Saatnya Generasi Muda Melawan Radikalisme #2

Saatnya Generasi Muda Melawan Radikalisme

Fungsi dari mempelajari Radikalisme agar kita bisa menjaga diri (mawas diri)
Radikalisme dari kata radikal yang artinya perubahan paham atau aliran yang inginkan pembaharuan dengan cara keras/dratis.
Faktor penyebab Radikalisme :
1. Faktor Pemikiran
2. Faktor Ideologi
3. Faktor Politik
4. Faktor Ekonomi
5. Faktor Sosial
6. Faktor Psikologi
7. Faktor Pendidikan
8. Faktor Kurangnya wawasan kebangsaan

Baru-baru ini masyarakat kembali dikejutkan dengan penangkapan 11 orang terduga pelaku aksi teroris yang dikabarkan merencakan aksi kekerasan dan teror di sejumlah lokasi di Indonesia. Penangkapan ini membuat sebagian masyarakat dan kalangan bertanya-tanya atas derasnya proses rekrutmen orang-orang yang kemudian diarahkan untuk melakukan tindakan teror yang kerap kali menyalahgunakan pemahaman agama. Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror mengamankan sebelas orang terkait kelompok teroris Harakah Sunny untuk Masyarakat Indonesia di empat kota yakni Solo, Bogor, Madiun, dan Jakarta.
Kegiatan teror dan radikal ini meresahkan berbagai kalangan masyarakat. Yang mengejutkan banyak pihak, ternyata sebagian besar pelaku bom buku dan perencana serangan merupakan lulusan perguruan tinggi , bahkan diantaranya lulusan perguruan tinggi Islam. Pelaku jelas-jelas menunjukkan pemahaman keagamaan Islam dengan cara sempit, bercorak eksklusif, dan keras.
Kampus yang selama ini dikenal sebagai tempat persemaian manusia berpandangan kritis, terbuka, dan intelek, ternyata tidak bisa imun terhadap pengaruh ideologi radikalisme. Radikalisme menyeruak menginfiltrasi kalangan mahasiswa di berbagai kampus. Dari masa ke masa di lingkungan kampus hampir selalu ada kelompok radikal baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Kasus seperti diatas dapat ditemukan dalam skala berbeda di banyak perguruan tinggi. Beragam penelitian dan pengakuan mereka yang keluar dari sel-sel radikal dan ekstrim mengisyaratkan, mahasiswa perguruan tinggi umum lebih rentan terhadap rekruitment daripada mahasiswa mahasiwa perguruan tinggi  agama Islam. Gejala ini jelas berkaitan dengan kenyataan bahwa cara pandang mahasiswa perguruan tinggi umum khususnya bidang sains dan teknologi, cenderung hitam putih. Sedangkan mahasiswa perguruan tinggi agama Islam yang mendapat kergaman perspektif tentang islam cenderung lebih terbuka dan bernuansa ( Azyumardi Azra, Kompas, 27/4/11 ).
Perguruan tinggi Islam mempunyai peran besar dalam mengantarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa dunia. Sedari dini generasi muda dan mahasiswa perlu dilatih berpikir dan berkomunikasi menggunakan dua bahasa sekaligus. Dua bahasa yang dimaksud kepatuhan dan tata pergaulan yang dapat memahamkan kalangan internal umatnya sendiri sekaligus dapat dipahami wilayah publik yang lebih luas di luar komunitasnya.
Mendidik genersi baru yang sadar bahwa ia adalah warga dunia, yang tidak berpandangan ghetto, dan berkomunikasi dua bahasa merupakan pekerjaan pendidikan yang tidak mudah. Pengenalan pandangan dunia keislaman yang bercorak klasik, modern, dan postmodern merupakan prasyarat yang tidak bisa ditawar-tawar.
Ideologi radikal dan teroristik tidak bisa diatas hanya dengan wacana, bahkan  tindakan represif aparat penegak hukum sekalipun. Ia harus dihadapi dengan kontra ideologi dan perspektif keindonesiaan yang utuh. Tidak perlu redesain kurikulum meynyeluruh karena hal itu akan mengganggu stabilitas akademis keilmuan. Yang mendesak perlu dilakukan adalah revitaslisasi mata kuliah yang bersifat ideologis pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan agama. ( Azra, 2011 ).
Azumardy Azra juga menambahkan, Pancasila yang marjinal sebagai negara sejak reformasi juga terjadi di perguruan tinggi negeri. Mata kuliah pancasila di beberapa perguruan tinggi diganti dengan Filsafat Pancasila atau dihapus sama sekali. Filsafat pancasila lebih sebagai wacana akademis daripada wacana ideologis. Padahal hanya dengan memahami pancasila tumbuh semangat kebangsaan keindonesiaan, dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Agama semestinya tidak hanya mengulangi ajaran teologis-normatif agama, tetapi juga penguatan perspektif keagamaan-kebangsaan dan diorientasikan untuk penguatan sikap intelektual tentang keragaman agama serta toleransi intra agama dan antar agama serta anatara umat beragama dengan nagara.
Yang tidak kurang kalah penting adalah revitalisasi lembaga, badan, dan organisasi kemahasiswaan intra maupun ekstra kampus. Organisasi-organisasi yang ada di kampus memegang peranan penting untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme ini melalui pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang komprehensif dan kaya makna.
Keanggotaan dan aktivisme organisasi merupakan faktor penting untuk mencegah terjerumusnya seseorang ke dalam gerakan radikal yang ekstrem. Sebaliknya terdapat gejala kuat para mahasiswa yang non aktivis dan kutu buku sangat mudah terkesima sehingga segera dapat mengalami cuci otak dan indoktrinasi pemikiran radikal dan ekstrem. Mereka cenderung naïf dan polos karena tidak terbiasa berpikir analitis, kritis, seperti lazimnya dalam dkehidupan dunia aktivis.
Menggalakkan propaganda anti radikalisme seharusnya menjadi salah satu agenda utama untuk memerangi gerakan radikalisme dari dalam kampus. Peran itu menjadi semakin penting karena organisasi mempunyai banyak jaringan dan pengikut sehingga akan memudahkan propaganda-propaganda kepada kader-kadernya. Jika ini dilaksanakan dengan konsisten, maka pelan tapi pasti gerakan radikalisme bisa dicegah tanpa harus menggunakan tindakan represif yang akan banyak memakan korban dan biaya.

Sumber : https://www.kompasiana.com/djokolelono/saatnya-generasi-muda-melawan-radikalisme_5519508481331128769de0e2

Peran Pemuda dalam Menangkal Radikalisme-Terorisme #1

Peran Pemuda dalam Menangkal Radikalisme-Terorisme

Di awal tahun 2016 ini, kita dihebohkan dengan ledakan bom di kawasan Thamrin, Jakarta. Peristiwa ini menambah rangkaian peristiwa terorisme di negara kita. Masih sangat hangat diingatan kita, Kamis 14 Januari lalu peristiwa tersebut terjadi. Berawal dari sebuah ledakan di depan pos polisi Sarinah dan gerai kopi Starbuck. Peristiwa terjadi sekitar pukul 10.40 WIB. Lalu ledakan kedua terdengar sekitar pukul 10.50 WIB, ledakan ketiga pukul 10.56 WIB, ledakan keempat pukul 10.58 WIB, ledakan kelima 11.00 WIB, dan ledakan terakhir pukul 11.02 WIB. Sebanyak enam ledakan terjadi dalam waktu yang begitu singkat. Bagaimana tidak membuat orang takut dan was-was?. Lalu siapa yang tega berbuat demikian?. Apa yang menjadi motivasi mereka untuk melakukan tindakan keji tersebut?.
Seakan menjawab pertanyaan kita semua, beberapa jam setelah kejadian muncul rilis dari Islamic State of Irak and Syiria (ISIS), kita tahu kelompok ini merupakan kelompok Islam garis keras atau radikal yang sering melakukan tindakan kekerasan mengatasnamakan agama, bahwa mereka bertanggung jawab atas ledakan bom di Jakarta. Hal ini cukup mengagetkan mengingat aksi terorisme dengan mengatasnamakan agama di Indonesia memang sudah tidak kencang terdengar beberapa tahun lalu. Kalaupun terdengar tidak pada tindakan teror namun sebatas ancaman dan ideologisasi lewat media. Kejadian ini seolah-olah kejutan bagi kita yang mungkin sedang lengah. Terbukti kejadian-kejadian terorisme di Indonesia sebelumnya memang tidak dilakukan secara teratur dan pasti, tiba-tiba terjadi, dan merenggut korban jiwa. Untungnya, pemerintah lewat polisi dan tentaranya cepat tanggap menangani kejadian teror di Thamrin kemarin.
Namun sangat disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia menanggapi kasus yang masuk kategori terorisme ini dengan cukup apatis. Tindakan terorisme kerap dikait-kaitkan dengan fenomena politik negara. Entah itu tudingan pengalihan isu atau unsur kesengajaan yang dibuat-buat penguasa. Kalau memang itu benar, sungguh tidak berprikemanusiaan. Kalau kita mau berpikir lebih dalam, apapun tindakan kekerasan terorisme, kita semua harus benar-benar mengutuknya, lalu berikhtiar sekuat tenaga agar kejadian tidak berulang dengan menggali dan menemukan akar masalahnya. Setelah itu kita bersama-sama mencabut akar tersebut hingga tuntas. Bagaimanapun juga kejadian di Jakarta sangat menohok kita, apalagi umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk di Indonesia, setelah ada pengakuan dari ISIS. Khususnya lagi menohok kaum muda Indonesia karena para pelaku peledakan bom masih berusia 20-30 an tahun.
Terbukti berdasarkan kajian yang dilakukan Setara Institute dan The Wahid Institute, juga Fahmina Institute menyebut bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan dengan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Dimana Provinsi Jawa Barat mendapat rapor merah sebagai daerah dengan kasus tindakan intoleransi yang mengatasnamakan agama paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lain. Dan yang mengejutkan adalah para pelaku teror rata-rata masih berusia muda. Bukti bahwa usia muda sangat rentan menjadi pelaku teror adalah data dari Setara Institute bahwa satu dari 14 siswa di Jakarta dan Bandung setuju atas keberadaan Islamic State (IS). Sebelumnya, riset MAARIF Institute pada 2011 tentang pemetaan problem radikalisme di SMU negeri di empat daerah (Pandeglang, Cianjur, Yogyakarta, dan Solo), yang mengambil data dari 50 sekolah, mengkonfirmasi fenomena tersebut. Menurut riset ini, sekolah menjadi ruang yang terbuka bagi diseminasi paham apa saja. Karena pihak sekolah terlalu terbuka, kelompok radikalisme keagamaan memanfaatkan ruang terbuka ini untuk masuk secara aktif mengkampanyekan pahamnya dan memperluas jaringannya. Kelompok-kelompok keagamaan yang masuk mulai dari yang ekstrem menghujat terhadap negara dan ajakan untuk mendirikan negara Islam, hingga kelompok islamis yang ingin memperjuangkan penegakan syariat Islam (Jurnal Maarif, Vol. 8. No. 1, Juli 2013). Untuk wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan), Fahmina Institute merilis dalam kurun waktu tahun 2012-2015 ditemukan 33 tindakan pelanggaran dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Belum lagi pengaruh organisasi-organisasi kemahasiswaan di kampus yang mengajak pada perilaku intoleran berbau radikalis mengarah pada terorisme, seolah dibiarkan begitu saja menjajakan pengaruhnya.
Temuan tersebut cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, bangsa Indonesia yang majemuk dan hidup dalam naungan Pancasila dan UUD 1945 menyisakan persoalan pelik seperti itu. Dari catatan-catatan tersebut diatas motif dari tindakan-tindakan kekerasan memang berasal dari perbedaan paham di internal umat beragama, khususnya umat Islam. Perbedaan terkait praktek ibadah, praktek bernegara, dan aqidah. Kita masih sering mendengar bahwa Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan “thagut”/setan, sehingga sistem negara mesti berdasarkan khilafah Islamiyyah. Hukum positif di negara kita mesti dirubah dengan penerapan syari’at Islam. Jika tidak demikian maka negara tersebut beserta penduduknya menjadi kafir. Jika kafir maka halal darahnya. Pernyataan demikianlah yang sering ISIS propagandakan. Yang kemudian dijadikan dalil atas keharusan untuk melakukan tindakan teror dan kekerasan di negara tersebut termasuk Indonesia. Padahal menjaga nyawa manusia (hifdz al-Nafs) merupakan bagian penting dari tujuan universal syari’at Islam (maqashid al-Syari’ah) selain merawat agama (hifdz al-Din), merawat akal (hifdz al-‘Aql), merawat keturunan (hifdz al-Nasl), merawat harta (hifdz al-Mal), kebebasan (al-Hurriyah), dan kesetaraan (al-Musawa).
Persoalan tersebut sudah saatnya menjadi agenda pemuda Indonesia hari ini. Kita harus segera menyingsingkan lengan baju dan mencurahkan segala kekuatan untuk berkontribusi secara nyata dalam mengurai persoalan radikalisme yang tumbuh dalam tubuh umat.  Fenomena kekerasan atas nama agama inilah sering kali dikenal dengan sebutan radikalisme agama. Abdul Moqsit Ghazali malah mengatakan bahwa Radikalisme agama adalah akar dari terorisme. Fenomena radikalisme agama ini dapat terlihat dari tindakan-tindakan anarkis yang mengatasnamakan agama dari suatu kelompok terhadap kelompok lain yang berbeda keyakinan dan pemahaman dengan kelompok tersebut.
Lalu bagaimanakah peran pemuda?. Apakah hanya diam saja melihat kejadian seperti ini  dan berharap damai akan datang dengan sendirinya?. Tentu kita perlu melakukan kerja-kerja berupa ikhtiar untuk menangkal radikalisme-terorisme ini. Diam bukan berati emas dalam perkara ini. Sebagai pemuda sepantasnya kita perlu untuk menangkal adanya kekerasan agama atau terorisme dengan berbagai ikhtiar. Setidaknya ada tiga ikhtiar yang penulis coba utarakan, pertama memberikan pemahaman dan penjelasan kepada masyarakat khususnya pemuda tentang kedamaian, tidak ada ajaran agama yang menganjurkan umatnya untuk berbuat kekerasan dan teror. KH. Maman Imanulhaq dalam tulisannya yang berjudul “Menyalakan Obor Toleransi” menegaskan, Agama harus menjadi spirit bagi tumbuh suburnya nilai kesucian, kasih sayang, dan pelayanan terhadap kemanusiaan bukan justru memantulkan kebencian, keputusasaan, permusuhan, terorisme, dan intoleransi. Semua agama mengajarkan umatnnya untuk selalu berbuat baik kepada sesama dan saling menjaga rasa aman. Agama apapun sangatlah menjunjung tinggi nilai kedamaian dan menghormati antar umat beragama.
Kedua, menjaga toleransi. Toleransi antar umat beragama merupakan hal sangat penting untuk kita jaga dan lestarikan. Dengan adanya toleransi ini pastinya akan tercipta kehidupan yang damai dan harmonis tanpa adanya rasa permusuhan dan prasangka buruk. Islam sendiri sudah toleran sejak lahir. Islam berarti kepasrahan, kedamaian, dan keselamatan. Apalagi umatnya, mesti bersikap toleran sejak dalam pikiran apalagi perbuatan.
Ketiga, mengedepankan dialog antar agama. Dialog bukan debat. Dialog mengedepankan persamaan, bahwa semua agama mengajak pada kebaikan, sedangkan debat mengedepankan perbedaan. Kalau perbedaan yang dibicarakan maka tidak akan pernah menemukan titik temu sampai gontok-gontokkan sekalipun. Dengan adanya dialog antar agama kita akan semakin mengerti makna pluralitas. Sehingga menambah wawasan keilmuan kita dalam meyikapi setiap persoalan hubungan antar umat beragama.
Dengan ketiga ikhtiar di atas, peran pemuda kedepan, dapat mencegah dan mengurai persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Pada posisi ini, semua elemen agama dan aliran kepercayaan mesti bekerjasama. Mengapa demikian? pasalnya, radikalisme dan terorisme bukan hanya masalah bagi umat muslim (Islam), tapi juga bagi umat agama Yahudi, Katolik, Kristen, sebagaimana yang pernah diutarakan Karen Armstrong dalam A History of God-nya. Wallahu A’lam Bi al-Showab.

Sumber : https://www.kompasiana.com/ayubalansori/peran-pemuda-dalam-menangkal-radikalisme-terorisme_56a177c26d7a61b0048b4577

Bangkit Dalam Islam

Bangkit Dari Keterpurukan

Dalam kondisi yang terpuruk, merasa tidak berdaya, sementara tuntutan begitu tinggi. Jika kita tidak bisa menyikapinya dengan baik, kondisi seperti ini memang bisa mengganggu kondisi mental kita.
Sedih, bingung, dan marah sering menyelimuti saat-saat seperti ini. Terutama saat memikirkan orang-orang yang kita kasihi. Mereka kurang makan, kurang bersenang-senang, malah kesedihan yang mereka dapatkan. Ini pasti menyakitkan, bahkan lebih menyakitkan dibandingkan melihat kesengsaraan diri sendiri.
Namun tidak perlu khawatir. Itu adalah bagian dari hidup. Meski tidak dibilang semua, banyak orang, pernah mengalami hal itu. Juga, orang-orang besar pernah mengalami hal yang sama.
Beberapa langkah untuk bangkit dari keterpurukan :
Langkah pertama, teruslah berdo’a memohon pertolongan dari Allah. Jangan mengatakan “saya telah berdo’a”. Teruslah berdo’a, karena kadang do’a kita tidak langsung dikabulkan atau kita belum benar-benar serius dalam berdo’a. Jika sampai saat ini do’a masih belum dikabulkan oleh Allah, artinya kita harus lebih khusuk dan lebih sering dalam berdo’a. Jangan lupa iringi dengan ibadah, karena bisa jadi kita berdo’a tetapi kita melupakan ibadah lainnya.
Langkah kedua ialah dengan tawakal secara total. Bukankah harus berusaha? Ya, tentu saja. Nanti kita bahas. Satu per satu donk. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah, secara total. Benar-benar tawakal. Berdo’a adalah langkah awal untuk bertawakal.
Jika kita sudah menyerahkan urusan kepada Allah, maka konsekuensinya kita harus mengikuti bimbingan dan petunjuk Allah. Jika ada ide, gagasan, dan peluang, segeralah sambut. Bertindaklah dengan segera, jangan diam. Bisa jadi itu adalah petunjuk dari Allah, bisa jadi itu adalah bentuk pertolongan dari Allah.
Bagaimana jika bukan? Kita tidak pernah tahu sebelum dilaksanakan, sebab kita tidak bisa berkomunikasi dengan Allah. Satu-satunya cara untuk mengetahui ialah dengan cara mencobanya. Bagaimana jika salah? Tidak apa-apa, coba saja. Diam tetap terpuruk, oleh karena itu mendingan mencoba, ada peluang untuk berhasil.
Langkah ketiga ialah bertindaklah. Jika Anda belum atau tidak merasa mendapatkan petunjuk, tetaplah untuk bertindak. Anda harus keluar mencari solusi. Bertindaklah dengan penuh keyakinan karena Anda sudah bedo’a dan bertawakal kepada Allah. Tindakan saat ini berbeda dengan tindakan tanpa do’a dan tawakal.
Langkah keempat ialah bersyukurlah. Ini yang sering dilupakan. Karena merasa sedang terpuruk, pikirnya tidak mendapatkan nikmat. Ini salah besar. Oh ya… sebenarnya kita tahu mendapatkan banyak nikmat, tetapi karena sedang susah, suka lupa bersyukur.
“Tapi nikmat saya sedikit”. Jika memang Anda rasakan nikmat Anda sedikit, kenapa Anda berpikir akan mendapatkan nikmat lebih banyak? Sedikit saja sudah lupa bersyukur, apalagi banyak. Atau, jika saat ini tidak bersyukur, maka tidak ada jaminan setelah mendapatkan nikmat banyak akan bersyukur. Jadi, syukuri nikmat yang Anda miliki, insya Allah akan ditambah.
Insya Allah, jika kita mengikuti langkah-langkah diatas, kita akan bangkit dari keterpurukan dengan bantuan Allah. Saya sudah membuktikannya. Yang penting adalah jangan menyerah, teruslah berdo’a dan berikhtiar, insya Allah, Anda akan bangkit dari keterpurukan.

Sumber: https://www.motivasi-islami.com/bangkit-dari-keterpurukan/#ixzz4vy2FL4pt

Cerminan Diri

Kentang, Telur, dan Biji Kopi

Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya sengsara dan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia akan berhasil. Dia lelah berjuang dan berjuang sepanjang waktu.Tampaknya hanya salah satu dari masalahnya yang dapat ia selesaikan, kemudian masalah yang lainnya segera menyusul untuk dapat diselesaikan.
Ayahnya yang juga seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas api yang besar. Setelah tiga panci tersebut mulai mendidih, ia memasukkan beberapa kentang ke dalam sebuah panci, beberapa telur di panci kedua, dan beberapa biji kopi di panci ketiga.
Kemudian ia duduk dan membiarkan ketiga panci tersebut di atas kompor agar mendidih, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada putrinya. Putrinya mengeluh dan tidak sabar menunggu, bertanya-tanya apa yang telah ayahnya lakukan.
Setelah dua puluh menit, ia mematikan kompor tersebut. Ia mengambil kentang dari panci dan menempatkannya ke dalam mangkuk. Ia mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk.
Kemudian ia menyendok kopi dan meletakkannya ke dalam cangkir. Lalu ia beralih menatap putrinya dan bertanya, “Nak, apa yang kamu lihat?”
“Kentang, telur, dan kopi,” putrinya buru-buru menjawabnya.
“Lihatlah lebih dekat, dan sentuh kentang ini”, kata sang ayah. Putrinya melakukan apa yang diminta oleh ayahnya dan mencatat di dalam otaknya bahwa kentang itu lembut. Kemudian sang ayah memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapatkan sebuah telur rebus. Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi. Aroma kopi yang kaya membuatnya tersenyum.
“Ayah, apa artinya semua ini?” Tanyanya.
Kemudian sang ayah menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu air mendidih.
Namun, masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Kentang itu kuat dan keras. Namun ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, kentang tersebut menjadi lunak dan lemah.
Telur yang rapuh, dengan kulit luar tipis melindungi bagian dalam telur yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Sampai akhirnya bagian dalam telur menjadi keras.
Namun, biji kopi tanah yang paling unik. Setelah biji kopi terkena air mendidih, biji kopi mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru.
“Kamu termasuk yang mana, nak?” tanya sang ayah kepada putrinya.
“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana caramu dalam menghadapinya? Apakah kamu adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?”
Dalam hidup ini, Banyak sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Banyak hal-hal yang terjadi pada kita. Tetapi satu-satunya hal yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi di dalam diri kita. Jadi, manakah diri anda? Apakah anda adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?

Sumber : https://iphincow.com/2017/09/26/kentang-telur-dan-biji-kopi/

Untuk Mahasiswa

5 Tips Motivasi Mahasiswa Agar Selalu Semangat

Mahasiswa yang dengan giat melakukan pekerjaan rumah setiap hari sudah jarang ditemui. Kalaupun ada juga, paling cuma sedikit. Setiap orang membutuhkan dorongan motivasi, dan kamu akan terkejut dengan apa yang bisa dilakukan oleh sebuah inspirasi tentang opinimu yang menganggap bahwa tugas PR adalah hal yang “sia-sia”. Meskipun jika kamu tidak melihat titik penting dari mengerjakan PR, kamu akan melihat sebuah titik ketika kamu mendapat nilai bagus.
Tips-tips bagaimana untuk menjadi seorang mahasiswa yang lebih termotivasi :
Ubah perspektif  atau cara pandanganmu
Kamu tidak bisa membentuk pondasi untuk pengetahuan di masa depanmu dan keterampilanmu tanpa mengerjakan pekerjaan rumah, tidak peduli seberapa tidak bergunanya PR itu kelihatannya. Bahkan, topik-topik yang tidak membangkitkan sedikit daya tarik pun tetap penting, walaupun sekedar untuk pengetahuan umum dan pengembangan sebagai pribadi. Jika kamu tidak menyukai aljabar, kamu mungkin akan mengerti pentingnya hal ini ketika menyadari bahwa ini merupakan dasar dari ekonomi, bisnis, sains, dan  itu bidang studi lainnya. Ketika berbicara tentang PR bahasa Inggris, kamu perlu memahami bahwa penulisan makalah merupakan keterampilan yang penting untuk dipelajari jika kamu ingin menjadi mahasiswa yang sukses di perguruan tinggi.

Jadilah ahli di salah satu bidang
Tidak ada mahasiswa yang benar-benar suka dengan semua mata kuliah. Pastinya setiap orang lebih unggul dalam beberapa bidang. Yang perlu kamu lakukan adalah fokus sedikit lebih banyak pada bidang yang sangat kamu sukai, dan bersikap serius untuk mempelajarinya lebih lanjut. Mungkin kamu bisa memulai sebuah blog yang terkait dengan bidang yang kamu sukai atau gemari dan menjadi ahli dalam bidang tersebut. Lakukan penelitian lebih mendalam, jadilah lebih terlibat dan nikmati bidang yang kamu minati.
Namun, hal ini tidak harus membuatmu mengabaikan pekerjaan rumah lain yang kamu miliki; pada kenyataannya, justru pekerjaan rumah yang tidak kamu minati akan membantumu menjadi lebih toleran terhadap topik yang tidak terlalu menarik bagimu. Anggap topik yang kurang kamu sukai sebagai “batu loncatan pendukung” untuk jalur karirmu di masa depan nanti.

Jangan takut persaingan
Kamu tidak perlu menjinakkan semangat kompetitifmu. Bahkan, hal ini sebenarnya dapat membantumu menjadi seorang mahasiswa yang lebih rajin dan senang saat melakukan pekerjaan rumah dan membuat prestasi yang lebih baik,daripada mahasiswa lainnya di kelas. Menjadi kompetitif bukan berarti kamu harus menjadi teman sekelas yang tidak disukai mahasiswa lain.
Kamu dapat bergabung dengan satu atau dua teman dan menginspirasi satu sama lain untuk berbuat lebih baik dalam semua mata pelajaran. Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang sangat inspiratif, jika kamu tahu bagaimana mendekatinya.

Hadiah bisa memotivasi 
Jika proyek ilmiah besar memberikanmu masalah, dan kamu bahkan tidak bisa cukup termotivasi untuk memulainya, kamu harus membuat rencana dan membagi seluruh proses menjadi beberapa langkah yang lebih kecil. Ambil setiap langkah dan ubahlah menjadi target, miliki gambaran besar di depanmu setiap saat. Pastikan mengatur tenggat waktu untuk setiap langkah dan hadiahi diri kamu sendiri dengan perlakuan kecil atau istirahat sejenak setelah berhasil di setiap target. Ketika kamu berfokus pada hadiah, kamu akan termotivasi untuk melakukan segalanya dengan benar.
Dapatkan dukungan untuk mendapatkan motivasi
Jika kamu tidak mendapatkan cukup dorongan dari keluarga atau teman, hal tersebut seharusnya tidak mengganggumu karena ini bukan berarti bahwa tidak ada yang peduli. Gurumu, misalnya, pasti peduli apakah kamu mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan dan belajar dengan baik atau nggak. Guru selalu ada untuk mendukung siswa mereka, karena keberhasilan mereka sebagai pendidik tergantung pada prestasi kelas.

Jika kamu merasa seperti kamu tidak mendapatkan dukungan yang cukup di rumah atau dari teman, kamu bisa juga bergabung dengan forum pendidikan dan menemukan motivasi yang kamu butuhkan. Many people will cheer for you if you are brave enough to cheer for yourself.

Motivasi sangat penting untuk keberhasilan akademismu.
Hal ini biasa terjadi pada semua mahasiswa: Mereka tidak melihat bagaimana pengetahuan yang mereka peroleh di kelas bisa diimplementasikan di dunia nyata, sehingga mereka melihat pekerjaan rumah sebagai tugas yang sia-sia dengan tujuan tunggal untuk menyebabkan mereka stres, memakan waktu luang mereka, dan olahraga untuk sel-sel otak mereka. Jika itu pandanganmu terhadap pekerjaan rumah, itu benar-benar salah!
Yang kamu butuhkan adalah perspektif yang berbeda pada studimu, dan kamu akan mengerti betapa pentingnya PR suatu hari nanti. Ketika kamu belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri, pekerjaan rumah akan segera menjadi penting dan bermakna di matamu.

Sumber : https://www.berkuliah.com/2014/10/5-tips-motivasi-semangat-mahasiswa-agar-selalu.html