Kemiskinan Masyarakat Pedesaan Sukoharjo

Assalamualaikum para blogger. kali ini saya akan memposting tugas dari mata kuliah Sosiologi Indonesia. tugas ini berisi tentang analisis pada kemiskinan Masyarakat Pedesaan Sukoharjo. Selamat membaca yaa…

Kemiskinan dipandang sebagai keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang mengalami kekurangan. Orang disebut miskin apabila orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar. Secara umum kemiskinan dapat dibedakan kedalam dua bentuk, pertama kemiskinan absolut, dan kedua, kemiskinan relatif.

Secara konseptual, kemiskinan itu sendiri dapat dijelaskan melalui konsep-konsep seperti kemiskinan kultural, kemiskinan struktural, kemiskinan kongjungtural, dan kemiskinan natural. Rancangan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan paradigma kualitatif dengan jenis studi kasus. Pendekatan paradigma kualitatif ini dipilih karena kesesuaian topik penelitian tentang kemiskinan di masyarakat pedesaan. Dengan pendekatan paradigma kualitatif ini diharapkan peneliti dapat menggali sedalam-dalamnya informasi mengenai fenomena kemiskinan di masyarakat pedesaan tersebut. Jenis studi kasus ditujukan agar supaya peneliti dapat mempelajari secara intensif, komprehensif dan detail. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, dimana Desa Sanggang, Kecamatan Bulu merupakan daerah sentra kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo. Desa Sanggang ini dipilih karena merupakan desa IDT (Inpres Desa Tertinggal) yang berlokasi di dataran tinggi dan lahan kering. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk kemiskinan masyarakat miskin pedesaan di Desa Sanggang Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo, perilaku sosial masyarakat miskin dalam kondangan, sambatan bangun rumah, karja bakti bangun jalan, dan mendidik dan menyekolahkan anak, upaya masyarakat miskin pedesaan, upaya pemerintah dan swasta/NGO (Non Governmental Organization) dalam usaha ikut menanggulangi permasalahan kemiskinan pedesaan di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo, dan model penanggulangan kemiskinan masyarakat pedesaan di Desa Sanggang Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bentuk kemiskinan masyarakat pedesaan itu dapat berupa kemiskinan kultural, kemiskinan struktural, dan kemiskinan natural. Kemiskinan kultural masyarakat miskin pedesaan terlihat dari ketidakterlibatan dalam organisasi tingkat desa, kecamatan, kota ataupun pemerintah pusat, kebiasaan mempunyai banyak anak, mengembangkan keluarga luas yang terdiri dari orang tua, anak, dan kakek/ nenek dalam satu rumah, dan jam kerja panjang namun penghasilan relatif kecil. Kemiskinan struktural dapat berupa, jenis pekerjaan keluarga miskin pada umumnya sebagai petani/ buruh tani yang lebih menitikberatkan pada keseimbangan hidup dalam bermasyarakat, sebagai orang desa, kebijakan pendidikan dirasa terlalu mahal, dan kaum perempuan masih terpinggirkan dalam proses pembuatan keputusan keluarga dan masyarakat desa. Kemiskinan natural dapat dilihat dari ketidakmampuan sumber daya alam untuk mendukung kehidupan normal keluarga miskin. Alam tidak mampu untuk ditanami tanaman pangan khususnya padi, karena lahan yang kering dan tanah berada pada dataran tinggi. Di samping itu faktor usia yang tua menjadikan keluarga miskin yang bersangkutan tidak mampu bekerja. Perilaku sosial yang tercermin dalam budaya kondangan, sambatan bangun rumah, dan kerja bakti bangun jalan masih cenderung tinggi dalam kehidupan masyarakat miskin pedesaan di Desa Sanggang. Upaya masyarakat miskin sendiri untuk keluar dari permasalahan kemiskinan adalah sudah cukup besar. Mereka telah melakukan berbagai usaha untuk keluar dari permasalahan kemiskinan antara lain meliputi: mengolah lahan tegal untuk ditanami singkong ataupun kacang tanah, mencari kayu di hutan, sebagai buruh penebang kayu, membuat arang, membuat tape singkong dan migrasi ke kota-kota besar untuk berjualan, serta ada yang beternak sapi/ kambing. Upaya pemerintah dan swasta dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan masyarakat pedesaan di Desa Sanggang masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Masyarakat miskin pedesaan Desa Sanggang masih merasakan sedikit sekali peningkatan kesejahteraan hidupnya melalui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan swasta ini. Namun demikian berbagai program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta telah mampu membuat kebahagiaan tersendiri di hati para keluarga miskin pedesaan. Dengan menggunakan model pendekatan sistemik Gallopin, ditemukan bahwa sebagian besar aspek-aspek yang terdapat pada kemiskinan kultural, struktural, dan natural cenderung sangat tidak mendukung untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan yang mereka alami. Begitu juga dengan menggunakan model pendekatan partisipasi masyarakat Oakley dan Marsden, dan model pendekatan Paul Shaffer, aspek-aspek yang terdapat di dalamnya cenderung tidak mampu untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan masyarakat pedesaan yang mereka alami.

Tentang firma aprianti

Nama : Firma Aprianti TTL : Semarang, 28-04-1995 Program Study : Pendidikan sosiologi dan Antropologi Unniversitas Negeri Semarang blog ini berisi mengenai materi pembelajaran-pembelajaran sosiologi dan antropologi yang juga sedang saya pelajari
Tulisan ini dipublikasikan di Tugas Kuliah. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: