Hello Sosiology Anthropology

Hello Sosiology Anthropology

Materi Antropologi Kelas XII BAB 4

Karya Ilmiah dan Metode Penelitian Antropologi

Berbicara mengenai karya ilmiah di sini akan kita ulas sedikit mengenai pengertiannya. Karya ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang dapat d bagi menjadi dua golongan yaitu karangan yang ilmiah dan karangan non-ilmiah. Penggolongan tersebut berdasarkan fakta dan cara yang disajikan dalam karangan. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XII BAB 3

Relativitas, Ketahanan, Inovasi dan Asimilasi  Budaya

 

  • RELATIVITAS BUDAYA

Relativitas budaya merupakan suatu standar perilaku yang berhubungan dengan kebudayaan dimana standar itu berlaku. Relativisme menganggap bahwa semua kebudayaan itu baik, tergantung konteks yang menganggapnya. Contohnya ukuran kebudayaan yang dianggap baik oleh masyarakat A belum tentu dianggap masyarakat B itu baik, oleh karena itu kebudayaan dianggap baik tergantung konteks dilihat dari mana sudut pandang itu diambil, tetapi sejatinya semua kebudayaan itu memang baik, karena itu merupakan ciri khas dari setiap daerah masing-masing. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XII BAB 2

Proses Globalisasi dan Strategi Mempertahankan dan Memperkuat Nilai-Nilai Budaya Indonesia

Globalisasi berasal dari kata Globalisme, yakni paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang pantas untuk pengaruh politik dengan kata lain Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya suatu tatanan, aturan, dan sistem yang berlaku bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, yang mana tidak mengenal adanya batas-batas wilayah; bahkan tidak mengenal aturan lokal, regional, kebijakan negara yang dapat mengurangi ruang lingkup masuknya nilai, ide, pikiran atau gagasan masyarakat yang harus dihilangkan. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XII BAB 1

Kesetaraan dan Hubungannya dengan Perubahan Sosial Budaya

Kesetaraan meruapakan semacam sesuatu yang adil, tetapi tidak berarti semua yang adil dapat disama ratakan. Konsep adil, adil berarti tidak ada diskriminasi, baik dilihat dari perlakuan, kondisi maupun kemampuan. Banyak sekali tingkatan yang ada di dalam masyaraat kita yang menunjukkan ketidak setaraan didalam perlakuan setiap individu, hal itu tentunya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya seperti latar belakang yang berbeda . setiap individu tentunya memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan tergantung pula dengan penglaman-pengalaman mereka selama hidupnya. Hal seperti itu tentunya dapat menjadi perlakuan ketidaksetaraan. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XI BAB 5

Metode Etnografi dan Manfaatnya dalam Mencari Solusi Berbagai Permasalahan Sosial-Budaya

A.    Pengertian Etnografi

Berdasarkan asal-usul katanya (etimologi), etnografi terdiri dari dua kata, yakni etno dan graphy. Etno berarti bangsa atau suku bangsa dan graphy berarti tulisan.  Jadi, etnografi berarti tulisan yang berisi deskripsi atau gambaran mengenai kehidupan dan kebudayaan suatu suku bangsa.

Secara harfiah etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan bahkan sekian tahun. Dalam penelitian antropologis, Etnografi juga sangat khas yaitu digunakan untuk mengacu pada metode penelitian dalam menghasilkan laporan. Dasar dan asal-usul etnografi dianggap berasal dari etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian.

“Ethnographic fieldwork is the hallmark of cultural anthropology” adalah sebuah pernyataan dari James Spradley, yang maksudnya kajian lapangan etnografi adalah tonggak dari antropologi kultural. Belajar tentang etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropologi sosial. Adapun ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi adalah sifatnya yang holistik-integratif, thick description dan analisis kualitatif dalam mendapatkan native’s point if view. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipasi dan wawancara terbuka dan mendalam yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama bukan hanya sekedar kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian survei.

B.     Asal Mula Etnografi

Antropologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru lahir pada abad ke-20. Salah satu tokoh utamanya adalah E.B Tylor, Frezer dan L.H Morgan. Usaha besar mereka adalah dalam menerapkan teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan tulisan tentang berbagai suku bangsa di dunia yang dikumpulkan oleh para musafir penyebar agama kristen, pegawai pemerintah kolonial dan penjelajah alam.

Pada masa awal munculnya etnografi, teknik yang digunakan dalam mendapatkan data adalah teknik wawancara yang panjang dan berkali-kali dengan beberapa informan kunci seperti orang tua yang kaya dengan cerita tentang masa lampau pada suatu masyarakat, tentang kehidupan yang “nyaman” pada suatu masa lampau. Tipe penelitian etnografi pada masa awal adalah informan oriented yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran masa lalu masyarakat tersebut.

C.     Metode Etnografi

Metode etnografi dikategorikan menjadi 2 yaitu metode etnografi baru dan metode etnografi modern.

  • Metode Etnografi Modern

Metode etnografi modern mulai berkembang sejak tahun 1915-1925 yang dipelopori oleh dua ahli antropologi sosial Inggris yaitu A.R. Radcliffe Brown dan B.Malinowski. Etnografi ini tidak terlalu memandang penting hal-ihwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Perhatian utama dalam etnografi ini adlah pada kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat tentang the way of life masyarakat tersebut.

Menurut Malinowski, tujuan utama penelitian etnografi adalah “to grasp the native’s point of view, his relation to life, to realise his vision and his world” yaitu menerapkan sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan kehidupan, menyadari visinya dan dunianya. Sedangkan tujuan utama penelitian etnografi menurut Radcliffe Brown yaitu usaha untuk membangun “a complex network of social relations atau social structure”.

Dari kedua pandangan tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian etnografi yaitu untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat.

  • Metode etnografi Baru

Metode etnografi baru mulai berkembang sejak tahun 1960-an. Metode ini bersumber dari alirancognitive anthropology atau etnoscience atau etnografi baru. Fokus kajiannya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Bentuk sosial dan budaya masyarakat merupakan susunan yang ada dalam pikiran (mind anggota masyarakat tersebut). Tugas peneliti adalah menggali hal tersebut untuk keluar dari dalam pikiran mereka. Metode yang digunakan untuk menggali dan mendeskripsikan pola yang ada dalam pikiran manusia yaitu menggunakan metode folk taxonomy.

D.    Kerangka Etnografi

Kerangka etnografi adalah bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa dalam suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi atau dalam suatu wilayah administratif tertentu yang dituangkan atau di deskripsikan kedalam unsur-unsur kebudayaan yang sudah baku. Unsur-unsur universal dari suatu kebudayaan antara lain yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi,  organisasi sosial, sistem pengetahuan,  kesenian,  sistem religi.

Setiap antropolog memiliki fokus penelitian tertentu dan berbeda-beda dalam pokok utama dari deskripsinya. Misalnya fokus penelitiannya pada kesenian khususnya suatu cabang kesenian tertentu. Bab-bab yang mengandung deskripsi mengenai unsur-unsur universal dari kebudayaan suku bangsa, sebuah karangan etnografi perlu didahului dengan suatu bab permulaan yang mendeskripsikan lokasi dan lingkungan geografi dari wilayah suku bangsa yang bersangkutan. Bab pertama dilengkapi dengan keterangan demografi dari suku bangsa yang bersangkutan. Tiap bab terdiri dari bagian-bagian khusus yang akan diuraikan dengan lebih mendalam dalam sub-sub sebagai berikut (1) lokasi, lingkungan alam dan demografi, (2) asal mula dan sejarah suku bangsa yang akan dikaji, (3) bahasa, (4) sistem teknologi, (5) sistem mata pencaharian, (6) organisasi sosial, (7) sistem pengetahuan, (8) kesenian, (9) sistem religi.

Sebuah tulisan etnografi yang baik adalah tulisan etnografi yang thick desciption bukan thin description, artinya tulisan etnografi tersebut harus dikupas dan dianalisis secara mendalam tidak dangkal.

Sumber:

Afifah, Nor. ”Materi Antropologi Kelas XI Bab 5: Metode Etnografi dan Manfaatnya dalam Mencari Solusi Berbagai Permasalahan Sosial-Budaya”. 15 Desember 2015. https://blog.unnes.ac.id/norafifah/2015/12/13/materi-antropologi-sma-kelas-xi-metode-etnografi-dan-manfaatnya-dalam-mencari-solusi-berbagai-permasalahan-sosial-budaya/#more-189

Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XI BAB 4

Perilaku Menyimpang dan Sub Kebudayaan Menyimpang

1.      Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Bruce J. Cohen berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Gillin berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritas kelompok. Sedangkan Lewis Coser mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Sedangkan James Vander Zenden menyatakan bahwa penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Paul B. Horton  mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Robert M.Z. Lawang berpendapat penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.

2.      Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang

a.       Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna (Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan)

Menutut teori sosialisasi, perilaku manusia baik yang menyimpang maupun yang tidak dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati, apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi sehingga seseorang bertindak tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi.

Contohnya, anak sulung perempuan dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya, karena bertindak sebagai ayahnya yang telah meninggal. Di lain pihak, televisi secara tidak langsung mengajarkan hal-hal yang tidak baik, sedangkan orang tua di rumah selalu membimbing ke hal-hal yang baik. Proses sosialisasi seakan-akan tidak sempurna karena adanya pertentangan antara agen-agen sosialisasi yang satu dengan yang lain. Lama kelamaan akan terjadi penyimpangan sosial di masyarakat

b.      Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang

Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah-daerah yang demikian, perilaku menyimpang dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang.

Contohnya, di suatu daerah perampokan terdapat nilai dan norma yang menyimpang. Dan hal itu sudah menjadi hal yang wajar bagi anggota kelompok setempat. Perilaku tersebut merupakan penyakit mental yang berpengaruh pada masyarakat. Sehubungan dengan itu Emile Durkheim mengenalkan konsep Anomi/Anomie, adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan-subkebudayaan dan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Yang seakan-akan di masyarakat tersebut tidak ada pedoman yang harus ditaati bersama. Akibat tidak adanya keselarasan yang mengakibatkan samar-samar arahnya. Akhirnya mereka memilih cara atau jalannya sendiri-sendiri yang tidak jarang perilaku-perilaku menyimpang.

c.       Proses Belajar yang Menyimpang

Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya, seorang anak mula-mula hanya mencuri uang dari orang tuanya seribu rupiah kemudiam semakin lama nominalnya semakin banyak, dan mengarah ke benda berharga lain. Penjelasan ini menerangkan bahwa anak tersebut terproses mempelajari cara-cara beroperasi hal menyimpang tersebut.

d.      Ikatan Sosial yang Berlainan

Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling dihargainya.Dan kemudian tertanamlah pola-pola sikap perilaku kelompoknya di dirinya. Dan apabila menyimpang, kemungkinan besar juga akan sama. Misal, seorang anak yang memiliki kelompok kebut-kebutan di jalan, maka kemungkinan dia juga akan meniru.

e.       Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial

Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga cara-cara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Apabila seseorang tidak diperkenankan menggunakan cara ini, maka kemungkinan besar akan ada perilaku menyimpang. Misal seorang buruh diberi gaji dibawah standar UMK, jika hal ini terjadi terus menerus bukan tidak mungkin buruh tersebut akan menyimpang dengan melakukan boikot atau demo.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang (diunduh 12 Desember 2015)

https://mydhayostya.blogspot.co.id/2013/11/perilaku-menyimpang-dan-sikap-sikap_4619.html (diunduh 12 Desember 2015)

Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XI BAB 3

Persamaan dan Perbedaan Budaya, Bahasa, Dialek, Tradisi Lisan yang Ada di Masyarakat Setempat

 

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Keistimewaan yang dimiliki lainnya adalah sebagai makhluk sosial, dimana selalu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Dalam kehidupannya manusia menggunakan suatu bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Hampir disetiap daerah memiliki bahasa masing-masing. Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki cirri khas bahasa, dan dialeknya. Bahkan untuk masyarakat juga memiliki tradisi lisan. Tradisi lisan digunakan untuk dapat melanggengkan kebudayaannya. Dengan adanya perbedaan bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang bisa dijadikan sarana belajar dan menghargai antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya di Indonesia. Dengan adanya bahasa kita juga dapat mengetahui perbedaan kondisi sosial budaya di suatu masyarakat. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XI BAB 2

Pemetaan Budaya, Masyarakat Pengguna Bahasa Dialek, dan Tradisi Lisan di Suatu Daerah dan Nusantara

 

Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman jumlah suku, ras, dan kelompok masyarakat yang sangat besar, membuat Indonesia menjadi negara dengan keunikan yang tiada pernah akhir. Berbagai elemen pluralitas, Indonesia menjadi tempat yang sangat baik bagi tumbuhnya nilai-nilai toleransi. Dengan adanya keberagaman bahasa, suku, ras, agama, dan kelompok lainnya, ada konsekuensi tersendiri bagi utuhnya persatuan dan kesatuan bangsa yang besar ini. Perbedaan kadangkala menjadi bibit kesalahpahaman yang rawan menimbulkan konflik. Perbedaan tersebut salah satunya adalah perbedaan dalam penggunaan bahasa. Untuk menghindari berbagai kesalahpahaman antar kelompok masyarakat, disepakatilah Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang sah dan resmi sekaligus uniersal yang berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas XI BAB 1

Keterkaitan antara Keberagaman Budaya, Bahasa Dialek, Tradisi Lisan dengan Kehidupan Masyarakat dalam Suatu Daerah

 

Keberagaman Budaya

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya. Indonesia memiliki letak sangat strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam melimpah ruah.. pengalaman masa lampau menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang sibuk dan menjadi salah satu urat nadi perekonomian yang ada di Asia Tenggara dan dunia yang menyebabkan banyak penduduk dari Negara lain datang ke Indonesia. Menurut Anthony Reid, Negara Indonesia merupakan negeri di bawah angin karena pentingnya posisi Indonesia di mata dunia. Lanjutkan membaca

Materi Antropologi Kelas X BAB 5

Internalisasi Budaya dalam Pembentukkan Kepribadian dan Karakter

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya. Indonesia memiliki letak yang sangat strategis, tanah yang subur dengan kekayaan alam melimpah ruah. Menurut Anthony Reid, negara Indonesia merupakan negeri dibawah angin karena pentingnya posisi Indonesia di mata dunia. Keadaan geografi yang strategis ini menyebabkan semua arus budaya asing bebas masuk ke Indonesia. Hampir semua budaya setiap etnis mulai Asia sampai Eropa ada di Indonesia. Budaya yang masuk itu memperkaya dan mempengaruhi perkembangan budaya lokal yang ada secara turun temurun. Perkembangan kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor Lanjutkan membaca