Konstruksi Gender dalam Pola Pengasuhan Keluarga

Haaay temen-temen, kali ini saya akan berbagi tentang tugas artikel mata kuliah Sosiologi Gender pada semester 5. Ini adalah makalah hasil observasi saya tentang keluarga primer.

Semoga ilmunya bermanfaat yaa…

Latar Belakang Keluarga

  • Keluarga Ayah

Nama ayah saya Tri Djatmiko, lahir di Cirebon pada tanggal 6 April 1968, memiliki latar belakang Pendidikan Ekonomi S1 IKIP Bandung. Dia adalah anak pengais bungsu atau ke-6 dari tujuh bersaudara. Dan kini beliau bekerja sebagai guru IPS di SMP 1 Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat sejak tahun 1999. Awalnya beliau bekerja pada pabrik tekstil milik India di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Namun karena krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, maka ayah saya harus berpindah profesi menjadi guru. Orang tua ayah saya (Kakek dan Nenek saya) berasal dari Jawa Tengah. Kakek berasal dari Pati dan nenek berasal dari Kudus. Saat tahun 60-an, Cirebon kekurangan tenaga pendidik, kakek yang saat itu menjadi guru di Semarang harus dipindahkan ke Cirebon, sehingga terjadi perubahan lingkungan sosial dan kebudayaan. Kakek saya yang bernama Trisulani, Memulai sekolah dasarnya di HIS, sampai kelas lima beliau pindah karena peralihan penjajahan Jepang, SMPnya pun saat itu masih dalam jajahan Jepang, Pendidikan menengah atas beliau melanjutkan di Semarang dan mengambil SMA-A, dan SMA-B di Semarang dan mengajar, sesampainya di Cirebon, beliau mengambil S1 di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, dan menyelesaikan jenjang S2nya di Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Cirebon pada umur 82 tahun, beliau adalah sosok pengajar yang memiliki semangat juang yang tinggi, beliau masih mengajar sampai umur 86 tahun, karena gejala stroke. Nenek saya bernama Sutini, yang berlatar belakang sekolah HIS dan tidak melanjutkannya lagi, sampai menikah dengan kakek saya, beliau adalah ibu rumah tangga yang baik dan rajin.

  • Keluarga Ibu

Nama ibu saya Tuti Futicha Turizqi, lahir pada tanggal 29 Mei 1968, berasal dari Cirebon. Melanjutkan ke perguruan tinggi di IKIP Bandung jurusan Psikologi Pendidikan dan pendidikan terakhirnya yaitu S2 di STIE Ganesha Jakarta tahun 2010. Beliau diangkat sebagai guru BK pada tahun 1997 di SMP 10 Cirebon, namun pada tahun 2000 mengikuti ayah saya di Pusakanagara, Kabupaten Subang. Kakek saya yang bernama Usman Amin asli Cirebon dan memiliki pekerjaan sebagai anggota DPR pada era 80-an, dan nenek saya yang bernama  Amenah hanya sebagai ibu rumah tangga. Ibu saya adalah anak ke-7 dari delapan bersaudara.

  • Keluarga Saya

Saya adalah anak sulung dari empat bersaudara, saya memiliki dua adik laki-laki dan satu adik perempuan yang sayangnya dia mengalami premature dan meninggal saat dilahirkan. Saya banyak mengalami transisi tempat tinggal, saya dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat pada 25 Maret 1996, saat berumur 40 hari saya dibawa ke Cirebon, Jawa Barat dan sampai berumur 4 tahun dan sempat TK di sana, kemudian saya pindah ke Subang, Jawa Barat sampai saya berumur 15 tahun, saya merasa ingin mandiri dan lepas dari orang tua sejak kelas 2 SMP, dan saya melanjutkan kelas 3 SMP di Cirebon dan tinggal bersama nenek dari ayah saya sampai saya lulus SMA. Saya sempat kuliah di perguruan tinggi swasta di Bandung karena merasa putus asa tidak diterima di perguruan tinggi negeri di Jawa Barat. Walaupun saya berpindah-pindah tempat tinggal, dan berasal dari dua keluarga yang memiliki latar belakang yang cukup berbeda, yaitu budaya Jawa dari ayah dan Cirebon dari ibu saya yang mungkin memiliki campuran kebudayaan antara Jawa dengan Sunda, saya tetap mengadopsi nilai-nilai Jawa dari keluarga ayah, walaupun sebagian besar umur saya dihabiskan di daerah Sunda. Saya tetap mengadopsi kebudayaan Sunda namun tidak terlalu mendalam.

 

PERBEDAAN POLA PENGASUHAN KELUARGA

 

Aspek Keluarga Ayah Keluarga Ibu Keluarga Saya
Sifat Gender Mandiri, pekerja keras, disiplin, kuat, bertanggung jawab, kebebasan untuk berekspresi, pemberani, cepat tanggap, sopan dan santun. Rajin, patuh, mengutamakan keharmonisan dalam hubungan, sopan dan santun, dibatasi untuk mengenali dunia luar, kewajiban untuk menguasai urusan rumah. Mandiri, pekerja keras, disiplin, kuat, patuh, bertanggung jawab, kebebasan dalam mengekspresikan diri, pemberani, cepat tanggap, sopan dan santun.
Peran Gender Pendidikan adalah keutamaan karena di Indonesia untuk mendapat pekerjaan yang layak harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai calon kepala keluarga harus memiliki pendapatan yang cukup karena mencakup kebutuhan satu keluarga. Pendidikan bukan suatu keutamaan dan bukan untuk persiapan mencari pekerjaan di dunia luar, menguasai pekerjaan rumah dan dapat mendidik anak dengan baik dianggap lebih mulia. Pendidikan adalah keutamaan karena di Indonesia untuk mendapat pekerjaan yang layak harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan siap untuk bersaing karena semakin lama persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Sebagai calon kepala keluarga harus memiliki pendapatan yang cukup karena mencakup kebutuhan satu keluarga. Juga memiliki tuntutan untuk lebih baik dari ayahnya.

 

Pola Asuh Dididik dengan tegas, disiplin, tangguh, tidak mudah menyerah dan harus memiliki keinginan yang keras untuk mendapatkan sesuatu. Dididik dengan tegas namun tetap dalam batasan wajar, karena hanya memiliki harapan untuk bekerja di llingkungan domestic bukan dalam dunia kerja yang luas. Dididik dengan tegas, disiplin, tangguh, tidak mudah menyerah, siap untuk menanggung konsekuensi atau resiko dan harus memiliki keinginan yang keras untuk mendapatkan sesuatu.
Pembagian Kerja Selain dipersiapkan untuk mencari nafkah, namun seorang anak laki-laki dalam keluarga ayah harus bisa untuk pekerjaan rumah seperti halnya kelistrikan, perabotan, memperbaiki bagian-bagian rumah yang membutuhkan tenaga laki-laki Memiliki kewajiban kerja untuk membersihkan rumah dan kegiatan rumah setiap hari, memasak, juga melakukan pekerjaan domestic lainnya. Selain dipersiapkan untuk mencari nafkah, namun seorang anak laki-laki dalam keluarga ayah harus bisa untuk pekerjaan rumah seperti halnya kelistrikan, perabotan, memperbaiki bagian-bagian rumah yang membutuhkan tenaga laki-laki. Saya juga diwajibkan untuk mencari teman sebanyak-banyaknya karena pada saat ini memiliki ijazah saja tidak cukup, dan harus diimbangi dengan relasi-relasi agar dapat memudahkan mencari informasi pekerjaan.

Kesimpulan

Berdasarkan paparan pola asuh keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa ada sedikit perbedaan antara pola asuh yang diberikan Kakek kepada ayah saya dengan ayah kepada saya karena adanya tuntutan jaman yang semakin berkembang, namun apapun alasannya, orang tua memiliki tujuan yang baik dengan mengharapkan anak keturunannya memiliki kepribadian dan karakter yang dapat diterima di tengah-tengah masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: