Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme

Salam semangat

Generasi milenial

Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja yaa. Kali ini penulis akan berbagi mengenai tugas kuliah yang penulis dapat ketika semester 5 yaitu pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan dimana tugas ini berupa penjabaran materi tentang filsafat perenialisme dalam pendidikan. Berikut merupakan materi atau isi dari tugas tersebut.

Latar Belakang Aliran Perenialisme

Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.

Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan pertengahan. Peradaban- kuno (Yunani purba) dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad ke abad (Sa’dullah , 2009: 151 ).

Perenialisme memendang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertemngahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukankah nostalgias (rindu atas hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme dimana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.

Konsep Dasar Perenialisme

  1. Hakikat pendidikan

Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang education as cultur regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaaan manusia sekarang seperti dalam masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti ,absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diats, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

  1. Hakikat Guru

a. Guru mempunyai peran yang dominan dalam penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.

b. Guru hendaknya adalah orang yang menguasai cabang ilmu, yang bertugas membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa dalam menyimpulkan kebenaran, yang tepat ,tanpa cela , dan dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan kehlianya tidak diragukan.

3. Hakikat Murid

Murid dalam aliran perenialisme merupakan mahkluk yang di bimbing oleh prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai pada subyek didik. Mencangkup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, dan sikap dan tindakan kritis, terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.

Kelebihan Dan Kelemahan

Kelebihan

  1. Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatianya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tanguh.
  2. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar menjadi kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.

Kelemahan

  1. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut,kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
  2. Perenialisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan-perubahan menurut mereka banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.
Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: