Riwayat Hidup
Dari ayahnya dan dari keluarga Ludwig von Westphalen seorang tetangga akrab, Mark memperoleh pengetahuan pemikiran pencerahan abad ke-18. Tetapi di masa mudanya, Mark tidak menganut kepercayaan politik monarki ayahnya. Pada usia 18 tahun, sesudah mempelajari hukum selama satu tahun di Universitas Bonn, Mark pindah ke Universitas Berlin. Di sana sebagai akibat dari hubungannya dengan kelompok Hegelian muda, beberapa unsur dasar teori sosialnya mulai dibentuk. Penganut Hegelian muda mempunyai pendirian kritis dantidak menghargai ide-ide Hegel serta para pengikutnya, khusuanya yang berhubungan dengan pandangan mereka mengenai masa lampau yang bertentangan dengan masa depan serta nada konservatifnya yang semakin bertambah itu.

Hegel sudah mengemukakan filsafat idealisnya dengan mana dia berusaha menjelaskan pola-pola perubahan dan perkembangan sejarah yang luas. Inti modelnya adalah analisa dialektik. Pengertian dasarnya dalam analisa dialektik berintikan pandangan mengenai pertentangan antara tesis dan antitetis serta titik temu keduanya yang akhirnya akan membentuk suatu sintesa baru. Pandangan – pandangan Hegel ini bersifaat idealistik artinya dia percaya bahwa kekuatan yang mendorong perubahan sejarah adalah munculnya ide – ide dengan mana roh akal budi menjadi lebih lengkap manifestasinya.

Materialisme historis sangat berguna untuk memberinya nama pada asumsi-asumsi dasar mengenai teorinya, dan memberinya suatu pemahaman yang tepat. Dari “The Communist Manifesto dan Das Kapital” secara tradisional sudah diasumsikan bahwa tekanan utama Mark adalah pada kebutuhan materil dan perjuangan kelas sebagai akibat dari usaha-usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Perhatian dipusatkan pada usaha Mark untuk meningkatkan suatu revolusi sosialis sedemikian sehingga kaum proletariat dapat menikmati sebagian besarkelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme. Mark sangat menekankan pentingnya kondisi-kondisi materil yang bertentangan dengan idealisme Hegel, tetapi dia tidak menyangkal kenyataan kesadaran subjektif atau peranan penting yang mungkin ikut menentukan dalam perubahan sosial.

Tekanan Materialisme Mark harus dimengerti sebagai reksi terhadap interpretasi idealistik Hegel mengenai sejarah. Filsafat sejarah ini menganggap bahwa suatu peranan yang paling penting menentukan adalah yang berasal dari evolusi progesif ide-ide. Mark menolak filsafat sejarah Hegel ini karena menghubungkannya dengan evolusi ide-ide sebagai suatu peranan utama yang berdiri sendiri dalam perubahan sejarah lepas dari hambatan-hambatan dan keterbatasan-keterbatasan situasi materil. Dalam pandangan ini, teori-teori idealistik seperti teori Hegel itu, mengabaikan kenyataan yang jelas bahwa ide-ide tidak ada secara terlepas dari orang-orang yang benar-benar hidup dalam lingkungan materil dan sosial yang sungguh-sungguh rill.

Saling ketergantungan timbal balik antara pengalaman praktis dalam dunia materil dan dunia kesadaran dan ide-ide, diperhatikan Mark dalam pandangannya mengenai Praxis. Dengan Praxis Mark menunjuk pada kegiatan manusia yang dilaksanakan dalam konteks kondisi-kondisi materil dan sosial yang ada, meskipun dibimbing oleh suatu kesadaran yang terang mengenai kepentingan-kepentingan materil dan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Praxis bertentangan dengan spekulasi intelektual murni dan mencangkupi suatu kesediaan untuk menguji ideologi-ideologi yang dominan serta kondisi-kondisi sosial yang ada secara kritis. Selama manusia dipaksa menderita atau mempertahankan kondisi materil dan kondisi sosial yang menekan dan menurunkan martabatnya perombakan kondisi-kondisi ini secara revolusioner harus merupakan tujuan Praxis. Konsepsi materialis Mark yang diterapkan pada perubahan sejarah untuk pertama kalinya dijelaskannya dalan “The German Ideology” yang disusun bersama Engels.

