Negara Jawa di Tanah Amerika Selatan

Apa yang terbesit dalam benak kamu jika mendengar kata Suriname? Bagi travelers yang familiar, pasti yang kamu ingat adalah Jawa. Lho, kok? Ya, negara bekas jajahan Belanda ini memang kental dengan suku Jawa-nya. Kenapa bisa ya?

Republik Suriname, dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda. Negara ini berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudera Atlantik.

Bendera Resmi Suriname

Berdasarkan sensus tahun 2004, sebanyak 16,4 persen berasal dari pulau Jawa. Sementara keturunan Hindu masih mendominasi masyarakat Suriname (27,4%), diikuti Kreol (17,7%), Bushnengro dan Marun (14,7%) dan kelompok lain seperti Cina, India, Lebanon dan Brasil.

Lalu, bagaimana suku Jawa bisa jauh-jauh menetap di Suriname?

Keberadaan suku Jawa di Suriname diyakini sudah ada sejak akhir abad ke-19, yang angkatan pertamanya dibawa oleh kolonis Belanda dari Indonesia. Sebagian keturunan mereka kini ada yang nenetap di Belanda, namun sampai sekarang bahasa Jawa tidak pernah hilang.

Penduduk Jawa tiba di Suriname

Berakhirnya sistem perbudakan di Belanda pada 1863 membawa konsekuensi hilangnya sebagian besar pekerja pada perkebunan-perkebunan di wilayah jajahannya. Guna mengatasi masalah ini, pemerintah Belanda memboyong kuli-kuli angkut bergaji sangat murah dari wilayah jajahannya yang lain, termasuk dari Pulau Jawa untuk di bawa ke wilayah jajahan lainnya di Suriname. Prins Willem II adalah kapal pertama yang diberangkatkan ke Suriname dengan mengangkut 44 orang Jawa dan tiba pada pada 9 Agustus 1890.

Setelah Indonesia merdeka, banyak orang Jawa di Suriname kembali ke Tanah Air, tapi tidak sedikit pula yang memilih tetap di sana.

Kemudian, pada tahun 1975 saat Suriname merdeka dari Belanda, orang-orang yang termasuk orang Jawa diberi pilihan, tetap di Suriname atau ikut pindah ke Belanda. Banyak orang Jawa akhirnya pindah ke Belanda, dan lainnya tetap di Suriname.

Foto Klasik Keluarga Jawa di Suriname

Terdapat keunikan dari orang Jawa Suriname ini. Mereka dilarang menikah dengan anak cucu orang sekapal atau satu kerabat. Orang sekapal yang dibawa ke Suriname sudah dianggap seperti saudara sendiri dan anak cucunya dilarang saling menikah. Oleh karena banyak orang Jawa yang menetap di Suriname, kebudayaan yang ada pun tak jauh dari kebudayaan Jawa. Misalnya saja penggunaan nama jalan yang menggunakan nama Jawa, seperti Wagiran Weg (weg artinya jalan), Sastroredjo Weg, Purwodadi Weg, Sidodadi Weg yang semuanya merujuk pada nama orang maupun tempat di Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Terdapat pula masakan Jawa dengan nama Jawa yang tidak diubah, misalnya saja Petjel (pecel), Saoto (soto), Tjenil (cenil, yakni salah satu jenis jajanan pasar), Lontong Djangan (lontong sayur), Bami (bakmi), Ketan, Guleh (gule).Satu hal unik yang masih ada di Suriname adalah penggunaan nama belakang Jawa. Meskipun nama depan mereka menggunakan nama barat, namaun nama belakang yang digunakan masih sangat kental dengan nama-nama Jawa, misalnya saja Soeroto, Somohardjo, Sonomedjo, Kartoredjo, Wirjo, dan masih banyak yang lainnya. Uniknya lagi, nama-nama Jawa tersebut masih ditulis dengan menggunakan EYD lama. Baik orang dewasa maupun remaja, masih menggunakan nama Jawa tersebut. Berikut nama-nama orang Suriname yang telah penulis temukan melalui pencarian di media social Facebook.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/08/19/negara-jawa-di-tanah-amerika-selatan/

Restoran Cita Rasa Hamburg yang Khas Indonesia

Anda sedang di Jerman dan rindu dengan masakan Indonesia? Berkunjung saja ke Hamburg. Di sana Anda akan menemukan satu restoran yang dari namanya saja sudah tercium aroma Nusantara, Restoran Cita Rasa.

Restoran yang berdiri cukup lama ini sesuai namanya yang Indonesia, memang memiliki spesialisasi makanan-makanan khas Indonesia. Begitu Anda masuk ke dalamnya, Anda akan disambut oleh menu-menu makanan yang sudah tidak asing di telinga orang Indonesia, seperti lodeh, bakso, rendang, gado-gado, sate, dan berbagai menu lainnya. Untuk minumannya? Minuman seperti es teler dan es degan siap menemani menu makanan Anda.

Restoran Cita Rasa memiliki sistem prasmanan. Dengan membayar sekitar €10,00 per orang, Anda bisa makan sepuasnya di restoran ini. Bahkan Anda bisa mendapatkan diskon jika Anda mengajak teman-teman Anda untuk makan bersama di restoran ini. Dan jangan khawatir untuk Anda yang Muslim, restoran ini menjamin kehalalan dari seluruh makanan dan minumannya. Walaupun para koki dan pelayannya sangat didominasi oleh orang Jerman keturunan Turki, namun pemiliknya tetap orang Indonesia.

Jadi untuk Anda yang tertarik, silakan berkunjung ke Restoran Cita Rasa, jalan Steindamm di kota Hamburg, dan rasakan sensasi Indonesia di Jerman.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/08/18/restoran-cita-rasa-hamburg-yang-khas-indonesia/

FKUGM Juara Olimpiade Fisiologi Dunia 2015

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) baru saja menyabet gelar juara 1 dalam ajang 13th Inter-Medical School Physiology Quiz (IMSPQ), sebuah ajang olimpiade fisiologi bergengsi tingkat dunia yang diselenggarakan oleh Universiti Malaya di Kuala Lumpur, Malaysia 11-14 Agustus kemarin.

Tim FK UGM yang terdiri dari lima mahasiswa itu berhasil mengalahkan 92 tim fakultas kedokteran dari 30 negara di seluruh belahan dunia. Adapun kelima mahasiswa tersebut adalah Marcellus Korompis, Francisco Gilbert Timothy, Galih Pratama, Widyan Putra Anantawikrama, Danny Agus Pramana W. Mereka berhasil memenangkan ajang bergengsi tersebut setelah melalui proses seleksi yang sangat ketat sejak Desember 2014 sampai Maret 2015. Dalam perjalanannya selama 6 bulan sebelum bertanding mereka banyak mendapat bimbingan dari dosen-dosen di Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UGM, seperti Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM., dr. Ginus Partadiredja, M.Sc., Ph.D., AIFM., dr. Sri Lestari Sulistyorini, M.Sc., dan dr. Rahmaningsih Mara Sabirin. Selain itu mereka juga belajar dari kakak angkatan yang sebelumnya pernah ikut di ajang yang sama.

IMPSQ sendiri digelar setiap tahun sejak 2003. Olimpiade ini terdiri dari dua tes, tes tertulis dan lisan. Tes tersebut menyangkut bidang ilmu faal manusia, yaitu ilmu yang mempelajari fungsi sistem tubuh manusia. Dalam tes tertulis tersebut tidak ada sistem gugur. Skor pada tes tertulis dipergunakan untuk menentukan peringkat dan urutan pada tes lisan di hari kedua.

Setiap tahun FK UGM selalu mengirimkan delegasinya di ajang Olimpiade Ilmu Faal paling bergengsi ini. Tahun lalu FK UGM juga berhasil meraih juara 4 pada IMPSQ tersebut. Atas prestasi FK UGM yang selalu menempati 8 besar dan meningkat setiap tahunnya, ditambah dengan kemenangan tahun ini di posisi pertama, maka FK UGM dipercaya menjadi tuan rumah IMPSQ ke-14 yang rencananya akan diselenggarakan pada bulan Juli tahun depan. Ajang itu sekaligus menjadi IMPSQ pertama yang dihelat di luar Malaysia.

Selamat Tim IMPSQ FK UGM! Semoga tahun depan bisa mempertahankan gelar juaranya.

Sumber:

1. https://fk.ugm.ac.id/

2. https://www.ugm.ac.id/

Wregas Bhanuteja, Sutradara muda Yogyakarta nominator festival film Bernilale 2015

Lembusura, sebuah legenda kuno tentang iblis gunung. Hujan abu turun menyelimuti pulau Java. Abu lebat itu berasal dari gunung api aktif, Gunung Kelud. Gunung yang dikenal sebagai gunung paling aktif dan paling berbahaya karena letusannya yang eksplosif. Ketika abunya beterbangan semuanya sekejap menjadi abu-abu, rumah-rumah, jalanan, bunga-bunga dan juga payung. Menurut Legenda hujan abu ini disebabkan oleh iblis gunung bernama Lembusura yang mengenakan tudung sihir dikepalanya dan tinggal di gunung api.

Wregas Bhanutedja

Begitulah kira-kira sinopsis dari sebuah karya film pendek berjudul Lembusura yang mendapat banyak pujian. Sebuah karya dari seorang Wregas Bhanutedja. Pemuda asal Yogjakarata yang karyanya menjadi nominator dalam festival film Berlinale 2015.

Bisa melihat festival film Berlinale secara langsung di Jerman, bagi Wregas Bhanuteja adalah impian yang menjadi kenyataan. Sejak berkuliah di Institut Kesenian Jakarta ia kerap menonton Berlinale dari kanal video Youtube. Tidak heran, betapa terkejutnya pria berusia 22 tahun ini, begitu mengetahui film pendeknya lolos seleksi program kompetisi Berlinale Shorts.

“Saya tidak bisa tidur. Waktu diumumkan masih jam empat sore. Saya senang sekali dan saya tidak bisa tidur sampai jam tiga pagi keesokan harinya. Saya terkejut. Begitu saya membuat film tanpa adanya pretensi, tanpa ada keinginan bahwa film ini harus jadi film art atau film bagus, ternyata secara alamiah kesenian film itu muncul dari diri saya sendiri. Tanpa harus dipaksakan. Jadi ibaratnya biarkan mengalir, biarkan keluar alami, maka kesenian akan film itu akan keluar sendiri dari diri kita masing-masing,” katanya kepada Deutche Welle yang mewawancarainya

Karya yang berangkat dari kejadian nyata letusan gunung kelud tahun 2013 silam ini dikombinasikan dengan mitologi kuno tentang Lembu Sura. Mitologi yang dekat dengan kisah legenda kerajaan Majapahit.

Mitologi Lembu Sura bercerita tentang seorang siluman berkepala lembu bernama Lembu Suro dan rekannya siluman berkepala kerbau bernama Mahesa Suro. Keduanya dikhianati seorang putri Kerajaan Majapahit, Dyah Ayu Pusparani. Pusparani merupakan putri Raja Brawijaya yang memerintah Majapahit pada abad ke-15.

Kedua siluman itu memenangi sayembara merentang busur Kyai Garudyeksa dan mengangkat gong Kyai Sekardelima yang diadakan untuk mencari suami buat Pusparani. Tapi, bukannya mereka menepati janji, mereka malah dikubur hidup-hidup di puncak Gunung Kelud saat membuatkan sumur dalam waktu semalam seperti yang diminta sang putri.

Menjelang kematiannya kemudian Lembu Sura mengeluarkan kutukan yang intinya setiap dua windu sekali dia akan merusak seluruh wilayah Prabu Brawijaya. Karena itu, sampai kini, setiap Sura (salah satu bulan dalam kalender Jawa), warga sekitar Kelud mengadakan larung sesaji sebagai simbol Condro Sengkolo alias penolak bala.

Cerita mitologi jawa Lembusura ini menurut Wregas, adalah cara orang Jawa menyikapi bencana. Bahwa musibah tak harus selalu ditangisi.

Sinema Jawa. Demikian pria yang lahir pada 20 oktober ini menyebut benang merah karya-karya filmnya yang akan terus berusaha dipertahankannya. Sebagai bagian dari usaha untuk memperkenalkan film dengan rasa Indonesia.

Tim Lembu Sura

Meski konteks Indonesia sangat luas. Mitologi dan budaya Jawa, yang dipilih Wregas, hanyalah bagian kecil dari Indonesia. Dia memilih Jawa karena merupakan latar belakangnya, bagian dari kesehariannya.

’’Jawa itu sendiri saja sangat luas maknanya, apalagi Indonesia. Dan, itu kekayaan kita. Jadi, tidak perlu diseragamkan,’’ tegasnya.

Secara keseluruhan, diri nya sudah membuat 20 film pendek. Tapi, selain Lembusura, hanya tiga yang sudah diikutkan festival. Yakni, Hanoman (2011), Senyawa (2012), dan Lemantun (2014).

Wregas pun memperlakukan film-filmnya itu sebagaimana kesenian tradisional Jawa yang berjalan nyaris tanpa skenario.

’’Semua perasaan tercurah, tanpa sebuah batasan. Ini menjadi sebuah eksperimen. Percaya saja film yang kamu anggap benar dan bagus,’’ jelasnya.

’’Bagi saya, film pendek itu bentuk ekspresi dan karya seni,’’

pojoksatu; poskotanews; dw.com

Teknologi Keris yang melampaui Zaman

Siapa yang menyangka bila ternyata keris sudah jauh mengenal teknologi metal dan logam atau metalurgi seperti zaman modern saat ini. Keris meskipun telah menjadi warisan budaya yang diakui oleh UNESCO, namun pamornya tidak sepopuler batik. Meski keduanya sama-sama memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Mungkin hal tersebut disebabkan oleh karena keris adalah sebuah senjata, yang untuk sebagian orang harus memperhatikan aspek keamanan sebelum memilikinya. Senjata tidak bisa dibawa dan digunakan sehari-hari seperti halnya batik.  Namun terlepas dari keterbatasannya, banyak aspek menarik yang dapat diperhatikan dari sebuah keris. Salah satunya adalah teknologi pembuatannya.

keris

Sebagai sebuah produk budaya, keris menyebar di hampir seluruh Nusantara, utamanya di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, dan Madura, dengan berbagai variasi penyebutan. Bahkan, keris juga ditemui di Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Aneka variasi keris dan senjata pusaka lain dari berbagai daerah di Nusantara ini yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta pada 11-16 Agustus 2015. Sebagian besar yang dipamerkan adalah senjata pusaka masyarakat pesisir. Selain itu juga akan digelar sarasehan dan diskusi tentang keris bahari.

Asal-usul keris hingga sejauh ini masih menjadi perdebatan. Sebagian menyebutnya berasal dari Jawa, misalnya Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi Keris (2004). Namun, sebagian menyebutnya berasal dari budaya Melayu, seperti Sir Thomas Raffles dalam The History of Java (1817). Yang jelas, UNESCO telah menyebut keris sebagai a distinctive, asymmetrical dagger from Indonesia.

Penyebaran keris yang meluas menunjukkan bahwa teknologi ini pernah dipertukarkan secara intensif melalui kegiatan pelayaran di masa lalu. Bukan hanya teknik pembuatannya yang dipertukarkan, logam untuk membuat keris juga merupakan komoditas pelayaran yang penting. Misalnya, besi Luwu (Sulawesi Selatan) yang dikenal sebagai bahan pamor keris diperdagangkan ke Jawa (Majapahit) sejak abad ke-14 (Ian Caldwell, 1998), dan masih terjadi hingga tahun 1930-an (Harsrinuksmo, 2004).

Menurut sejarawan Bugis, Edward L Poelinggomang, besi Luwu diekspor melalui Teluk Bone, dan menjadi komoditas penting bagi pelaut Bugis dan Jawa. “Selain pedagang Majapahit, pedagang dari Buton juga mengambil bijih besi dari Luwu dan membangun industri besi di Kepulauan Tukang Besi, sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Wakatobi,” katanya.

Tak hanya besi Luwu, beberapa wilayah lain di Nusantara juga tercatat memiliki kekayaan material bahan baku. Misalnya, Minangkabau yang disebut memiliki “Gunung Besi” dan telah ditambang selama berabad-abad sebelum datangnya era industri besi modern oleh Belanda pada abad ke-18.

Seperti disebutkan Marsden (1783), para perajin Minangkabau “sejak dari dulu sekali sudah membuat persenjataan untuk digunakan sendiri dan untuk memasok penduduk bagian utara dari pulau tersebut”. Demikian halnya, Bangka dan Belitung telah mengekspor besi serta perkakas besi melalui penguasa di Palembang (Tome Pires, 1515). Sementara Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat sebelum tahun 1500 telah menambang bijih besi yang mengandung titanium dari pegunungan Jawa barat daya (Anthony Reid 2014).

Spesifikasi besi yang bervariasi ini rupanya telah dikenali para empu, pembuat keris, sejak lama. Hal ini misalnya termaktub dalam Serat Paniti Kadgo (1929), yang pada bab pertama mendeskripsikan karakter sedikitnya 20 jenis besi bahan keris.

“Deskripsi Serat ini menunjukkan penguasaan masyarakat tradisional tentang besi, yang merupakan dasar penting bagi metalurgi keris,” kata Jimmy S Harianto, pemerhati dan kolektor keris. “Sayangnya, teknologi pembuatan ini jarang dipelajari lagi. Kebanyakan masyarakat sekarang melihat keris hanya dari segi bentuknya atau malah mistik. Kalaupun ada yang meneliti aspek ilmu dan teknologinya, justru orang asing.”

Sebagai bagian dari tosan aji (senjata pusaka), keris dianggap unik karena berhasil memadukan seni mengolah besi sehingga menghasilkan produk yang memiliki dimensi fungsional (kuat, ringan, dan tajam), namun juga memiliki tampilan menawan. Kuat tetapi ringan, dan ketajaman keris biasanya diperoleh dari lapisan besi dan baja yang ditempa melalui proses berlapis. Tampilannya yang elok diperoleh dari besi pamor, yang dicampurkan ke dalam bilah ini melalui berbagai teknik.

Penelitian yang dilakukan ahli fisika nuklir, Haryono Arumbinang, terhadap sejumlah keris di Jawa kuno menemukan pamor dalam senjata pusaka ini memiliki kandungan besi (Fe) dan arsenikum (As). Selain itu, unsur yang dominan dijumpai adalah titanium (Ti). Adapun nikel (Ni) juga dijumpai pada bilah walaupun frekuensinya tidak sebanyak Ti. Dalam dunia modern, titanium dan nikel dikenal sebagai logam berkualitas tinggi karena sifatnya yang kuat, ringan, dan tidak berkarat. Titanium menjadi bahan pembuat pesawat dan menjadi bahan mahal.

Menariknya, pengujian yang sama terhadap perkakas sabit (alat pertanian) kuno ternyata tidak menemukan unsur Ti, hanya Fe dan Mn, sehingga disimpulkan bahwa penggunaan unsur Ti dan Ni untuk keris merupakan kesengajaan. “Kiranya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa para empu di masa lalu telah mengenal dan melakukan ilmu paduan logam untuk memperbaiki mutu bahan,” tulis Arumbinang (1996).

Kecanggihan metalurgi ini menghasilkan masyarakat Nusantara di masa lalu yang dikenal sebagai salah satu produsen senjata bermutu. Seperti dicatat Tome Pires (1515), hasil kerajinan besi Jawa dikenal indah, utamanya keris dan pedang, yang diekspor sampai ke India.

Berada di persilangan tumbukan lempeng benua, Nusantara merupakan negeri dengan geologi ekstrem. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah gunung api-mencapai 127 gunung api yang merupakan jumlah terbanyak di dunia. Keaktifan geologi inilah yang juga memicu negeri ini kerap dilanda gempa bumi dan tsunami. Namun, setting geologi ini pula yang menyebabkan negeri ini memiliki kekayaan mineral logam, seperti emas, perak, besi, nikel, timah, dan titanium yang banyak digunakan untuk bahan pembuatan keris.

Keris tampaknya membuktikan bahwa para empu di nusantara memiliki tingkat pengetahuan yang telah jauh melampaui zaman teknologi di abad pertengahan.

kompas.com

Museum Musik di Spanyol Pamerkan Alat musik tradisional Indonesia

Museum musik Etnik Kota Busot di Spanyol memamerkan koleksi alat musik tradisional Indonesia seperti gamelan Jawa, angklung Sunda, kentong kayu, kundu Papua, serta gamelan jegog, ceng ceng, guntang, dan gong gayor dari Bali.

Alat musik tradisional Indonesia menjadi bagian dari koleksi Museo de la Musica Etnica de Busot yang meliputi alat-alat musik tradisional dari berbagai negara Eropa, Amerika Latin, Afrika, Asia dan Australia milik kolektor Carlos Blanco Fadol asal Uruguay.

gamelan

Menurut siaran pers dari bagian Penerangan, Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Madrid, Carlos Blanco Fadol, adalah seniman suling yang tinggal di Alicante dan merupakan bagian dari Sahabat Indonesia.

Carlos Blanco Fadol sering keliling Indonesia dan mempelajari musik etnik di berbagai daerah termasuk suling, angklung dan jegog.

Menurut Wali Kota Busot Alejandro Morant, yang secara resmi membuka museum pada 4 Agustus, museum musik etnik itu akan menambah daya tarik wisata kota yang setiap tahun menarik sekitar 600.000 wisatawan asal Inggris, Norwegia dan Jerman dengan obyek wisata gua kuno Cuevas del Canelobre dan tradisi Paskah disertai festival religi sepekan.

KBRI Madrid menjadikan museum itu sebagai wahana potensial untuk menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Busot dalam mempromosikan budaya dan musik Indonesia.

KBRI Madrid menyetujui tawaran kerja sama pelatihan gamelan Jawa di Museo de la Musica Etnica de Busot, yang berada Kota Busot, Provinsi Alicante, bagian dari Komunitas Otonom Valencia yang mengandalkan pendapatan daerah dari investasi sektor pariwisata dan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.

Kemlu.go.id

Film “Battle of Surabaya” Akan Didistribusikan Walt Disney

Film Battle of Surabaya yang merupakan karya rumah produksi anak bangsa, MSV Pictures, mendapatkan kesempatan untuk didistribusikan ke wilayah Asia Pasifik oleh Walt Disney Pictures.

“Dilirik iya. Awalnya kami datang ke studio (Walt Disney Pictures) karena kunjungan pameran. Lalu, dari kunjungan dan ngobrol, nah dari obrolan itu mereka tertarik. Mereka juga kekurangan distribusi khususnya di Asia Pasifik. Dari situ kami (MSV Pictures) mendapatkan peran,” ujar sutradara Battle of Surabaya Aryanto Yuniawan, dalam jumpa pers di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (18/8/2015).

Tak hanya soal distribusi, Disney juga terlibat dalam proses penggarapan Battle of Surabaya. Namun, bukan dalam urusan konten animasi, melainkan pengembangan sistem produksi. “Disney memberikan masukan, memberi saran, tapi bukan konten, melainkan sistemnya,” ujar Aryanto.

“Jadi, Disney lebih membangun ke studio kami yang baru. Bagaimana mengelola SDM (sumber daya manusia) yang berjumlah 180 orang agar menyatu dalam satu kepala dan pikiran. Bahkan, Disney memberikan suatu budaya, kalau mau go international, film harus menggunakan Bahasa Inggris,” ujarnya.

Film Battle of Surabaya yang menggunakan teknik animasi 2D tersebut bakal tayang di Indonesia pada 20 Agustus mendatang. Penyiar radio Ian Saybani, artis peran Reza Rahadian, dan vokalis Maudy Ayunda terlibat sebagai pengisi suara film tersebut.

Aryanto mengatakan, untuk tayang di luar negeri, ia akan memakai jasa pengisi suara dari negara lain. “Nanti dubber-nya orang asing kalau di luar, siapa-siapanya masih belum tahu,” ucapnya.

Battle of Surabaya mengisahkan tentang Musa (13) yang merupakan remaja penyemir sepatu di kala peristiwa perang 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur. Ia kemudian mendapat misi menjadi kurir surat-surat pribadi para tentara dan milisi pejuang. Bersama dengan Yumna dan Danu, Musa banyak mengalami berbagai petualangan dalam menjalani tugasnya.

Sumber: Kompas.com

Film King of Rock City Dari Indonesia Diapresiasi di Thailand

ASEAN Community 2015 membuka peluang bagi insan kreatif. Peluang tersebut berhasil dimanfaatkan anak bangsa melalui kolaborasi yang efisien antara perwakilan RI di Bangkok dengan salah satu elemen terbaik anak bangsa. 

Sebagai hasilnya, pada tanggal 16 Agustus 2015 bertempat di gedung Princess Maha Chakri Sirindhorn Anthropology Center (SAC) Bangkok di bawah Ministry of Culture of Thailand telah diselenggarakan pemutaran film King of Rock City yang disutradarai Herman Kumala Panca, sutradara muda Indonesia. Pemutaran film ini diselenggarakan sebagai rangkaian dari ASEAN Film Festival 2015 yang bertemakan “All About Love”. Penyelenggaraan acara ini bertujuan untuk memotivasi sineas-sineas berbakat di kawasan ASEAN agar terus bersemangat dalam berkarya dan mengembangkan industri film di kawasan.

Duta Besar RI Bangkok Lutfi Rauf dalam sambutan pembukaannya menyampaikan apresiasi kepada semua pihak atas terselenggaranya even budaya ini sekaligus menyampaikan bahwa pemutaran film ini bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-70 tahun yang acara puncaknya diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus 2015. Pagelaran budaya ini juga menggarisbawahi peringatan HUT ke-65 hubungan bilateral Indonesia dan Thailand yang rangkaian kegiatannya diadakan sejak 2014 hingga akhir tahun 2015. Melalui sambutannya, Duta Besar Lutfi juga menyampaikan harapannya agar acara budaya ini dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi sineas di kawasan ASEAN untuk mengekspos hasil karya terbaik mereka di level kawasan bahkan dunia.

Pada kesempatan tersebut, KBRI Bangkok juga menampilkan persembahan “Tari Sungi” yang berasal dari Kalimantan yang dibawakan oleh dua mahasiswa Thai alumni program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) Pemerintah Indonesia tahun 2015. Alunan musik pengiring dan gerakan tari yang menawan telah mampu menambah hangatnya suasana yang bernuansa Indonesia. King of Rock City sendiri yang diproduksi tahun 2013 mengambil plot cerita tentang pertemanan 3 orang sahabat yang hidup di perkampungan marginal Jakarta. Ketiganya akrab dengan kekerasan dan sisi gelap kehidupan Jakarta di mana mereka terlibat dalam perdangan narkoba dan tawuran. Namun, hingga suatu titik mereka berubah total menjadi lebih baik karena adanya kekuatan cinta. Telah hadir pada pemutaran film ini adalah Herman Kumala Panca (sutradara) yang mengisi acara diskusi interaktif setelah pemutaran film dengan pemirsa dan pemerhati film yang hadir.

Berkenaan dengan agenda acara ini, sehari sebelum pemutaran film, Duta Besar RI Bangkok juga telah menyelenggarakan informal meeting dengan mengundang sineas Indonesia dan Thailand bertempat di Wisma Duta KBRI Bangkok. Sineas Thailand yang hadir adalah Mr. Banjong Pisanthanakul, sutradara tersukses Thailand, Ms Rudee Pholthaweechai, Associate Director of International Business of GTH, Mr Kong Rithdee, Deputy Section Editor of Bangkok Post, Mr Panu Aree, Director of Acquisitions of Sahamongkol Film International Co.,Ltd dan Mr Shitta Anton Barong, pegiat Film Kawan Thailand. Adapun dari pihak Indonesia terdiri dari Duta Besar RI sebagai host, DCM, Pensosbud, sutradara Herman Kumala Panca, produser Dhoni Ramadhan dan kritikus film Fahrul Aristra.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/08/19/film-king-of-rockcity-dari-indonesia-diapresiasi-di-thailand/

Orang Indonesia Pertama dan Satu-satunya Sebagai Ketua Majelis Umum PBB. Siapakah Dia?

Masa saya kecil dulu, saya sangat sering mendengar nama ini,  meskipun saat itu tak pernah tahu, siapa beliau dan apa saja yang beliau lakukan sehingga menjadi begitu sering namanya disebut. Saya baru tahu siapa beliau ketika ayah saya bercerita tentang wakil presiden RI yang ke-3.

Dia-lah Adam Malik, seorang mantan wakil presiden RI ke tiga. Karir yang ia bangun bukanlah semata-mata secara instan dia peroleh, ‘segambreng’ kiprahnya di dunia organisasi mulai dari kepemudaan sampai ke partai politik yang pernah ia buat semakin menunjukan kontribusi yang perlu di ingat oleh negara ini, dan layak untuk dijadikan refrensi sejarah. Adam Malik begitu konsistennya di dunia pergerakan kerakyatan dan jurnalis.

Sejak tahun 1945, Adam Malik menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Bersama rekannya yang lain, Adam Malik terus bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menjelang kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, dibantu tokok pemuda yang lain, dia pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia danemi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, dia juga menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.

Karier Adam Malik diawali sebagai wartawan dan tokoh pergerakan kebangsaan yang dilakukannya secara autodidak. Di masa mudanya, ia sudah aktif ikut pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Inilah rekam jejak seorang Adam Malik :

  • Pada tahun 1934-1935, ia memimpin Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar danMedan.
  • Pada tahun 1940-1941 menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta.
  • Pada 1945, menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
  • Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, ia pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.
  • Dan masih banyak lagi serangkaian rekam jejak sejarah tentang beliau, yang akan kita rangkum di bawah nanti.

 

Dan dia-lah, orang terus bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sampai puncaknya menjelang kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, dibantu tokok pemuda yang lain, dia pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia danemi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, dia juga menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.

Bukan saja di dalam negeri, di luar negeri pun nama Adam Malik memiliki ‘taring’ yang perlu dipertimbangkan oleh penduduk dunia. Pada tahun 1971, ia terpilih sebagai Ketua Majelis Umum PBB ke-26, orang Indonesia pertama dan satu-satunya sebagai Ketua SMU PBB. Saat itu dia harus memimpin persidangan PBB untuk memutuskan keanggotaan RRC di PBB yang hingga saat ini masih tetap berlaku.

H. Adam Malik pun akhirnya meninggal dunia setelah bertahan melawan kanker lever yang diderita, sampai akhirnya ia merasa tidak mampu melawan sakitnya, di Bandung, 5 September 1984 beliau menutup usia. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik.

(Dari berbagai sumber)