FILSAFAT “TAHU DITAHUNYA”

Posted by: fariska defawadiah in Uncategorized Add comments

PENDAHULUAN

Kata “Pembangunan” sangat erat hubunganna dengan kemampuan meneliti yang dimiliki oleh perangkat pemikir  suatu bangsa. Dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari negara lain, kita sekarang harus berusaha menjadi pencipta ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tidak saja kita dapat menjual bahan mentah tetapi juga bahan jadi dan buah pikiran.

Resuman ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Olahraga agar dapat mengenal bidang keilmuan dengan berbagai aspeknya. Untuk itu maka penyajiannya dilakukan secara ringan, santai dan populer agar memiliki daya jangkau yang luas dan menghimbau kecintaan terhadap bidang keilmuan. Semoga dapat mendorong mereka untuk mempelajari secara lebih mendalam.

Tujuan utama dari resume ini adalah untuk mengenalkan alu-alur berpikir dalam kegiatan keilmuan dan mencoba menerapkannya pada masalah-masalah praktis dalam kehidupan kita.

Sebagai penutup izinkanlah penulis untuk menuliskan kembali perkataan Beethoven “dari lubuk hati yang paling dalam semoga pun menyentuh lubuk hati tuan-tuan”. Demikian resume buku materi filsafat ini dipersembahkan dengan penuh kecintaan, semoga cakrawala cakrawala keilmuan turut memperkaya jiwa, dan mengantarkan pada kedewasaan. (Jujun S. Suriasumantri:2007)

FILSAFAT

ISI

Pengertian filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Filo yang berarti “cinta” dan Sofia yang berarti “kebijaksanaan”.  Sedangkan orang yang ahli berfilsafat disbut sebagi seorang “Filosof”. Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sebuah cabang ilmu yang memelajari tentang kecintaan seorang filosof berpikir bijaksana dalam menyelesaikan masalah.

Alkisah bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, “Coba sebutkan kepada saya beberapa jenis manusia yang terdapat di dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya!”

Filsuf itu pun menarik nafas panjang dan berpantun:

Ada orang yang tahu di tahunya,

Ada orang yang tahu di tidaktahunya,

Ada orang yang tidak tahu di tahunya,

Ada orang yang tidaktahu di tidaktahunya.

Lalu si awam kembali bertanya, “Bagaimana caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?”

Fisuf itupun menjawab “mudah saja, ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang tidak kau tahu”.

Dari ilustrasi diatas, dapat kita ketahui bahwa sesungguhnya setiap orang memiliki kemampuan untuk tahu bahwa dirinya tahu tentang apa yang diketahuinya, dan seseorang tahu apa yang tidak diketahuinya sehingga orang tersebut dapat mencari tahu apa yang perlu dia tahu.

Berikut merupakan ciri-ciri filsafat:

  1. Mendalam/mendasar

Yaitu cara seorang filosof untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Sebagai ilustrasi, ketika orang tua tidak memiliki uang untuk uang saku anak-anaknya maka anak-anak tersebut akan menyelesaikan masalah tersebut dengan cara:

Anak pertama, “saya akan bantu ibu berjualan gorengan di sekolah saya bu”.

Anak kedua, “saya akan menggunakan uang tabungan saya sendiri bu”.

  1. Menyeluruh

Yaitu cara seorang filosof menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai sudut pandang ilmu yang dia tahu dan mencari tahu dengan ilmu-ilmu pendukung lainnya.  Sebagai ilustrasi “ketika terjadi inflasi maka pemerintah harus menaikkan tarif pajak, dan menaikkan investasi agar dapat menekan laju peredaran uang dimasyarakat.”

  1. Spekulatif

Yaitu pilihan yang dianggap mampu untuk menyelesaikan masalah tetapi bukan merupakan satu-satunya jawaban yang dapat menyelesaikan masalah. Sebagai ilustrasi “penderita kanker yang harus menjalani kemoteraphi, atau penderita gagal ginjal yang harus cuci darah” tindakan yang dipilih merupakan pengobatan yang dianggap mampu membantu proses penyembuhan terhadap penderita tersebut, tetapi tindakan penyembuhan tersebut juga belum tentu berhasil.

Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Masalah tersebut akan terus ada selama manusia masih hidup, dan didalam kehidupannya manusia membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. Yaitu dengan menghadapi segala sesuatu hal yang berkenaan dengan panca indranya. Karena definisi pengetahuan itu sendiri adalah isi pikiran manusia yang diperoleh dari proses usaha untuk tahu.

Namun dalam gejala orang yang tahu adalah orang yang tahu benar sesuai dengan objeknya. Dimana objek untuk tahu itu tidak harus nampak tetapi merupakan sesuatu yang ada dan yang mungkin ada untuk diketahui. Sebgai contoh, ketika anda berpikir bahwa sepuluh tahun kedepan anda akan menjadi presiden Indonesia. Maka timbullah pertanyaan, apakah mungkin hal tersebut menjadi benar? Bagaimana agar saya benar-benar menjadi seorang presiden? Dan masih banyak lagi hal yang harus diketahui untuk bisa menjadi seorang presiden.

Pengetahuan juga bersifat khusus dan umum, ketika anda mengatakan “sepuluh tahun kedepan saya akan menjadi presiden Indonesia”, hal itu terkhusus hanya anda yang tahu, tetapi ketika anda sudah benar-benar menjadi Presiden Indonesia semua orang akan tahu bahwa anda ingin menjadi Presiden Indonesia.

Lain halnya dengan ilmu, yang mana definisi ilmu itu sendiri adalah hasil kajian dari pengetahuan yang sengaja disusun secara sistematis dan ilmiah. Ilmu bertujuan untuk mempermudah manusia dalam memperoleh pengetahuan yang berkembang sangat pesat hampir diseluruh aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh keberadaannya.

PENUTUP

Demikianlah manusia dengan pengetahuannya, yang diibaratkan sebagai satelit yang diluncurkan untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dibumi baik yang berada didalam bumi maupun diluar bumi. Maka, jadikanlah ilmu dan pengetahuan yang kita miliki sebagai senjata yang dapat bermanfaat untuk kehidupan segala makhluk Tuhan dan menjadi pencerah kehidupan di dunia dan akherat.

DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.2007

Fawadiah, Fariska D. Buku Catatan Filsafat Olahraga. Semarang.2017

 

Leave a Reply

Skip to toolbar