Tradisi Mitoni Di Desa Sewaka Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

            Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang multikultural, karena Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan disetiap daerahnya memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

         Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, “Kebudayaan diartikan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat”. (Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali Pers), hlm 151. Lain halnya dengan E.B Taylor yang memberikan definisi kebudayaan sebagai berikut:

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. (Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali Pers), hlm 150.

           Dari kedua definisi tersebut, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat yang memiliki nilai, moral, adat istiadat, tradisi, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.

           Dengan kata lain, sebuah kebudayaan tidak akan lepas dengan adanya tradisi. Begitupun juga dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang pada umumnya dikenal sebagai  masyarakat yang memiliki banyak adat istiadat dan tradisi-tradisi. Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih dilakukan di Desa Sewaka adalah tradisi mitoni atau tingkeban.

      Mitoni atau Tingkeban merupakan tradisi yang dilakukan saat kandungan berumur tujuh bulan. (Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta:Balai Pustaka), hlm 350. Dengan demikian, yang dinamakan tradisi mitoni atau tingkeban adalah tradisi yang dilakukan oleh ibu hamil pada saat usia kenadungannya berumur tujuh bulan.

        Di desa Sewaka, tradisi mitoni atau tingkeban ini dilakukan  untuk memperingati ibu hamil yang mengandung anak pertamanya. Tradisi ini dilakukan untuk mendoakan si calon ibu dan calon anak yang dikandungnya agar pada saat melahirkan nanti si ibu dan anaknya dapat lahir dengan selamat.

Perlengakapan yang Diperlukan Pada Saat Upacara Mitoni

Di desa Sewaka, tradisi mitoni ini dari dulu sampai sekarang masih tetap dilaksanakan.Meskipun sekarang dalam pelaksanaan tradisi mitoni berbeda-beda yaitu ada yang melakukannya secara lengkap seperti upacara mitoni pada umumnya dan ada juga yang melakukannya secara sederhana saja berupa slametan atau syukuran.Semua pelaksanaan tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan keluarga yang melaksanakan upacara mitoni tersebut. Sebelum proses upacara mitoni dilaksanakan, diperlukan beberapa perlengkapan antara lain:

  1. Air yang dicampur dengan kembang tujuh rupa untuk siraman. Padaumumnya air ini berasal dari tujuh mata air, namun di desa Sewaka sendiri menggunakan air biasa yang dicampur dengan kembang tujuh rupa.
  2. Batok (tempurung) sebagai gayung siraman (Ciduk).
  3. Kendi dipergunakan untuk memandikan paling akhir.
  4. Dua anduk kecil untuk menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman.
  5. Sebutir telur ayam kampung dibungkus dengan plastic.
  6. Siwur
  7. Tujuh motif kain batik atau jarit
  8. Janur
  9. Dua buah kelapa gading
  10. Pakaian yang dikenakan oleh pasangan calon ayah dan calon ibu. Calon ayah dan ibu berpakain jawa seperti pada pakaian jawa pada umumnya serta si calon ibu rambutnya terurai dan tanpa perhiasan.

Selain membutuhkan beberapa perlengkapan, dalam proses pelaksanaan upacara mitoni juga membutuhkan beberapa hidangan yang disajikan. Hidangan tersebut dijadikan sebagai syarat dan kelengkapan dalam pelaksanaan upacara mitoni. Beberapa hidangan yang diperlukan dalam proses pelaksanaan upacara mitoni, antara lain:

  1. Bubur merah dan bubur putih
  2. Rujak, dalam pembuatan rujak ini bumbunya pedas dengan tujuh macam buah-buahan
  3. Es dawet
  4. Nasi dan lauk pauk untuk selamatan

Proses Pelaksanaan Tradisi Mitoni

Pelaksanaan tradisi mitoni tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, biasanya dalam pelaksanaanya orang yang dituakan akan memilih hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara mitoni.

Pada umumnya upacara mitonidiadakan pada hari Setu Wage (Sabtu Wage) dalam bulan ketujuh umur kandungan yang mengandung persamaan dengan istilah metu age atau lekas keluar“.Upacara mitoni biasanya dilaksanakan di ruang keluarga atau diruang yang cukup luas.

Dalam pelaksanaan tradisi mitoni, ada beberapa proses yang harus dilakukan, antara lain : siraman, brojolan, upacara ganti busana, upacara mumutus lilitan janur atau lawe, upacara memecahkan siwur, jualan dawet, yang terkahir adalam selamatan

Siraman

Siraman ini dilakukan untuk pembersihan diri. Pembersihan ini, bertujuan untuk membersihkan calon ibu dari dosa-dosa sehingga pada saat si calon ibu melahirkan nanti, anaknya tidak mempunyai beban moral dan proses kelahirannya menjadi lancar.

Pada umumnya, Air yang dipakai untuk siraman berasal dari tujuh  sumber mata air yang berbeda dan air tersebutdicampur dengan bunga tujuh rupa atautujuh macam bunga yang berbeda. Namun, di desa Sewaka proses siraman menggunakan satu sumber mata air saja dan kemudian dicampur dengan bunga tujuh rupa.

Pada saat siraman, dilakukan oleh para sesepuh (orang yang dituakan) yang berjumlah 7 (Tujuh) orang, dimulai dari kedua orang tua si calon ibu.

Pada saat proses siraman ini berlangsung si calon ibu akan mengenakan kain batik. Terakhir, si calon ibudi guyur air didalam kendi, sampai air tersebut habis. Setelah habis, kendi  yang  telah kosong  tersebut dibanting ke tanah. Dibantingnya kendi ini bertujuan untuk memprediksi apakah bayi itu perempuan atau laki-laki.Jika ujung  atau paruh kendi tidak pecah, artinya bayi yang lahir adalah laki-laki. Namun, jika bagian ujung kendi ikut pecah, artinya bayi yang akan lahir berarti perempuan.

Brojolan

Pada saat pelaksanaan brojolan, pasangan suami istri akan mengenakan busana adat Jawa. Dilanjut dengan meneroboskan dua buah kelapa gading. Salah seorang sesepuh akan meneroboskan dua buah kelapa gading tersebut disela-sela kain batik yang  calon ibu kenakan, kemudian calon nenek dari si calon ibu tadi menangkap kelapa tersebut dari bawah yang nantinya diberikan kepada calon ayah. Makna dari meneroboskan dua buah kelapa gading tersebutadalah agar kelak bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan.

Upacara Ganti Busana

Pada umumnya, pada saat upacara ganti busana si calon ibu diharuskan memakai 7 macam motif kain batik Jawa bergantian atau jarit berbagai motif, diantaranya: (1) Motif sido luhur, maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur. (2) Motif sido asih, maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu dicintai dan dikasihi oleh sesame, serta mempunyai sifat belas kasih. (3) Motif sido mukti, maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya. (4) Motif parangkusumo, maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh. Diharapkan dapat mikul dhuwur mendhem jero, artinya menjunjung harkat dan martabat orang tua serta mengharumkan nama baik keluarga. (5) Motif semen rama, maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan Sinta pada rakyatnya. (6) Motif cakar ayam, maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan cakarnya karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan. (7) Motif lasem, melambangkan cinta kasih antara bapak dan ibunya. Kain-kain yang tujuh motif tersebut dikenakan bergantian urut satu persatu.

Upacara Memutus Lilitan Janur atau Lawe

Prosesi selanjutnya adalah upacara memutus lilitan janur atau lawe. Dalam proses ini, sisuami bertugas memotong lawe atau ikat pinggang dari daun janur yang melilit perut si calon ibu  dengan keris yang telah dihiasi bunga melati. Hal ini melambangkan kewajiban suami untuk memutuskan segala rintangan dalam kehidupan keluarga dan agar kelahiran sang bayi lancar.

Upacara Memecahkan Siwur

Siwur adalah gayung yang terbuat dari batok kelapa.Siwur ini digunakan untuk memandikan pasangan suami istri tadi waktu siraman. Maksudnya adalah memberi jawab (doa dan puji keselamatan) agar nanti kalau si ibu masih mengandung lagi, kelahirannya juga tetap mudah.

Jualan Dawet

Setelah segala urutan tadi dilakukan, pasangan suami istri disuruh jualan es dawet dan pembelinya adalah yang datang diacara tersebut.

Selamatan

Acara yang terakhir adalah selamatan.Selamatan ini dihadiri oleh para tetangga dan keluarga yang datang kerumah keluarga yang sedang melaksanakan tradisi mitoni. Selamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan si ibu dan si calon bayi agar pada saat proses melahirkan nanti dapat berjalan dengan lancar dan kondisi si bayi sehat tanpa ada kekurangan apapun. Setelah acara selamatan ini selesai, para tetangga dan keluarga yang datang tadi akan dibagikan nasi berkat (nasi box) yang didalamnya terdapat beberapa lauk pauk.

 

Sumber:

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta:Balai Pustaka

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali Pers

6 comments

Skip to comment form

  1. Isinya cukup menarik, hanya saja tidak terdapat foto-foto yang menggambarkan prosesi-prosesi tersebut. Mungkin lebih menarik jika diberikan foto-foto yang berkaitan dengan isi postingan. Semangat!

  2. Isi postingannya sudah bagus, tingkatkan dan kembangkan lagi dalam melatih penulisan. Semagat

  3. Hai Efvi, tulisanmu ini sangat menarik, membuat orang Jawa semakin njawani dengan postinganmu ini. Tapi lebih baik jika bisa ditambahkan gambar atau foto agar tulisanmu ini semakin hidup dan semakin digemari oleh para pembaca. Semangat rainbow! 😀

  4. Tulisan yang menarik dan menambah wawasan tentang tradisi lokal, bahasanya juga mudah dipahami.
    di tunggu postingan selanjutnya

  5. Dengan tulisan anda tentang tradisi mitoni di Pemalang, ternyata sama dengan di daerah saya, namun dalam upacaranya berbeda

  6. saya hampir sependapat dengan salah satu komen di atas, yaitu minus foto

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: