Fenomena Ahmadiyah ditinjau dari Sosiologi Agama dengan Penjelasan Filosofis

Indonesia lahir dari keragaman budaya, agama, suku, ras, dan golongan. Agama merupakan modal dasar yang dimiliki oleh rakyat dan bangsa Indonesia. Agama sebagai modal rohaniah dan mental, yaitu kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi-aspirasi bangsa.
Membangun kerukunan antar dan intern umat beragama tentu tidak semudah membalik tangan. Membangun kerukunan umat beragama tentu sangat rumit sebab menyangkut persoalan yang paling berat, yakni mengenai keyakinan agama yang memang meniscayakan perbedaan. Perbedaan keyakinan itulah yang kemudian bisa memicu berbagai konflik yang tidak dapat diredam dengan mudah karena menyangkut persoalan Tuhan yang Maha Suci, sehingga ketika ada orang lain yang berupaya untuk menodainya, maka dapat dipastikan akan terjadi kekerasan sosial, seperti pada fenomena penyerangan sekelompok orang terhadap penganut Ahmadiyah.

Ahmadiyah sendiri adalah gerakan yang didirikan untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama Islam dan dari kewajiban jihad dengan gambaran atau bentuk khusus, sehingga tidak lagi melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan nama Islam. Gerakan ini dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Ahmadiyah terbagi menjadi dua yaitu Ahmadiyah Qadiayan dan Ahmadiyah Lahore, yang mebedakknya adalah jika Ahmadiyah Qadian meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang nabi, sedangkan Ahmadiyah Lahore hanya meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang pembaharu dan pemimpin mereka, bukanlah seorang nabi. Selain itu, aliran ini berkeyakinan bahwa Allah SWT itu seperti manusia, “Dia” melakukan puasa, shalat, tidut, bangun menulis, dan sebagainya dan menganggap semua pemeluk agama lain itu kafir, kecuali mereka yang masuk dalam Ahmadiyah. Ahmadiyah juga memiliki kitab suci sendiri bernama kitab Tadzkirah yang diakui dari kumpulan wahyu yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad. Sehingga dengan kata lain, aliran ini tentunya menyimpang dari ajaran agama Islam yang sebenarnya.

Jika dikaji dengan pendekatan filosofis, fenomena Ahmadiyah tersebut menurut saya ontologisnya sudah salah. Dikatakan salah karena Ahmadiyah mengganggu kenyamanan aqidah. Mirza Ghulam Ahmad atau pendiri Ahmadiyah tersebut menurut saya telah melakukan penodaan agama, karena telah mengaku bahwa dirinya merupakan utusan Allah SWT untuk menjadi nabi setelah nabi Muhammad SAW. Padahal sudah jelas seperti yang ada dalam Al-Qur’an maupun Hadist bahwa tidak akan ada lagi nabi setelah nabi Muhammad SAW karena nabi Muhammad merupakan penutup para nabi dan tidak ada lagi kitab suci yang diturunkan setelah Al-Qur’an.

Memang Indonesia yang memiliki pedoman Pancasila dan Konstitusi UUD yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya tersebut. Namun secara epistemologi, seyogyanya pengaturan beragama harus lebih di orientasikan kepada perlindungan kepentingan atau kebaikan masyarakat luas daripada penekanan melindungi masing-masing ajaran agama. Terlebih pada dogma yang banyak diperdebatkan. Dengan makna ini dapat diartikan bahwa, pertama, tiap penodaan agama harus diklarifikasi sebagai gangguan terhadap kepentingan dan kemaslahatan umum dan jangan direduksi menjadi kepentingan doktrin agama semata. Pemerintah harus lebih memperhatikan lagi UU mengenai Delik penodaan agama, agar masalah-masalah mengenai penodaan agama memberikan efek jera kepada para pelaku atau masyarakat yang melanggarnya dan menindak tegas pengikut Ahmadiyah untuk melindungi aqidah rakyatnya dengan membubarkan organisasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
https://www.kompasiana.com/makenyok/apakah-ahmadiyah-itu-dan-mengapa-dianggap-aliran-sesat-oleh-umat-muslim-umum_55007df4a333114e75510e90
https://www.islampos.com/konsep-wahyu-ahmadiyah-56579/

5 thoughts on “Fenomena Ahmadiyah ditinjau dari Sosiologi Agama dengan Penjelasan Filosofis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: