Daftar / Masuk

80-##_Chapter Manuscript-286-1-10-20141117 (1)

A. Pengertian Etnografi

  • Etnografi berasal dari kata Etnos yaitu bangsa atau suku bangsa, dan Graphein yaitu tulisan atau uraian. Etnografi merupakan cabang ilmu antropologi yang mempelajari tentang manusia, perilaku, dan budayanya.
  • Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya adat istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian yang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards,dkk, 1995).
  • Roger M. Keesing (1989:250) mendefinisikan etnografi sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadukan penelitian lapangan.
  • Charles Winnick (1915:193) mendefinisikan etnografi sebagai “The study of individual cultures, it is primarily a descriptive and non interpretative study”.
  • Adam E. Hoebal (1966:8), etnografi adalah “To write about people as we use the term if refers to descriptive study of human society”.

B. Aktifitas Etnografi

Etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnografi juga merupakan hasil catatan penjelajah Eropa tatkala mencari rempah – rempah ke Indonesia. Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya antara lain adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri – ciri fisik dari suku – suku bangsa tersebut. Etnografi pada dasarnya merupakan kegiatan penelitian untuk memahami cara orang – orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena yang teramati dalam kehidupan sehari – hari. Etnografi pada dasarnya merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai semua kebudayaan manusia dan perspektif orang yang telah mempelajari kebidayaan itu. Penelitian etnografi merupakan kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktifitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat. Berbagai peristiwa dan kejadian unik dari komunitas budaya akan menarik perhatian peneliti etnografi. Peneliti justru lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan dan sangat respek pada cara mereka belajar tentang budaya ilmiah sebab pengamatan terlibat menjadi penting dalam aktifitas etnografi.
C. Tujuan Etnografi
  • Memahami cara – cara kehidupan lain dari sudut pandang masyarakat,
  • Menemukan makna yang tersembunyi yang terletak di belakang perilaku dan pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan dan menginterpretasikan perilaku.
  • Belajar untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahui mengenai segala sesuatu yang menjadi perhatian ; mengenai alam, gerak dan lain – lain.
  • Mengtransformasikan observasi – observasi yang dilakukan ke dalam bentuk tulisan (laporan) yang dikategorikan sebagai suatu proses.
D. Metode Etnografi
  • Etnografi menjadi bagian dari metode modern antropologi sosial, setelah diperkenalkan oleh Malinowski dengan metodenya yang terkenal yaitu penelitian lapangan atau observasi partisipan.
  • Penggunaan metode observasi partisipan dan penelitian lapangan dalam etnografi berasal dari aliran Chicago.
  • Aliran ini yang menjadi dasar para ahli sosiologi dalam mengembangkan perdagangan kehidupan sosial manusia sebagai laboratorium alamiah.
  • Aliran ini yang pertama kali menggunakan metode ini untuk memahami objek kajiannya, sehingga Molinowski dapat dikatakan telah mengawinkan konsep antropologi dan sosiologi dalam etnografi.
  • Metode etnografi adalah strategi pendeskripsian pola – pola berkomunitas.

Etnografi secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan bahkan sekian tahun. Dalam penelitian antropologis, Etnografi juga sangat khas yaitu digunakan untuk mengacu pada metode penelitian dalam menghasilkan laporan. Dasar dan asal-usul etnografi dianggap berasal dari etnografi baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian.

James Spradley mengatakan bahwa “Ethnographic fieldwork is the hallmark of cultural anthropology”, kajian lapangan etnografi adalah tonggak dari antropologi kultural. Belajar tentang etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi khususnya antropologi sosial. Ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi adalah sifatnya yang holistik-integratif, thick description dan analisis kualitatif dalam mendapatkan native’s point if view.Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipasi dan wawancara terbuka dan mendalam yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama bukan hanya sekedar kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian survei.

Asal Mula Etnografi

Antropologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru lahir pada abad ke-20. Salah satu tokoh utamanya adalah E.B Tylor, Frezer dan L.H Morgan. Usaha besar mereka adalah dalam menerapkan teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan tulisan tentang berbagai suku bangsa di dunia yang dikumpulkan oleh para musafir penyebar agama kristen, pegawai pemerintah kolonial dan penjelajah alam.

Pada masa awal munculnya etnografi, teknik yang digunakan dalam mendapatkan data adalah teknik wawancara yang panjang dan berkali-kali dengan beberapa informan kunci seperti orang tua yang kaya dengan cerita tentang masa lampau pada suatu masyarakat, tentang kehidupan yang “nyaman” pada suatu masa lampau. Tipe penelitian etnografi pada masa awal adalahinforman oriented yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran masa lalu masyarakat tersebut.

Metode Etnografi

Metode etnografi dikategorikan menjadi 2 yaitu metode etnografi baru dan metode etnografi modern.

  • Metode Etnogra

Metode etnografi modern mulai berkembang sejak tahun 1915-1925 yang dipelopori oleh dua ahli antropologi sosial Inggris yaitu A.R. Radcliffe Brown dan B.Malinowski. Etnografi ini tidak terlalu memandang penting hal-ihwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Perhatian utama dalam etnografi ini adlah pada kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat tentang the way of life masyarakat tersebut.

Menurut Malinowski, tujuan utama penelitian etnografi adalah “to grasp the native’s point of view, his relation to life, to realise his vision and his world”yaitu menerapkan sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan kehidupan, menyadari visinya dan dunianya. Sedangkan tujuan utama penelitian etnografi menurut Radcliffe Brown yaitu usaha untuk membangun “a complex network of social relations atau social structure”.

Dari kedua pandangan tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian etnografi yaitu untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat.

  • Metode etnografi Baru

Metode etnografi baru mulai berkembang sejak tahun 1960-an. Metode ini bersumber dari alirancognitive anthropology atau etnoscience atau etnografi baru. Fokus kajiannya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Bentuk sosial dan budaya masyarakat merupakan susunan yang ada dalam pikiran (mind anggota masyarakat tersebut). Tugas peneliti adalah menggali hal tersebut untuk keluar dari dalam pikiran mereka. Metode yang digunakan untuk menggali dan mendeskripsikan pola yang ada dalam pikiran manusia yaitu menggunakan metode folk taxonomy.

Kerangka Etnografi

Kerangka etnografi adalah bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa dalam suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi atau dalam suatu wilayah administratif tertentu yang dituangkan atau di deskripsikan kedalam unsur-unsur kebudayaan yang sudah baku.

Unsur-unsur universal dari suatu kebudayaan antara lain yaitu (i) bahasa, (ii) sistem teknologi, (iii) sistem ekonomi, (iv) organisasi sosial, (v) sistem pengetahuan, (vi) kesenian, (vii) sistem relig

Setiap antropolog memiliki fokus penelitian tertentu dalam pokok utama dari deskripsinya. Misalnya fokus penelitiannya pada kesenian khususnya suatu cabang kesenian tertentu. Bab-bab yang mengandung deskripsi mengenai unsur-unsur universal dari kebudayaan suku bangsa, sebuah karangan etnografi perlu didahului dengan suatu bab permulaan yang mendeskripsikan lokasi dan lingkungan geografi dari wilayah suku bangsa yang bersangkutan. Bab pertama dilengkapi dengan keterangan demografi dari suku bangsa yang bersangkutan. Tiap bab terdiri dari bagian-bagian khusus yang akan diuraikan dengan lebih mendalam dalam sub-sub sebagai berikut:

(1) lokasi, lingkungan alam dan demografi

(2) asal mula dan sejarah suku bangsa yang akan dikaji

(3) bahasa

(4) sistem teknologi

(5) sistem mata pencaharian

(6) organisasi sosial

(7) sistem pengetahuan

(8) kesenian

(9) sistem religi.

Menyusun kerangka etnografi

Setelah lokasi ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di lokasi yang dipilih tersebut. Hal itu merupakan kerangka etnografi. Penelitian etnografi merupakan penelitian yang bersifat holistik atau menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau beberapa variabel tertentu saja. Hal itu didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapat dijadikan sebagai kerangka etnografi sebagai berikut.

  1. Bahasa.
  2. Sistem teknologi.
  3. Sistem ekonomi.
  4. Organisasi sosial.
  5. Sistem pengetahuan.
  6. Kesenian.
  7. Sistem religi.

Keseluruhan unsur-unsur di atas bersifat universal, artinya semua kebudayaan suku bangsa pasti terdapat unsur-unsur tersebut. Mengenai urutan mana yang menjadi prioritas penelitian dari keseluruhan unsur kebudayaan tersebut bergantung sepenuhnya kepada peneliti. Namun, sistem urutan yang biasa dipergunakan dalam studi etnografi diawali dari hal-hal yang bersifat konkret menuju ke hal-hal yang paling abstrak. Dalam hal ini unsur bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang paling konkret, karena hal pertama yang kita jumpai dalam penelitian terhadap penduduk di suatu daerah adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan sehari-hari.

Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan bahasa isyarat saat pertama bertemu dengan orang asing. Hal yang lazim dilakukan oleh orang saat pertama bertemu dengan orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa lisan yang biasa ia gunakan.

Dengan mengamati interaksi sesama penduduk, dapat ditemukan jenis bahasa lokal yang mereka gunakan sebagai komunikasi lisan sehari-hari. Dengan menjumpai pemakaian bahasa ini, peneliti dapat menganalisis tentang kedudukan bahasa lokal dikaitkan dengan bahasa resmi yang dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi lisan antar penduduk suku bangsa yang berbeda.

Dengan mengamati sistem teknologi yang berkembang di dalam kehidupan penduduk, peneliti dapat memfokuskan perhatiannya kepada benda-benda kebudayaan dan alat-alat kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret. Berkaitan dengan sistem ekonomi yang menjadi perhatian dalam penulisan etnografi, hal yang perlu mendapatkan perhatian dari peneliti adalah jenis mata pencaharian utama yang dilakukan penduduk dalam upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial. Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan, antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut, sistem pemerintahan, pembagian kerja, ataupun aktivitas sosial yang sifatnya kolektif dan mencerminkan suatu birokrasi.

Penulisan deskripsi kebudayaan yang menyangkut sistem pengetahuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaannya, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan alam sekitarnya. Sebagai contoh, untuk meningkatkan produksi pertanian, penduduk mengembangkan sistem pertanian hidrophonik dengan memanfaatkan setiap jengkal tempat yang kosong untuk ditanami sayuran atau pun buah-buahan di dalam pot tanpa menggantungkan tersedianya lahan pertanian yang luas.

Deskripsi tentang sistem kesenian yang ada dalam kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa tersebut. Bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa, antara lain seni bangunan, seni lukis, seni tari, seni musik tradisional, dan seni vokal.

Deskripsi tentang sistem religi yang dianut masyarakat/ suku bangsa di daerah penelitian berkaitan dengan kepercayaan, gagasan, ataupun keyakinan-keyakinan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat/suku bangsa tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus tanggap terhadap unsur dalam sistem religi tersebut.

  1. Menentukan Metodologi Penelitian Etnografi

Studi etnografi tidak terlepas dari teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan penelitian etnografi, karena etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara teoritis. Oleh karena itu, seorang peneliti di lapangan terlebih dahulu harus menguasai metode-metode yang terkait dengan kegiatan penelitiannya.

Banyak metode yang dapat dipilih dalam melaksanakan studi etnografi. Metode yang paling tepat digunakan, antara lain metode observasi dan metode interview.

  1. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam arti sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari berbagai proses biologis maupun psikologis. Dalam metode observasi yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.

Kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses pengamatan dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.

  1. Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat objek yang komplek dari berbagai segi secara berulang-ulang.
  2. Menggunakan orang ( petugas pengamat/observers) yang lebih banyak untuk melihat objeknya dari segi-segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil penyelidikan mereka agar diperoleh gambaran tentang keseluruhan objeknya.
  3. Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang terbatas dapat disoroti objek-objek itu dari segi-segi yang berbeda-beda oleh penyelidik yang terbatas jumlahnya.

Untuk mengatasi keterbatasan ingatan dalam proses observasi dapat diantisipasi dengan cara sebagai berikut.

  1. Mengadakan pencatatan biasa atau dengan menggunakan check list.
  2. Menggunakan alat-alat mekanik (mechanical device) seperti tape recorder, kamera, dan video. Alat-alat tersebut berfungsi mengabadikan fenomena yang sedang diamati.
  3. Menggunakan lebih banyak observers.
  4. Memusatkan perhatian pada data yang relevan.
  5. Mengklasifikasikan gejala-gejala secara tepat.
  6. Menambah bahan apersepsi tentang objek yang akan diamati.

Menurut Rummel, beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam melaksanakan observasi sebagai berikut.

  1. Terlebih dahulu mencari informasi mengenai hal-hal yang akan diamati.
  2. Tetapkan tujuan- tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai melalui observasi tersebut.
  3. Tetapkan suatu cara tertentu untuk mencatat hasil-hasil observasi.
  4. Lakukan pembatasan terhadap macam-macam tingkat kategori yang akan dipergunakan.
  5. Lakukan observasi secermat-cermatnya.
  6. Catatlah setiap gejala yang muncul secara terpisah.
  7. Pelajarilah secara baik dan kuasai cara pemakaian alat-alat pencatatan dan tata cara mencatat hasil pengamatan sebelum melakukan observasi.

Menurut Jehoda, observasi menjadi alat penelitian ilmiah, apabila:

  1. mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah dirumuskan,
  2. direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur,
  3. dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proposisi-proposisi yang lebih umum, dan tidak hanya dilaksanakan untuk memenuhi rasa ingin tahu saja, dan
  4. dapat dicheck dan dikontrol validitas, reliabilitas, dan ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.

Menurut Good, observasi dalam metodologi penelitian mengandung enam ciri sebagai berikut.

  1. Obervasi memiliki arah yang khusus.
  2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematik.
  3. Observasi bersifat kuantitatif.
  4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera.
  5. Observasi menuntut adanya keahlian.
  6. Hasil-hasil observasi dapat dicheck dan dibuktikan untuk menjamin reliabilitas dan validitasnya.

Untuk melaksanakan metode observasi, peneliti dapat memilih teknik-teknik observasi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Adapun teknik observasi yang dapat dipilih, antara lain:

  1. observasi partisipan – observasi non partisipan;
  2. observasi sistematik – observasi non sistematik;
  3. observasi eksperimental – observasi non eksperimental.

Untuk memahami, marilah kita pelajari satu persatu:

1) Observasi Partisipan – Observasi Non partisipan

Observasi partisipan pada umumnya dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya eksploratif, termasuk dalam menyusun karangan etnografi. Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana observers atau orang yang melakukan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan masyarakat yang diobservasi. Sebagai contoh, untuk meneliti pola kehidupan kaum gelandangan maka observers turut membaur dalam kehidupan para gelandangan tersebut. Dalam menggunakan teknik observasi partisipan ini, seorang observers perlu memerhatikan masalah-masalah sebagai berikut.

  1. a) Materi apa saja yang akan diobservasi. Untuk keperluan ini, observers dapat menyiapkan daftar mengenai hal-hal yang akan diamati.
  2. b) Waktu dan bentuk pencatatan. Saat pencatatan yang terbaik adalah model “on the spot”, yaitu melakukan pencatatan segera saat pengamatan berlangsung. Tiap pencatatan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk kronologis dan bentuk sistematik. Bentuk kronologis didasarkan pada urutan kejadiannya, sedangkan bentuk sistematik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam kategori-kategori masing-masing tanpa memerhatikan urutan kejadiannya.
  3. c) Hubungan baik antara observers dengan objek yang diamati (observees). Untuk mewujudkan hubungan yang baik antara observers dengan observees dapat dilakukan dengan cara:
  1. mencegah timbulnya kecurigaan-kecurigaan;
  2. mengadakan good raport, yaitu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh semangat kerja sama, saling mempercayai, dan saling membantu antara observers dengan observees;
  3. menjaga agar situasi dalam masyarakat yang diamati tetap dalam situasi yang wajar.
  1. d) Intensi dan ekstensi keterlibatan observers dalam partisipasi, yaitu sejauh mana keterlibatan observers dalam observasi partisipan. Dalam hal ini observers dapat mengambil bagian dalam kegiatan observasi, yaitu dengan cara sebagai berikut.
  1. Peneliti (observers) mengikuti kegiatan objek yang diamati (observees) hanya pada saat-saat tertentu saja yang oleh peneliti dianggap penting. Hal itu sering disebut sebagai partisipasi sebagian (partial participation)
  2. Peneliti (observers) mengikuti seluruh kegiatan objek yang diamati (observees) dari awal sampai akhir kegiatan penelitian tersebut. Hal itu sering disebut sebagai partisipasi penuh (full participation).

Adapun sejauh mana tingkat keterlibatan atau partisipasi peneliti (observers) dalam setiap kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut.

  1. Peneliti (observers) semaksimal mungkin turut terlibat atau mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamati (observees). Dalam hal ini peneliti terlibat secara intensif (intensive participation).
  2. Peneliti (observers) hanya sedikit ambil bagian dalam kegiatan objek yang diamati. Dalam hal ini peneliti tidak sepenuhnya terlibat, hanya sekilas saja (surfice participation). Penentuan tersebut sepenuhnya ada pada kemauan observers.

Adapun observasi non partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana observers sama sekali tidak ikut terjun dalam kegiatan objek yang diamati.

2) Observasi Sistematik – Observasi Non Sistematik

Observasi sistematik sering disebut sebagai observasi berstruktur (structured observation). Observasi sistematik adalah observasi yang dilakukan berdasarkan kerangka pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Di dalam kerangka pengamatan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut.

  1. a) Materi yang akan diobservasi. Materi yang akan diobservasi pada umumnya telah dibatasi, sehingga observers tidak memiliki kebebasan dalam melakukan pengamatan.
  2. b) Cara-cara pencatatan hasil observasi. Cara pencatatan hasil observasi dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan atau permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu, sehingga memudahkan untuk mengadakan kuantifikasi terhadap hasil pengamatan. Pembuatan daftar ini diawali dengan kegiatan sebagai berikut.
  1. Observasi pendahuluan.
  2. Perumusan sementara (konsep).
  3. Adanya uji coba (try out) terhadap konsep yang telah disusun.
  4. Perbaikan dari hasil uji coba.
  5. Dilakukan uji coba lagi – diperbaiki – diuji cobakan, dan seterusnya hingga diperoleh rumusan yang final.

Sumber:               

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

0 Responses

Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.

Some HTML is OK

or, reply to this post via trackback.