Memanfaatkan Air Hujan, Siapa Takut ?

Salam Konservasi !
Pemanenan dan pemanfaatan air hujan merupakan praktik yang telah dilakukan sejak 5000 tahun yang lalu. Cara dan bentuk pemanfaatannya sangat beragam, mulai dari yang paling sederhana seperti menggunakan gentong sampai yang paling kompleks yaitu pemanfaatan waduk. Praktik ini telah dilakukan oleh negara-negara berkembang di Asia dan Afrika, antara lain di India, Sri Lanka dan Kenya. Beberapa negara maju pun juga memanfaatkan air hujan. Contohnya, Jerman, yang mendorong warga di daerah perkotaan untuk memanfaatkan air hujan sebagai air bilas toilet dan cuci pakaian.

Bagaimana praktik pemanfaatan air hujan di Indonesia? Masyarakat di Indonesia juga telah lama memanfaatkan air hujan mulai dari cara sederhana sampai yang paling kompleks. Jumlah rumah tangga yang memanfaatkan air hujan untuk sumber air minum tidaklah banyak yaitu hanya sekitar 2% secara nasional.

Di Provinsi Kalimantan Barat, jumlah rumah tangga yang memanfaatkan air hujan cukup tinggi yaitu mencapai 39%. Hal ini disebabkan oleh air sumur dangkal yang tidak layak konsumsi karena mengandung mikro organisme and kadar besi (Fe) yang tinggi. Dengan kondisi tersebut, masyarakat Kalimantan Barat memang memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi air hujan.

Berbeda dengan Kalimantan Barat, hanya sedikit masyarakat di provinsi lain yang memanfaatkan air hujan. Persepsi masyarakat tentang air hujan yang dapat berbahaya bagi kesehatan menyebabkan mereka enggan memanfaatkannya. Terlebih lagi jika tersedia sumber air yang lebih berkualitas dan mudah diakses, seperti sumur air dangkal dan PDAM.

Potensi air hujan di Indonesia cukup besar, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Meskipun curah hujan sangat bervariasi di berbagai daerah, rentang curah hujan berkisar 105 – 5.652 mm dan jumlah hari hujan berkisar 68 – 230 hari per tahun selama kurun waktu 2006 – 2011. Dengan tingkat curah hujan yang mencapai 1.300 mm, air hujan mempunyai potensi sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan domestik (minum, masak, mandi dan cuci). Kebutuhan domestik minimal untuk 1 orang dalam kondisi normal adalah sebanyak 150 liter/hari. Namun, di beberapa kota besar air hujan belum tentu dapat dimanfaatkan karena memiliki derajat keasaman yang tinggi. Kota dengan derajat keasaman air hujan yang tinggi diantaranya adalah Kota Medan, Jakarta, Bogor, Semarang, Surabaya, dan Tangerang.

Dengan potensi yang besar sebagai sumber air minum, peningkatan pemanfaatan air hujan di tingkat rumah tangga tidaklah mudah. Perubahan persepsi serta pemberian insentif/disinsentif masih sangat diperlukan. Rumah tangga perlu mendapat informasi yang cukup mengenai potensi pemanfaatan air hujan beserta implikasinya dari aspek kesehatan, finansial, lingkungan dan lainnya. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memberikan insentif bagi rumah tangga yang memanfaatkan air hujan, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik ataupun konservasi air tanah melalui water recharging.

Cara seperti ini termasuk juga konservasi lho, ayo kita tambah jiwa konservasi kita !

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: