Dari pejuang untuk para lawan #2

Jangan kau robohkan istanaku

Ratusan tahun sudah penantian mengabdi didalam raga ini

Ratusan tahun sudah peluh menetes diatas padang pala yang membentang luas

Ratusan tahun sudah jeritan berkumandang diatas gemerlap pesta

Dan ratusan tahun sudah jiwa-jiwa terkapar sia-sia bak butiran nasi yang terbuang

Ah, sudahlah kawanku, hari sudah berganti

Matahari dengan bebas menyinari

Dan tangisanpun seketika lenyap oleh riangnya hati

Kini tidak ada lagi manusia-manusia yang berambut pirang nan tinggi

Kini zaman sudah berganti

Tetapi musuh tetap membayangi diri

Tanah air yang telah terikat, suatu saat akan terlepas secara perlahan

Oleh manusia-manusia yang tak beretika

Oleh manusia-manusia yang egois yang mengaku beragama tapi atheis

Itulah yang akan mengguncangkan semangat kita

Itulah yang disebut sebagai maut bangsa indonesia

 

Dia hancurkan paham-paham kami

Dia tumpahkan air keruh kedalam sungai-sungai yang jernih

Kemudian dia robohkan  istana yang selama ini dibangun oleh darah-darah pejuang

Dengan keras dan bersembunyi dibalik topeng

Menyusup kedalam daun-daun kering yang berjatuhan dijalanan

Semangat keemasanpun menyala demi melawan musuh yang tak kunjung padam

Tak kan kubiarkan kau menyentuh bahkan mengetuk pintu istanaku dengan hati kerasmu

Tak kan ada kata lelah ataupun menyerah bagi kami para prajurit muda

Perjuangan berat memang harus dilakukan untuk melindugi istana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: