Budaya Kekerasan dalam Perspektif Masyarakat Jawa

download

Kekerasan merupakan sebuah kata yang pada umumnya dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik, negatif, dan harus dihindari. Senada dengan hal ini, maka kekerasan juga dianggap bertentangan dengan budaya Jawa yang halus, penuh tata krama, unggah- ungguh, sopan, dan adiluhung. Budaya masyarakat Jawa yang demikian digambarkan dengan tokoh wayang Arjuna sebagai sosok ksatria yang memiliki watak alus. Sedangkan, watak kasar atau keras disimbolkan dengan tokoh Buto Cakil yang sangat atraktif saat menyerang Arjuna. Hal ini tergambar dalam tarian bambangan- cakil sebagai simbol watak dan perilaku alus- kasar.

Menurut orang Jawa, watak alus identik dengan kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri dan mengendalikan perasaan. Bukan sesuatu yang mudah untuk mendapatkan watak yang demikian sebab hanya dapat diperoleh dengan cara tapa brata, yaitu suatu usaha menahan diri dari segala hal yang berhubungan dengan nafsu untuk lebih mengintegrasikan Kuasa atau kesaktian yaitu energi besar untuk meraih keinginannya. Watak alus ini bukan merupakan sifat asli dari manusia itu sendiri sebab perlu usaha untuk mendapatkannya. Sementara itu, watak kasar sebagai lambang kekerasan merupakan sifat asli manusia. Setiap orang memiliki sifat ini dan tidak perlu usaha untuk mendapatkannya.

Secara hierarkis orang yang memiliki sifat alus ini biasanya memiliki strata lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki sifat kasar. Hal ini pula yang tergambar saat terjadi Reformasi 1998 di Yogyakarta. Sultan HB X yang dianggap sebagai orang yang memiliki kuasa tertinggi di kota tersebut lebih memilih menggunakan cara halus untuk melawan otoritas pemerintahan Presiden Soeharto. Massa yang mengikuti pisowanan ageng mengikuti cara Sultan untuk menggunakan cara damai dalam rangka mendukung gerakan reformasi yaitu penjatuhan pemerintahan Soeharto. Cara yang dilakukan oleh Sultan ini ternyata lebih efektif dapat mempercepat jalannya reformasi. Tidak seperti massa di daerah lain yang lebih memilih melakukan amok massa dengan cara pembakaran dan pembunuhan justru membuat buntu jalan menuju reformasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan jika kekerasan dalam perspektif budaya Jawa tidak akan pernah menang dan akan berada di bawah kuasa sifat- sifat halus. Sifat halus akan mengalahkan sifat keras manusia sebagaimana sebuah batu yang lama kelamaan akan hancur karena terkena air hujan.

5 Responses to “Budaya Kekerasan dalam Perspektif Masyarakat Jawa”

Leave a Reply for Arsi Mafirotul Wakhida

My Visitors
Following