Materi Antropologi Kelas XI : Perubahan Budaya dan Melemahnya Nilai-nilai Tradisional

            Kebudayaan muncul bersamaan dengan munculnya manusia di permukaan bumi. Di dalam perjalanannya, kebudayaan mengalami bermacam-macam proses. Pelbagai perubahan kebudayaan yang terjadi pada kelompok-kelompok manusia tidak muncul dengan sendirinya dan tiba-tiba, melainkan mengalami bermacam-macam proses. Proses yang terjadi tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Kurun waktu yang diperlukan untuk mengubah suatu kebudayaan dapat berbeda-beda. Ada yang berlangsung beberapa tahun saja, ada yangpuluhan tahun, bahkan ada yang hingga beberapa abad. Hal tersebut sangat bergantung dengan individu-individu yang terdapat di dalam kelompok manusia yang bersangkutan. Inilah dinamika kebudayaan. Lantas apa itu dinamika kebudayan? Bagaimana dinamika kebudayaan saat ini? Serta apa yang menjadi faktor pendorong terjadinya dinamika kebudayaan? Semua ini akan kita kaji bersama pada materi ini.

  1. Konsep-Konsep Dinamika Kebudayaan

            Budaya sebagai hasil budi daya manusia tidak selalu statis, namun bergerak sesuai dengan perubahan zaman dan kebutuhan manusia. Itulah yang dimaksud dengan dinamika. Jadi, sesungguhnya dinamika adalah suatu kekuatan dari dalam suatu materi yang memiliki tenaga atau semangat untuk bergerak sehingga terjadi suatu perubahan. Dalam hal ini, materi yang memiliki kekuatan untuk bergerak adalah sekelompok manusia atau sekelompok individu. Sekelompok manusia atau individu sangat berperan aktif menentukan terjadinya suatu perubahan. Seorang individu belum tentu dapat melakukan perubahan. Sekalipun dapat melakukan suatu perubahan, itu hanya berupa pengaruh. Pengaruh tersebut kemudian tersebar meluas. Sebaran tersebut yang kemudian memberi penentu berubah dan tidaknya suatu budaya. Budaya pada perjalanan waktu, terus mengalami perubahan. Bergerak mengikuti kebutuhan dan perubahan zaman. Proses perubahan tersebut memakan waktu yang terbilang tidak singkat. Ada yang terjadi hingga berabad-abad lamanya, namun ada pula yang berlangsung dengan cepat. Dinamika budaya berlangsung pada hampir seluruh wilayah. Pergerakan perubahan tersebut tidak sama pada satu wilayah dengan wilayah lainnya. Hal tersebut tergantung pada individu di daerah bersangkutan. Di dalam perubahan budaya, individu memegang peranan sangat penting. Ada yang dapat menerima budaya asing dengan mudah, ada pula yang sulit, bahkan ada yang tidak berkenan menerima sama sekali. Oleh karena itu, dinamika kebudayaan dipengaruhi oleh individu dalam masyarakat, sehingga perkembangan dinamika budaya di setiap masyarakat berbeda-beda. Tingkat perubahannya pun berbeda-beda pula. Proses perubahan budaya hingga membentuk suatu dinamika budaya berlangsung dalam waktu yang lama. Dalam antropologi dinamika kebudayaan berlangsung dalam beberapa proses yaitu evolusi, difusi, asimilasi, inovasi. Kesemua proses ini mempunyai karakteristik masing-masing. Untuk lebih jelasnya, simak dan perhatikan materi di bawah ini.

  1. Evolusi Kebudayaan

            Dalam hal ini, evolusi merupakan suatu bentuk pergeseran atau perubahan kebudayaan dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang makin lama makin kompleks. Evolusi kebudayaan dapat dilihat dengan dua cara yakni proses mikroskopik dan proses makroskopik.

  1. Proses Mikroskopik

            Koentjaraningrat mengatakan bahwa proses mikroskopik adalah proses evolusi kebudayaan yang dapat dilihat dan dapat diamati seolah-olah dari dekat secara detail. Melalui proses ini dapat dilihat perubahan kebudayaan secara detail yang terjadi di dalam dinamika kehidupan sehari-hari masyarakat. Hal yang dapat dilihat secara detail di antaranya adalah proses- proses yang berulang, atau yang disebut dengan recurrent process. Recurrent process adalah suatu tindak manusia yang berulang yang terjadi di dalam masyarakat akibat tidak sesuainya adat yang ada dalam lingkungan bagi dirinya. Ketidaksesuaian adat dengan dirinya tersebut, membuat ia tidak sepenuhnya taat pada adat yang berlaku. Hal tersebut terjadi berulang kali pada masyarakat. Proses ketidaktaatan yang berulang tersebut adalah salah satu pemicu terjadinya pergeseran suatu kebudayaan.

  1. Proses Makroskopik

            Diulas oleh Koentjaraningrat bahwa proses makroskopik adalah proses evolusi kebudayaan yang dapat dilihat dan dapat diamati seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan yang tampak umum saja. Melalui proses ini dapat dilihat perubahan kebudayaan yang besar terjadi dalam dinamika kehidupan dalam kurun waktu yang cukup lama. Proses ini adalah proses yang kemudian menentukan arah, atau disebut dengan directional process. Directional process adalah proses evolusi kebudayaan yang dapat dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama, umpama- nya dalam ribuan tahun, sehingga dapat dilihat perubahan- perubahan besar dalam kebudayaan yang seolah kemudian dapat menentukan arah (direction) sejarah perkembangan kebudayaan suatu masyarakat.

  1. Difusi

            Difusi adalah proses penyebaran kebudayaan melalui perpindahan bangsa-bangsa. Kebudayaan tersebar dikarenakan terbawa oleh bangsa-bangsa yang melakukan migrasi. Dengan demikian proses penyebaran kebudayaan tersebut terjadi melalui peristiwa geografis. Menurut Koentjaraningrat, difusi adalah proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus ribu tahun lamanya sejak zaman purba. Dengan kata lain, difusi adalah suatu proses penyebaran unsur- unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia. Contoh terjadinya proses difusi sebagai proses penyebaran kebudayaan pada masa prehistori yaitu ketika kelompok manusia berburu berpindah ke daerah lain yang jauh sekali dan membawa budaya berburu ke daerah tempat mereka berpindah. Penyebaran unsur kebudayaan melalui pertemuan kelompok individu yang bertetangga. Berdasarkan prosesnya, difusi dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tersebut antara lain, hubungan symbiotic, hubungan penetration pacifique, dan stimulus diffusion.

  1. Hubungan Symbiotic

            Symbiotic adalah hubungan yang terjadi hampir tidak mengubah unsur kebudayaan yang dimiliki. Contoh hubungan barter yang terjadi selama berabad-abad antara suku Afrika dengan kelompok Negrito. Suku bangsa Afrika memberikan hasil pertanian, dan kelompok Negrito memberikan hasil berburu dan hasil hutan. Selama hubungan itu kebudayaan masing-masing suku tidak mengalami perubahan.

  1. Hubungan Penetration Pacifique

            Penetration pacifique adalah terjadinya pemasukan unsur-unsur kebudayaan tanpa adanya paksaan. Contoh yang pernah terjadi adalah unsur kebudaya-an yang dibawa masuk oleh para pedagang dari India ke Indonesia. Cerita Ramayana dan Mahabarata salah satunya diperoleh melalui aktivitas perdagangan masyarakat India ke Indonesia. Masuknya unsur-unsur kebudayaan tersebut terjadi tanpa sengaja ke dalam kebudayaan penduduk setempat.

  1. Stimulus Diffusion

            Stimulus diffusion adalah bentuk difusi yang terjadi karena penyebaran kebudayaan secara beruntun. Contoh suku bangsa A bertemu B terjadi difusi, B bertemu C terjadi difusi, C bertemu D terjadi difusi, demikian seterusnya. Proses difusi telah berlangsung sangat lama. Para ahli berpendapat bahwa manusia zaman purba telah melakukan proses difusi. Menurut paleoantropologi, diperkirakan manusia pertama kali ada di daerah sabana tropikal Afrika Timur, kemudian menyebar hampir ke seluruh permukaan bumi yang memiliki musim yang berbeda-beda. Persebaran ini membentuk sebuah kebudayaan yang mereka miliki saat ini. Dalam proses ini mereka melakukan adaptasi fisik dan budaya. Proses perpindahan tersebut dilakukan dengan cara migrasi lambat dan otomatis serta migasi cepat dan mendadak. Migrasi lambat dan otomatis adalah perpindahan yang terjadi seiring dengan berkembangnya manusia di muka bumi. Manusia berkembang dan membutuhkan tempat-tempat yang lain sehingga melakukan migrasi. Migrasi tersebut membawa serta kebudayaan mereka. Dengan demikian, kebudayaan turut tersebar di permukaan bumi ini seiring dengan menyebarnya manusia untuk mencari tempat tinggal dan menjalani kehidupan. Adapun migrasi cepat dan mendadak adalah migrasi yang disebabkan oleh wabah, bencana alam, peperangan, perubahan mata pencarian hidup dan lain sebagainya. Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut, manusia melakukan migrasi dengan cepat ke tempat lain yang lebih baik dan nyaman. Akibat Pergeseran Nilai atau Difusi Budaya Lokal Pergeseran nilai budaya lokal mulai membawa dampak yang nyata. Nilai sakral suatu dogma telah bergeser, demikian pula halnya dengan mitos dan kepercayaan. Suatu kejujuran telah berubah menjadi manipulasi dan keserakahan. Kapitalisme mulai merambah hingga pelosok negeri. Nilai humanisasi bergeser ke arah dehumanisasi. Seiring dengan itu kecepatan perkembangan informasi luar biasa pesat bersama dengan difusi budaya. Sementara itu banyak yang tidak menguasai teknologi. Difusi budaya yang ada di Indonesia di antaranya adalah penggunaan telepon genggam yang telah menyebar hingga ke pelosok-pelosok, demikian pula halnya dengan penjualan voucher. Difusi budaya yang membawa dampak tidak baik juga terjadi manakala seks bebas telah dianggap lumrah. Kasus narkoba, perselingkuhan, pergaulan bebas menjadi pemicu menyebarnya penyakit HIV/AIDS. Difusi budaya yang negatif lain adalah bentuk prostitusi yang pesat berkembang. Karena budaya permisif masyarakat menjadikan prostitusi mendapattempat sebagai hal yang wajar. Filter terhadap fenomena yang ada saat ini harus kuat agar dapat bertahan dari nilai negatif yang dapat menggoyahkan nilai bangsa. Pergeseran budaya yang terjadi saat ini menyebabkan ilmuwan bangkit untuk menggali nilai budaya lokal agar kekayaan budaya tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya yang dapat mempertahankan nilai kebangsaan dan persatuan yang baik.

(Sumber: Najlah Nawiyah Duta Masyarakathttps://najlah.blogspot.com)

Daftar pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran Antropologi untuk SMA/MA, Jakarta.

KBBI, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Keraf, Gorys, 1984, Komposisi, Flores, Nusa Indah.

Koentjaraningrat, 1985, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta, Dian Rakyat.

–––––, 1985, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, PT Gramedia.

–––––, 1986, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Aksara Baru.

–––––, 1990, Sejarah Teori Antroplogi, Jakarta, UI Press.

–––––, 1993, Masyarakat Terasing di Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama

–––––, 2005, Pengantar Antropologi I, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: