A. Latar Belakang
Berbicara mengenai kecantikan, pasti tidak luput dari perempuan. Perempuan dan kecantikan merupakan satu kesatuan kesempurnaan yang diinginkan oleh seorang perempuan. Kecantikan itu sendiri sebenarnya relative, dan kecantikan yang dapat dilihat secara kasat mata tampak pada tampilan fisik seseorang. Naluri alamiah seorang perempuan pun rata-rata ingin tampil dan terlihat cantik baik dari luar maupun dari dalam. Karena kecantikan menjadi suatu kebutuhan, maka banyak sekali kaum perempuan yang haus akan kecantikan tersebut. Banyak pula alternatif yang tersedia untuk membuat seorang wanita menjadi terlihat lebih cantik dan dapat memikat lawan jenis mereka. Cara untuk mendapat kecantikan itu sendiri dapat ditempuh menggunakan dua cara yaitu cara alami mendapatkan cantik, dan cara modern yang instan dalam mempercantik diri.
Cara alami dalam mempercantik diri didapatkan melalui resep warisan kecantikan yang berasal dari alam. Cara alami dalam mendapatkan kecantikan dapat ditempuh dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti misalnya saja rumput laut yang baik untuk mnjaga kehalusan kulit dan tanaman herbal lainnya. Berbeda dengan cara alami, dalam mendapatkan kecantikan dengan menggunakan teknologi yang berkembang pesat pada saat ini sangat bertolak belakang dengan cara alami dalam mendapatkan kecantikan. Cara modern dalam mendapatkan kecantikan bisa menempuh jalur operasi untuk mengganti struktur wajah maupun badan. Lalu, ada pula cara lain sepeti suntik silikon agar kulit tampak awet muda. Banyak para perempuan yang memilih satu dari alternatif tersebut untuk mendapatkan kecantikannya yang sempurna.
Seperti yang kita ketahui, rata-rata perempuan zaman sekarang lebih suka merawat dirinya dengan cara mereka masing-masing. Seperti misalnya saja, sekarang banyak dijumpai kaum remaja yang hobi pergi ke salon untuk memanjakkan diri mereka dan mempercantik diri mereka. Bukan hanya dengan pergi ke salon, mereka juga banyak yang menggunakan produk suplemen kecantikan yang marak ditawarkan saat ini.
Dalam makalah ini, akan diuraikan mengapa banyak sekali hegemoni masyarakat terutama pada kaum perempuan untuk mendapatkan kecantikan. Kecantikan dianggap menjadi hal penting dan paling utama yang harus dimiliki oleh seorang perempuan, sehingga perempuan banyak yang terpengaruh oleh wacana tentang kecantikan dan berusaha untuk mempercantik diri mereka sandiri.

B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa arti kecantikan itu sendiri bagi kaum perempuan?
2. Wacana apa saja yang telah mempengaruhi sebagian besar perempuan untuk menjaga kecantikkannya?
3. Bagaimana hegemoni masyarakat terutama kaum perempuan terhadap produk perawatan kecantikan?

C. Tujuan
Tujuan dari adanya penulisan ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui arti kecantikan itu sendiri bagi kaum perempuan.
2. Untuk mengetahui wacana apa saja yang telah mempengaruhi sebagian besar perempuan untuk menjaga kecantikkannya.
3. Untuk mengkaji bagaimana hegemoni masyarakat terutama kaum perempuan terhadap produk perawatan kecantikan.

PEMBAHASAN

A. Arti Kecantikan Bagi Perempuan
Kecantikan merupakan suatu keharusan bagi seorang perempuan dan seorang perempuan itu sendiri identik dengan kecantikan. Seorang perempuan pasti akan berusaha membuat diri mereka menjadi tampak cantik dalam setiap kesempatan yang ada. Karenanya, banyak perempuan yang rela menghabiskan waktu, tenaga, dan uangnya untuk mempercantik diri mereka sendiri. Kecantikan dalam gambaran seorang perempuan adalah perempuan yang kulitnya putih, tidak memiliki bekas noda dan jerawat, tidak ada flek hitam akibat radiasi sinar matahari, tampak awet muda dan terhindar dari penuaan dini. Sebagian besar gambaran kecantikan sempurna seorang wanita tergambar pada publik figure seperti para artis dan juga masyarakat luar negeri yang mayoritas berkulit putih dan berhidung mancung. Kecantikan yang dimiliki oleh seorang perempuan menjadi pembanding tingkat kepercayaan diri mereka. Setiap perempuan yang cantik pasti memiliki tingkat percaya diri yang cukup tinggi dibanding dengan perempuan biasa. Seorang perempuan merawat dirinya selain untuk menjadi cantik tetapi juga untuk memikat lawan jenis dengan kecantikannya. Bahkan tidak jarang pula seorang perempuan merubah penampilannya menjadi lebih cantik dari sebelumnya melalui jalur oprasi dengan tujuan untuk meningkatkan ketertarikan lawan jenis kepada dirinya sendiri. Jadi, nilai kecantikan itu sendiri sangatlah penting bagi seorang perempuan.
B. Wacana yang Mempengaruhi Perempuan untuk Menjaga Kecantikkannya
Seorang perempuan yang terpilih akan diposisikan sebagai ikon dan menjadikan kondisi raganya, apakah itu wajah, kulit, bentuk tubuh, model rambut, dan ornamen lain yang dimilikinya, sebagai dimensi tunggal lambang kecantikan. Strategi bisnis akan menanamkan pengaruh bahwa citra serupa ikon itu akan bisa diperoleh dengan produk yang mereka produksi. Perempuan, dalam arti konsumen yang menjadi target grup akan diyakinkan bahwa pemakaian dan aplikasi produk yang ditawarkan akan membuat mereka serupa model yang didimensikan tersebut.
Kondisi raga seorang ikon akan dieksploitasi sedemikian rupa sehingga model ini akan menjadi sebuah standar dan menjebak masyarakat pada situasi pseudo consciousnes, kesadaran semu, yaitu situasi ketika harga diri terbentuk berdasarkan standarisasi yang muncul dari lingkungan sekitar. Standarisasi ini seringkali mampu memanipulasi seseorang sedemikian rupa hingga membentuk struktur kerangka berpikir untuk sungguh percaya dan meyakini sepenuhnya standar itu. Lebih jauh standarisasi ini akan mennjauhkan keyakinan diri sendiri. Hal ini yang menjadikan perempuan memiliki keseragaman keinginan untuk menjadikan raganya serupa model yang dieksploitasi sehingga dengan demikian akan menjadikan perempuan tidak sebagai dirinya sendiri. Maka, banyak orang-orang dengan penampilan serupa, yang bagi mereka itu adalah bagian dari tren, kecenderungan gaya hidup yang menunjukkan aktualisasi terhadap perubahan dan kemajuan zaman. Itu pemahaman mereka, tanpa sadar bahwa sesungguhnya mereka sedang dipengaruhi.
Hal ini tampak jelas pada para tamu yang menjadi pelanggan salon, yang terus datang sebagai proses usaha untuk menjadikan dirinya mencapai taraf kecantikan yang distandarisasi itu. Mereka merelakan dirinya diproses sedemikian rupa, yang seringkali memunculkan rasa sakit untuk mendapatkan kecantikan yang mereka inginkan. Merelakan rambutnya ditekan dengan logam panas bersuhu sekian derajat, yang mampu melepuhkan kulit demi mendapatkanrambut lurus serupa rambut model iklan sampo. Tanpa peduli bahwa bisa jadi rambut sang model yang tampak di media massa itu adalah hasil rekayasa teknologi fotografi digital. Tanpa peduli betapa tersiksanya helai-helai rambut mereka tertindas logam panas demi sebuah pelurusan, tanpa peduli betapa helai-helai rambut itu akan kering kerontang sesudahnya.
Untuk mendapatkan penampilan sempurna lainnya, maka para perempuan yang datang ke salon akan merelakan wajahnya dipoles dengan apa saja, entah seberapa tebal krim-krim pemulas itu menutup pori-pori kulit. Sepanjang mereka anggap polesan itu mampu menutupi faktor negatif pengurang tampilan cantik, mereka akan menurut saja. Itulah tugas seorang perias, yang membekali diri dengan kemampuan memainkan warna pada wajah para perempuan dan aneka trik polesan lainnya, demi menjadikan para perempuan sebagai seseorang dengan penampilan berbeda, mewujudkan mereka sebagai sosok yang lain.
Mereka bukan lagi sebagaimana mereka adanya, melainkan dalam penjelmaan impian. Mereka sebagai sosok yang memenuhi standarisasi untuk dianggap cantik. Begitulah, para perempuan akan selalu terpengaruh untuk memeragakan konstruksi dari standarisasi yang telah ditentukan oleh sekelompok golongan atau pihak tertentu-bisa jadi kaum kapitalis yang mendapatkan keuntungan dari situasi itu-meskipun standarisasi tersebut tidak jelas relevansinya dengan kepentingan pribadi para perempuan.
Sementara, sesungguhnya cantik adalah sesuatu yang relatif, bersifat sangat individual. Apa yang menurut seseorang cantik, belum tentu memiliki konsep cantik yang serupa pada penglihatan orang lain. Masing-masing mata memiliki konsep individual dalam memaknai sebuah kecantikan. Tidak akan pernah ada parameter khusus untuk menetapkan kriteria cantik karena kecantikan tidak bisa diukur berdasarkan standarisasi yang diberlakukan oleh golongan tertentu. Apalagi bila kelompok tertentu itu memiliki kepentingan ekonomi terhadap standarisasi tersebut.
C. Hegemoni Masyarakat Terutama Kaum Perempuan terhadap Produk Perawatan Kecantikan
Setiap orang di setiap negara pasti memiliki criteria cantik masing-masing. Kecantikan tidak hanya dapat digambarkan seseorang dengan kulit putih dan tubuh yang ideal. Bahkan, dalam suku bangsa tertentu sekalipun seperti misalnya suku bangsa Dayak memiliki ukuran kecantikan di dalamnya yang dapat dilihat dari semakin panjang anting-anting yang dipakai oleh seorang perempuan di sana. Orang Afrika memandang perempuan cantik dilihat dari rambut yang ikal dan masih banyak lagi. Sebenarnya, konsep cantik yang ada sekarang ini merupakan efek dari hidup hedonistik yang mementingkan kesenangan dan kenikmatan materi semata. Kapitalisme mendompleng dari sikap hedonistik tersebut. Kecantikan wanita dipandang sesuai konsep hedonism yang makin berkembang di seluruh masyarakat dunia.
Akhirnya, yang terjadi saat ini adalah penciptaan konsep cantik yang selalu ditunjang sedemikian rupa sehingga banyak produk-produk yang menunjang kearah penciptaan cantik yang sudah dimanipulasi tersebut laku terjual. Misalnya saja, ada produk vitamin bagi kulit yang terbuat dari mnyak gelatin dan rumput laut alami yang dapat menghilangkan flek hitam pada wajah, membuat wajah cerah dari dalam, mencegah timbulnya jerawat hingga mencegah terjadinya penuaan dini. Jika seorang perempuan ingin kulit wajahnya bersinar dari dalam dan terhindar dari jerawat dan flek hitam serta mengurangi tingakat penuaan dini, maka perempuan tersebut dapat mengkonsumsi vitamin tersebut. Kecantikan perempuan zaman sekarang lebih mengarah pada produk apa saja yang digunakan oleh perempuan tersebut. Jika perempuan tersebut mengikuti zaman sakarang ini, maka produk perawatan kecantikkan yang ditawarkan di media massa akan digunakan guna menunjang kecantikkannya. Wajar jika pada akhirnya, para penjajak produk perawatan kecantikan semakin laris dalam menjajakkan dagangannya.
Dengan semakin banyaknya wacana tetang berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk merawat kecantikan melalui produk-produk vitamin kulit yang menggepakkan sayapnya di jajaran industry dan telah mendapatkan banyak pelanggan dari para konsumen yang tertarik dengan wacana yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumennya. Dalam hal ini terlihat bahwa produsen sebagai super ordinat mampu mempengaruhi konsumen sebagai subordinatnya.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecantikan merupakan suatu kebutuhan bagi perempuan, dan kecantikan digunakan sebagai tolak ukur tingkat kepercayaan diri seseorang. Dengan adanya wacana yang berkembang di media masa dalam masyarakat saat ini mengenai produk yang dapat merawat kecantikan diri seperti vitamin kulit, dengan segala bahasa promosi yang disampaikan membuat perempuan menjadi terpengaruh secara tidak langsung dan menimbulkan hegemoni para kaum perempuan untuk mengkonsumsi produk tersbut agar maeka terlihat tampak cantik dan dapat digunakan untuk memikat hati seorang laki-laki. Dalam gambaran ini, terlihat adanya praktik diskursif, yaitu terjadi kesinambungan antara pengetahuan konsumen terhadap produk vitamin kulit tersebut dengan tindakan dalam mengkonsumsi vitamin kulit tersebut.

B. Saran
Hegemoni kepada sesuatu hal tidak merupakan sesuatu yang buruk, akan tetapi, kita juga harus bisa menepatkan hegemoni kita terhadap sesuatu sesuai dengan porsi yang seimbang. Jngan sampai hegemoni tersebut mmbutakan kita untuk terus larut dalam wacana yang telah ditawarkan oleh produk-produk dtertentu di media massa.