Kondisi-kondisi kehidupan materil bergantung pada sumber-sumber alam yang ada dan kegiatan manusia yang produktif. Manusia masuk dalam hubungan-hubungan sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (makanan, tempat tinggal, pakaian, dll). Hubungan-hubungan produksi yang pokok ini menimbulkan pembagian kerja. Sangat erat hubungannya dengan pembagian kerja itu adalah munculnya hubungan-hubungan pemilikan yang mencangkup pemilikan dan penguasaan yang berbeda-beda atas sumber-sumber pokok dan berbagai alat produksi. Pemilikan dan penguasaan yang berbeda-beda atas barang milik ini merupakan dasar yang asisi untuk munculnya kelas-kelas sosial. Karena sumber-sumber materil yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia bersifat langka, hubungan-hubungan antara kelas-kelas yang berbeda itu menjadi kompetitif dan antagonistis.

Alienasi
Walaupun Marx percaya bahwa ada hubungan yang inheren antara kerja dan sifat dasar manusia, tetapi dia juga berpendapat kalau hubungan ini telah diselewengkan oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan yang diselewengkan ini dengan alienasi (D.Cooper, 1991; Meisenhelder, 1991). Walaupun individulah yang mengalami alienasi dalam masyarakat kapitalis, fokus analitis dasar Marx adalah struktur kapitalisme yang jadi biang alienasi ini (Israel, 1971). Marx menggunakan konsep alienasi untuk menyatakan pengaruh produksi kapitalis terhadap manusia dan terhadap masyarakat. Hal terpenting yang patut dicatat di sini adalah sistem dua kelas di mana kapitalis menggunakan dan memperlakukan para pekerja (dan dengan cara demikian, waktu kerja mereka) dan alat-alat produksi mereka (alat-alat dan bahan mentah) sebagaimana produk-produk akhir dan para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kapitalis agar mereka bisa bertahan. Pendekatan teoritis Marx ini menekankan pada proses konflik, umumnya dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan teori fungsional. Keberadaan subyektif dari masyarakat, menurut Marx, adalah keanggotaan manusia dalam masyarakat, dimana termasuk di dalamnya aparatus teknologi dan budaya yang menunjang masyarakat dan yang memungkinkan masyarakat hidup, serta bermanfaat untuk membedakan pribadi manusia yang memberikan kemanusiaan kepada individu itu. Materialisme Marx dan penekanannya pada sektor ekonomi menyebabkan pemikirannya sejalan dengan pemikiran kelompok ekonomi politik (seperti Adam Smith dan David Richardo).

Perbedaan yang menonjol dari teori Marx adalah mengenai landasan filosofisnya. Teoritisi Marx sangat dipengaruhi oleh filsafat Hegel yang lebih menganut dialektika ketimbang menurut pada hukum sebab-akibat. Orientasi filsafat Marx sendiri adalah materialisme dialektika yang menekankan pada hubungan dialektika dalam kehidupan materil. Dialektika dari Marx, antara lain, dapat membiasakan kita membayangkan pengaruh timbal-balik secara terus-menerus dari kekuatan sosial. Dengan demikian, yang sangat diperhatikan oleh Marx adalah masalah penindasan sistem kapitalis yang dilahirkan oleh Revolusi Industri. Secara tegas, Marx ingin mengembangkan teori yang dapat menjelaskan penindasan ini, dan yang dapat membantu meruntuhkan sistem sosial itu sendiri. Perhatian Marx tertuju pada revolusi, yang bertolak belakang dengan perhatian sosiolog konservatif yang menginginkan reformasi dan perubahan secara tertib tanpa merubah sistem yang ada

Ada beberapa problem di dalam teori Marx yang harus didiskusikan. Pertama, problem yang secara aktual terdapat dalam komunisme. Kegagalan masyarakat-masyarakat komunis dan perubahannya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi kapitalistis memaksa kita mempersoalkan apakah makna semua ini bagi peran teori Marxian di dalam sosiologi. Ide-ide Marx kelihatannya telah diuji dan ternyata gagal. Pada suatu waktu, hampir sepertiga populasi dunia hidup di bawah negara-negara yang terinspirasi ide-ide Marx. Sekarang, banyak Negara Marxis ini menjadi kapitalis dan bahkan negara-negara yang masih mengklaim dirinya Marxis, tak lain adalah bentuk kapitalisme yang terbirokrasikan.

Problem kedua yang sering dikemukakan adalah tidak adanya subjek emansipatoris. Inilah ide bahwa teori Marx menempatkan proletariat di jantung perubahan sosial yang akan menggiring kepada komunisme, namun pada kenyataannya proletariat jarang memperoleh posisi ini dan sering termasuk ke dalam kelompok-kelompok yang menentang komunisme. Hal ini juga ditambah dengan fakta bahwa para intelektual misalnya sosiolog-sosiolog akademis mengisi keruang yang ditinggalkan oleh proletariat dan mensubstitusikan aktivitas-aktivitas intelektual untuk perjuangan kelas. Kekecewaan para intelektual terhadap konservatisme proletariat ditransformasikan menjadi sebuah teori yang menegaskan aturan ideologi lebih gencar dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Marx dan yang cenderung melihat “pahlawan-pahlawan” revolusi masa depan sebagai korban-korban penipuan.

Problem ketiga adalah hilangnya dimensi gender. Salah satu poin utama teori Marx adalah bahwa kerja menjadi sebuah komoditas di bawah kapitalisme, sementara pada fakta historisnya hal ini lebih sedikit terjadi pada wanita ketimbang laki-laki. Untuk tingkatan yang lebih luas. Kerja laki-laki yang diupah tergantung pada kerja wanita yang tidak diupah. Hal ini benar khususnya ketika hal ini terjadi pada generasi-generasi pekerja selanjutnya. Sayer (1991) mencatat bahwa hal ini tidak hanya meninggalkan satu ruang kosong di dalam analisisnya, akan tetapi memengaruhi argument utamanya bahwa kapitalisme didefinisikan dengan ketergantungan pertumbuhannya pada tenaga kerja, sebab pertumbuhan tenaga kerja tergantung pada kerja wanita yang tidak diupah. Patriarki mungkin menjadi suatu dasar yang esensial bagi kemunculan kapitalisme yang begitu saja diabaikan Marx.

Problem keempat adalah bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh produksi dan mengabaikan aturan konsumsi. Fokusnya pada produksi menggiringnya untuk memprediksikan bahwa masalah-masalah efisiensi dan pemotongan upah akan menggiring pada proletarianisasi, peningkatan alienasi, dan semakin meruncingnya konflik kelas. Bisa didebat bahwa pusat aturan konsumsi di dalam ekonomi modern mendorong beberapa kreativitas dan usaha bahwa hal ini menunjukkan adanya jenis pekerjaan yang bergantung pada gaji yang tidak menyebabkan alienasi. Orang-orang yang membuat video game yang baru atau menyutradarai film-film atau mempertunjukkan musik popular kurang teralienasi dari kerjanya, meskipun mereka masuk ke dalam sistem kapitalis. Walaupun hanya ada sedikit jenis pekerjaan yang seperti ini, namun hal ini memberikan harapan konkret untuk massa yang teralienasi yang bisa mengantisipasi bahwa mereka, atau setidaknya anak-anak mereka, mungkin bisa memperoleh pekerjaan yang menarik dan kreatif.

Terakhir, sebagian menganggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi kemajuan Barat sebagai sebuah problem. Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang selalu meningkatkan eksploitasi terhadap alam demi kebutuhan-kebutuhan materialnya. Di samping itu, Marx yakin bahwa hakikat manusia adalah kemampuannya untuk mengolah alam demi mencapai tujuan-tujuannya. Asumsi-asumsi inilah yang barangkali jadi penyebab banyaknya krisis lingkungan saat ini dan di masa datang.

Marxisme dan pendekatan teoritis lainnya yang menekankan proses konflik umumnya dilihat sebagai bertentangan dengan teori fungsional. Salah satu perintis utama dalam fungsionalisme adalah Emile Durkheim. Pendekatan fungsional menekankan konsensus nilai dan keharmonisan daripada konflik dalam masyarakat. Namun asumsi dasar Mark mengenai saling ketergantungan antara berbagai institusi dalam masyarakat juga ditekankan dalam fungsionalisme. Seperti pandangannya mengenai pentingnya hasil tindakan yang tidak dimaksudkan yang sebenarnya bertentangandengan hasil yang diharapkan. Satu contoh tentang ini dapat dilihat dalam pengaruh-pengaruh yang tidak diharapkan dari investasi kapitalis dalam permesinan yang dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan tetapi secara tidak sengaja mempercepat krisis ekonomi.

Sumber:
1. Teori Sosiologi Klasik dan Modern
2. https//:Makalah-Teori-Sosiologi-Klasik-Karl-Marx-Pendidikan-Sosiologi-UNY-2012.htm
3.https//:Satu_Hal_Istimewa_Yang_Hilang_POKOK-POKOK_PEMIKIRAN_MARX,_DURKHEIM,_DAN_WEBER.htm