meminta bergabung dalam aksi sosial itu.

    Pada hari minggu, 18 Desember kami semua berkumpul di banaran. Setelah semua anggota sudah lengkap kami berangkat menuju simpang lima bersama-sama. Simpang lima dianggap tempat yang strategis untuk menggalang dana karena pada hari minggu banyak orang yang sedang melakukan aktivitas olahraga disana atau hanya sekedar bersantai dan dengan banyaknya kerumunan orang tersebut mempermudah aksi kami untuk menggalang dana. Saat sampai di simpang lima kami melakukan briefing terlebih dahulu kemudian setelah itu kami dibagi menjadi beberapa kelompok lalu diperintahkan untuk menyebar oleh mas Ilham ke dalam kerumunan orang-orang disana.

    ANALISIS
    Dalam kegiatan penggalangan dan untuk Aceh tersebut saya akan menganalisis menggunakan pendekatan kerja sama atau orang Indonesia lebih akrab dengan istilah gotong royong. Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha yang dilakukan bersama antara orang-perorangan atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama dan adanya kesadaran bahwa tujuan yang akan dicapai memiliki manfaat bagi orang lain. Seperti halnya aksi sosial yang kami lakukan yang bertujuan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya yang kemudian uang tersebut akan dikirimkan ke Aceh untuk membantu mereka yang sedang membutuhkan.
    Charles H. Cooley mengatakan bahwa betapa pentingnya fungsi kerjasama bagi kelompok tertentu. Dalam buku sosiologi suatu pengantar Cooley menjelaskan bahwa:

    “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.”
    Keuntungan yang bisa saya dapatkan dari adanya kegiatan sosial tersebut yaitu dapat menambah jaringan relasi pertemanan saya dengan orang lain diluar ruang lingkup Unnes dan juga membuat saya lebih peduli dan lebih peka dengan kondisi masyarakat yang ada di sekitar.

    BIOGRAFI
    Nama : Syahridlo Ilhami
    Prodi : Pendidikan IPA
    Semester : 5
    Jabatan : 1. Ketua Umum Forum Mahasiswa IPA Indonesia
    2. Ketua Departemen Bakat dan Minat di Hima IPA

    DAFTAR PUSTAKA
    Handoyo, Eko dkk. 2015. Studi Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
    Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    Categories: Kumpulan Tugas Sosiologi dan Antropologi

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    * Kode Akses Komentar:

    * Tuliskan kode akses komentar diatas: