1. Pengertian Etnografi
Kata etnografi, berasal dari bahasa Yunani, berarti sebuah deskripsi mengenai orang-orang atau, secara harfiah, “penulisan budaya” (Atkinson, 1992). Dalam perspektif keilmuan, tipe penelitian etnografi menurut Ember dan Ember (1990) mengemukakan bahwa etnografi adalah salah satu tipe penelitian antropologi budaya. Hal serupa dinyatakan oleh Neuman (2000), yaitu bahwa etnografi muncul dari antropologi budaya.

Etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Dengan teknik “observatory participant”, etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang mengharuskan partisipasi peneliti secara langsung dalam sebuah masyarakat atau komunitas sosial tertentu. Tujuan dari metode ini adalah mengumpulkan data berdasarkan apa yang dilihat dalam masyarakat bukan melalui pandangan penulis.

Istilah etnografi sendiri berasal dari kata Ethnos (bangsa) berarti orang atau folk, sementara Graphein (menguraikan) mengacu pada penggambaran sesuatu. Oleh karena itu etnografi adalah tulisan, diskripsi, penggambaran, tentang suku bangsa tertentu yang berisi tentang berbagai hal menyangkut kehidupan manusia, baik aspek fisik (ciri-ciri biologis) maupun non fisik. Dalam pengertian ini etnografi mengacu pada hasil yang berisi tentang kebudayaan suatu komunitas atau masyarakat. Frey et al pada tahun 1992 berpendapat etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah.

Etnografi Klasik
Para ilmuwan antropologi melakukan kajian etnografi melalui tulisan-tulisan dan referensi dari perpustakaan yang telah ada tanpa terjun ke lapangan. Selain itu tulisan-tulisan etnografi pada masa ini bersifat Eropa Sentris. Pada akhir abad ke-19 legalitas penelitian semacam ini mulai dipertanyakan karena tidak ada fakta yang mendukung tulisan para peneliti. Oleh karena hal tersebut, akhirnya muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri atau berada dalam kelompok masyarakat yang menjadi obyek kajiannya.

Etnografi Modern (1915-1925)
Etnografi modern dipelopori oleh antropolog sosial Inggris, Radclifffe-Brown dan B. Malinowski. Etnografi modern dibedakan dengan etnografi klasik berdasarkan ciri penting, yaitu mereka tidak terlalu mamandang hal-ikhwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat (Spradley, 1997). Perhatian utama mereka adalah pada kehidupan masa kini, yaitu tentang the way of life masayarakat tersebut. Menurut mereka tujuan etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Untuk itu peneliti tidak cukup hanya melakukan wawancara, namun hendaknya harus praktek sendiri dan berpartispasi di masyarakat yang menjadi objek penelitian.

Etnografi Baru Generasi Pertama (1960-an)
Etnografi baru memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Analisis dalam penelitian ini merupakan susunan pikiran dari anggota masyarakat, karena tujuannya adalah untuk menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian ini. Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam setiap fase dalam proses penelitian ini.

Etnografi Baru Generasi Kedua
Spardley (1999) mendefinisikan budaya sebagai yang diamati dalam etnografi. Selain itu juga sebagai proses belajar yang mereka gunakan untuk megintepretasikan dunia sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk menghadapinya. Dalam pandangannya ini, Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai metode untuk meneliti Other culture (masyarakat kecil) yang terisolasi, namun juga masyarakat kita sendiri, masyarakat multikultural di seluruh dunia.

2. James Clifford (1986) mengatakan bahwa kebenaran etnografi merupakan “Partial Truths”. Ia berpendapat bahwa partiality Etnografi bisa ditandai, lewat enam cara, yaitu contextually (Etnografi dibuat dari dan menciptakan milieu sosial yang berarti), rhetorically (Etnografi menggunakan dan ditentukan oleh kaidah-kaidah pengungkapan), institutionally (etnografer menulis dalam, dan melawan, tradisi, disiplin, maupun sidang pembaca tertentu), generically (sebuah karya Etnografi biasanya dapat dibedakan dari sebuah novel atau laporan perjalanan), politically (otoritas untuk mengemukakan kenyataan-kenyataan kultural tidak terbagi secara seimbang dan kadangkala dipertanyakan), dan historically (seluruh kaidah dan pembatas di atas sedang berubah) (Clifford, 1986:6) . Ini berarti bahwa kebenaran yang ditampilkan oleh Etnografi sebenarnya dilandasi dan dibatasi oleh motivasi dan ketentuan yang tidak mempunyai kaitan langsung dan berada di luar masyarakat dan kebudayaan yang digambarkan. Bahkan bisa jadi kondisi pembatas semacam itu berada di luar jangkauan sang peneliti dan/atau masyarakat yang diteliti. Dengan demikian kebenaran yang ditampilkan oleh Etnografi bisa dikatakan tidak obyektif sepenuhnya. Kebenaran Etnografi bersifat partial; memihak atau tertentu saja karena represantasi karena peristiwanya lampau. Interpretasi disini berarti menceritakan tentang masa lalu dan teori digunakan untuk membatasi interpretasi tersebut.

3. Fotografi menjadi bukti “pernah berada disana” dan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri (abad 20 Malinowski, A.R Brown, Rivers). Visual sebagai bahan etnografi posisinya sebagai pelengkap dan alat bukti. Kerja dalam antropologi visual adalah menganalisa properti dari sistem visual, menemukan kondisi untuk memaknai properti tersebut, dan menghubungkkannya dengan kompleksproses sosial politik yang menjadi bagiannya. Untuk melakukan penafsiran digunakan:
a. Tingkat pemaknaan Denotatif (Studium)
Adalah tahap menjelajahi apa yang ada difoto ketika ditatap. Foto dihayati dan diidentifikasi objeknya. Dalam hal ini foto menunjukkan hubungan analogis dengan kenyataan.
b. Tingkat pemaknaan Konotatif (Punctum)
Proses penafsiran yang melibatkan konteks kultural, historis, idealogis, juga politis, maknanya akan berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.