Nguri Uri Kesenian Tradisional Desa Munding Sebagai Pendukung Desa Wisata

FARISKA DZIKROTUN FAWADIAH

@kaka_fariska/ [email protected]

Universitas Negeri Semarang

 

Abstrak:         Tujuan ditulisnya artikel ini adalah untuk memperkenalkan desa melalui adat, budaya dan tradisi yang ada di Desa Munding, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang terkenal dengan kearifan lokal yang masih sangat kental dan keramahan penduduknya yang sangat memikat. Tidak hanya itu, desa ini juga dilengkapi dengan panorama alam yang begitu luarbiasa indah yakni relief  gumuk kembar diselimuti hijaunya pertanian daun unclang, bayam, dan apa saja yang ditanam di tanah desa ini dapat tumbuh dengan subur.

Namun demikian, meski banyak sekali potensi yang dimiliki, sumber daya manusia yang belum sadar akan wisata menjadi kendala terbesar desa ini menjadi salah satu desa wisata di kabupaten Semarang.

Oleh karena itu, digunakanlah metode partisipasi selama 50 hari, terhitung sejak 2 Oktober 2018 hingga 20 November 2018 guna lebih mendalami karakter masyarakat dan menggali potensi desa, Sembari mensosialisasikan program desa wisata.

Kata kunci: sumber daya manusia, sadar wisata, manfaatkan potensi desa, desa wisata

Desa yang terletak di dataran tinggi Gunung Ungarang memiliki luas wilayah 178,99 Ha juga memilki wisata pertanian yang merupakan  destinasi utama dari Desa Munding. Jika dilihat secara geografis, Desa Munding dikelilingi dengan area persawahan seluas 60,67Ha, ditanami berbagai macam sayur-sayuran dengan komoditas utama yaitu daun bawang (unclang). Daun bawang (unclang) dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti keripik, pangsit, wedang uceng-uceng, jamu  dsb. Olahan daun bawang (unclang) tersebut  merupakan  buah tangan khas Desa Munding.

Tidak hanya keelokan alamnya yang mempesona, Desa Munding juga dilengkapi berbagai kesenian tradisional sebagai atraksi wisatanya. Atraksi wisata merupakan daya tarik wisata berupa sebuah pertunjukan seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam atau hiburan  yang dinantikan oleh wisatawan ketika berkunjung ke sebuah destinasi wisata.  Desa Munding memiliki banyak kesenian yang menarik, antara lain; drumbleg, rebana, reog dan kuda lumping.

Kesenian Drumbleg dan rebana yang berada di dusun Krajan, Desa Munding ini beranggotakan sekitar 34 remaja desa, berusia 10-15 tahun. Tersebar menjadi 3 orang mayoret, 9 orang penari, 2 orang penabuh bass besar, 3 orang penabuh bass sedang, 4 orang penabuh kaleng, 4 orang penabuh tong kecil, 5 orng penabuh kentongan, 2 orang penabuh tam tam, dan 2 orang penabuh balera. Bertugas sesuai bagiannya masing-masing menghasilkan paduan irama yang membuat pendengarnya menganggukan kepala.

Drumbleg ini baru diramaikan lagi setelah beberapa saat tenggelam karena pemainnya sudah beranjak dewasa, kini tampil dengan gebrakan baru yang lebih energik tentunya. Mulai dari lagu-lagu nuansa religi kekinian, hingga seragam yang dikenakan dipadukan dalam aransemen bleg yang merdu membuat drumbleg ini semakin digemari remaja desa.

Sementara itu, Kesenian reog dan kuda lumping biasanya digelar pada saat acara “Kadeso/Merti Dusun”, yaitu tradisi sedekah bumi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur warga atas limpahan karunia Tuhan. Namun saat ini kesenian reog dan kuda lumping tersebut juga ditampilkan untuk menyambut tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Desa Munding. Bukan hanya itu, eksistensi dan semangat para penarinya telah menghantarkan mereka menjadi juara II Festival Seni se Kabupaten Semarang.

Reog dan kuda lumping yang merupakan salah satu atraksi khas tradisi masyarakat setempat yang dilestarikan secara turun-temurun. Kesenian tersebut bernama Turonggo Mudo Krido Utomo asuhan dari bapak Sudami dan bapak Juwarno, beranggotakan sekitar 70 orang yang terbagi  dalam 3 kelompok penari yaitu tari cepetan, tari kuda lumping dan tari reog diiringi sekelompok penabuh gamelan. Melengkapi suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang akan memberikan rasa senang dan kenangan indah yang membekas bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke Desa Munding.

Dalam kerangka pembangunan kepariwisataan, salah satu aspek mendasar bagi keberhasilan pembangunan kepariwisataan adalah dapat diciptakannya lingkungan dan suasana kondusif yang mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat. Iklim atau lingkungan kondusif tersebut terutama dikaitkan dengan perwujudan Sadar Wisata dan Sapta Pesona yang dikembangkan secara konsisten di kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi pariwisata.

Mengingat bahwa dalam rangka meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai subjek atau pelaku penting dalam pembangunan kepariwisataan, serta dapat bersinergi dan bermitra dengan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan kualitas perkembangan kepariwisataan di daerah, Sadar Wisata dan Sapta Pesona sebagai unsur penting dalam mendukung pengembangan destinasi pariwisata tentu tidak dapat terwujud secara otomatis tanpa adanya langkah dan upaya-upaya untuk merintis, menumbuhkan, mengembangkan dan melaksanakan secara konsisten di destinasi pariwisata. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan peran serta masyarakat secara aktif dalam mengembangkan Sadar Wisata dan Sapta Pesona bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya Read the rest of this entry »

Skip to toolbar