Pada dasarnya orang jawa adalah masyarakat yang memiliki sifat keras dan kasar. Adanya sifat tersebut juga dapat dilihat dari latar belakang historis pulau jawa yang dahulunya terdapat banyak kerajaan yang memiliki kekuatan besar seperti mataram dan singosari dengan daerah kekuasaannya yang luas serta menjadi penakhluk kerajaan lainnya di luar plau jawa. Sifat keras dan kasar pada masyarakat jawa terbentuk dari suatu gagasan maupun ide di dalam masyarakat yang bersumber dari nilai dan etika dalam masyarakat jawa. Di dalam nilai dan etika masyarakat jawa sendiri terdapat 3 prinsip yaitu hormat, rukun, dan isin yang sewaktu-waktu dapat diwujudkan di dalam sikap sehari-hari masyarakat.

Adanya kekuasaan belanda pada masa kerajaan di pulau Jawa itu membuaat salah satu kerajaan yang ada di jawa yaitu kerajaan mataram terpecah menjadi dua wilayah kepemimpinan, hal tersebut ditandai dengan adanya perjanjian giyanti yang isinya kerajaan mataram terbagi menjadi 2 yaitu yogyakarta dan surakarta. Pada saat itu belanda mengguanakan strateginya untuk menguasai pulau jawa, yaitu dengan bekerjasama dengan salah satu wilayah kekuasaan kerajaan mataram sehingga 2 kerajaan tersebut pada akhirnya saling berbeda pandangan. Banyak kekerasan dan perang yang terjadi setelah adanya perjanjian Giyanti, salah satunya perang diponegoro sehingga sifat keras pada masyarakat jawa pada saat itu lebih dicirikan dengan cara berperang, ataupun merebutkan suatu kekeuasaan.

Sifat keras masyarakat jawa juga diceritakan pada masa reformasi ketika yogyakarta sudah menjadi bagaian dari negara Republik Indonesia, masyarakat yogyakarta menyatukan pandangan untuk menolak pemerintahan orde baru. Sultan Hamengkubuwono X sebagai raja Yogyakarta  saat itu menjadi pelopor dalam pergerakan tersebut. Pergerakan yang diberi nama “pisowanan ageng” tersebut berisikan tentang tuntutan agar presiden soeharto turun dari kursi jabatannya.

Dalam masyarakat jawa sendiri, budaya kasar dan halus digambarkan dalam sebuah tradisi ataupun cerita wayang dimana tokoh-tokoh wayang yang ada di dalamnya memiliki sifat kasar dan halus tersebut. Sifat kasar merupakan sifat dasar yang didiliki manusia, dan biasanya ditunjukkan dalam wujud fisik dan kekuatan. Sedangkan sifat halus sendiri merupakan sifat ideal yang berusaha dicapai masyarakat jawa dengan cara yang sungguh-sungguh. Sifat kasar masyarakat jawa pada dasarnya juga sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Yang dikemas dalam bentuk perkataan, kegiatan maupun suatu ungkapan. Hal tersebut kemudian juga tanpa disadari dilakukan setiap waktu oleh masyarakat jawa.