Fenomena Ustad Kapitalis dalam Konsep Agama dan Kapitalisme Weber

Kapitalisme1

Agama dan Munculnya Kapitalisme

Karya Weber mengenai agama dan kapitalisme meliputi himpunan yang sangat besar riset historis lintas budaya; disini, seperti di tempat lain, dia menjalankan sosiologi komparatif- historis (Kalberg, 1997).

Freund (1968: 213) merangkum antarhubungan- antarhubungan yang rumit yang terkandung di dalam riset ini.

  1. Kekuatan- kekuatan ekonomi yang mempengaruhi Protestanisme.
  2. Kekuatan- kekuatan ekonomi yang mempengaruhi agama lain selain Protestanisme (contohnya Hinduisme, Konfusionisme, dan Taoisme).
  3. Sistem- sistem ide religius yang mempengaruhi pemikiran- pemikiran dan tindakan- tindakan individu khususnya, pemikiran- pemikiran dan tindakan- tindakan ekonomi.
  4. Sistem- sistem ide religius yang berpengaruh di seluruh dunia.
  5. Sistem- sistem ide religius (khususnya Protestanisme) mempunyai efek yang unik di Barat yang membantu merasionalisasi sektor ekonomi dan hampir setiap institusi lainnya.

Kepada hal tersebut kita dapat menambahkan :

  1. Sistem- sistem ide religius di dunia non- Barat telah menciptakan kendala- kendala struktural yang tidak bisa dilampaui bagi rasionalisasi.

 

A.1. Calvinisme dan Semangat Kapitalisme

Dalam The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Weber menyatakan bahwa keteliteian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari Bisnis Barat didorong oleh perkembangan etika Protestan yang muncul pada abad ke- 16 dan digerakkan oleh doktrin Calvinisme, yaitu doktrin tentang takdir. Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa Tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu, doktrin tersebut menegaskan bahwa tidak seorang pun yang dapat mengetahui apakah dia termasuk salah seorang yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami “panik terhadap keselamatan”. Cara untuk menenangkan kepanikan tersebut adalah orang harus berpikir bahwa seseorang tidak akan berhasil tanpa diberkahi Tuhan. Oleh karena itu keberhasilan adalah tanda dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan, seseorang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi dan politik, yang dilandasi oleh disiplin dan bersahaja, menjauhi kehidupan bersenang- senang, yang didorong oleh ajaran keagamaan. Menurut Weber etika kerja dari Calvinisme yang berkombinasi dengan semangat kapitalisme membawa masyarakat Barat kepada perkembangan masyarakat kapitalis modern. Jadi, doktrin Calvinisme tentang takdir memberikan daya dorong psikologis bagi rasionalisasi clan sebagai perangsang yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis dalam tahap-tahap pembentukannya.

 

  1. Fenomena Ustadz Kapitalis

Dipandang dari konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, kapitalisme bertujuan menanamkan sikap yang mencari keuntungan secara rasional dan sistematik dengan memanfaatkan momen ritus keagamaan. Para kapitalis memunculkan ide untuk memasarkan produk mereka sesuai kondisi market. Hal ini dapat dilihat pada iklan-iklan yang ditayangkan di bulan Ramadhan.

Era modern bukan berarti mengkiblat barat seutuhnya. Agama bukan sekadar formalitas ataupun meninggalkannya hanya fokus duniawi saja. Namun kita dapat melihat agama, guyonan, mode terbalut teknologi canggih. Terlepas dari komentar banyak orang, penulis menanggapi fenomena tersebut dengan kata wajar. Zaman kuno sudah lewat, saatnya mencerahkan dengan konsep kekinian agar masyarakat kekiniangandrung dengan apa yang disuguhkan.

Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari realitas, situasi masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing. Kemudian ia mengajak mereka berdasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabiat, tingkatan keilmuan dan status sosial mereka. Dan Seorang Da’i yang bijak adalah yang mengetahui metode yang akan dipakainya untuk kepentingan agama, bukan pragmatisme semata.

Kegiatan mengajak sesama umat pada ranah kebaikan senantiasa dilakukan, karena itu kewajiban kita untuk saling mengingatkan. Berlomba-lomba dalam hal kebajikan, berusaha mencegah yang munkar, menegakkan ajaran Allah merupakan jihad dalam kekinian. Dakwah harus tetap eksis meski zaman berubah-ubah pada tatanan konteks dan waktu. Oleh karena itu, penulis mencoba memaparkan hakikat dakwah, da’i, era modern dan pengaruh kapitalisme dimana religiutas menjadi bahan komersialisasi.

Penggunaan selebriti sebagai endorser pada periklanan untuk mempromosikan suatu produk merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat populer. Penggunaan selebriti sebagai endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara selebriti dengan produk yang didukung. Pada umumnya, tipe selebriti yang digunakan untuk mendukung suatu produk adalah bintang film, artis musik, dan juga atlet dan olahragawan yang terkenal.

Ustadz juga manusia, termasuk menjadi model iklan di televisi.
Yaitu Mama Dedeh dan Ustadz Al Habsi, dipilih produsen minuman penyegar dan helm sebagai model iklan. Pilihan yang cerdik, mengingat penayangan iklan di tengah bulan suci Ramadan. Figur pendakwah yang kerap tampil di lacar kaca itu, bisa menjadi media efektif menyampaikan pesan. Apalagi banyak ditayangkan dinihari saat sahur dan menjelang buka puasa.

Da’i haruslah cermat dan dapat bersikap bijak menggunakan metode, materi maupun media agar mengenai sasaran. Dakwah sekarang dan masa Rasul jelaslah tidak sama, karena beda ruang dan waktu. Untuk itu agar Dakwah tetap eksis dan mampu diterima oleh umad atau masyarakat, Da’i haruslah fleksibel atau tidak kaku. Karena zaman sudah berubah, kecanggihan yang ada kita dapat manfaatkan untuk kegiatan dakwah. Kembalikan dakwah pada hakikatnya, jalan mencapai popularitas tidaklah tepat jika menggunakan dakwah sebagai alatnya, karena dakwah adalah salah satu bentuk kecintaan kita pada Tuhan, ibadah bukan perfilman ataupun sandiwara yang menampilkan realitas konstruktif, melainkan ajaran amar ma’ruf nahi munkar.

 

One Response to “Fenomena Ustad Kapitalis dalam Konsep Agama dan Kapitalisme Weber”

Leave a Reply

My Visitors
Following