Menggunakan Teori Strukturasi Giddens untuk Menganalisis Pilkada DKI Jakarta 2017

Di dalam kontestasi elektoral -termasuk di dalam Pilkada- kajian politik selalu melihatnya secara sederhana sebagai dua hal: upaya untuk mendapatkan dan/atau upaya mempertahankan kekuasaan. Dua hal tersebut juga terjadi pada pilkada DKI yang akan datang. oleh sebab itu, pengkaji politik berusaha untuk menganalisisnya secara politis dari berbagai sisi.

Salah satu kajian yang dapat digunakan untuk menganalisis kajian pilkada DKI Jakarta adalah dengan meminjam konsep strukturasi dari Anthony Giddes. Konsep ini merupakan titik temu dari kajian behavioral dan kajian strukturalisme. Giddens menggagagas pemikirannya untuk menembus kebekuan strukturalisme, sekaligus mengoptimalkan perspektif perilaku aktor (behavioral) dalam konteks upaya mendapatkan dan/atau mempertahankan kekuasaan.

Dalam tataran operasional sebagai turunan dari tataran konseptual, konsep strukturasi memiliki tiga gugus fungsi; yakni gugus fungsi dominasi, legitimasi, dan signifikasi. Untuk memudahkan upaya menganalisis pilkada DKI Jakarta dengan pisau analisis strukturasi, tulisan ini mengambil satu contoh kasus. satu contoh kasus yang diambil tersebut adalah pernyataan kontroversial AHOK sebagai salah satu kandidat gubernur DKI Jakarta saat berbicara di Kepulauan Seribu. Berikut ini link dari pernyataan AHOK tersebut:

Berdasarkan link tersebut di atas, kita dapat menganalisisnya dengan menggunakan tiga gugus struktur dalam konsep strukturasi Giddens; gugus struktur dominasi, legitimasi, dan signifikansi. Upaya ini untuk memahami bagaimana upaya AHOK untuk mempengaruhi pemilih agar memilih dirinya pada saat pilkada DKI Jakarta sehingga ia bisa memenangkan pilkada DKI Jakarta 2017. Selamat menganalisis!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: