Mendidik Diri jadi Indonesia Memanusiakan Lian di Depan Kita.

Haaay temen-temen, kali ini saya akan berbagi tentang tugas artikel mata kuliah Struktur Masyarakat Indonesia pada semester 3. Ini adalah hasil pandangan saya tentangkegiatan di lingkungan saya.

Semoga ilmunya bermanfaat yaa….

Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu (neddy creatures) dan juga makhluk sosial (zoon politicon) yang akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Tempat bersosialisasi manusia pada pertama kali yaitu lembaga keluarga yang mengajarkan segala bentuk interaksi sampai siap untuk terjun ke masyarakat. Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama (Multhahhari, 1998: 15). Indonesia memiliki ciri masyarakat majemuk karena masyarakat Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Dalam kehidupan ini, manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Salah satu tugas “Studi Masyarakat Indonesia” yang memiliki tema Mendidik Diri jadi Indonesia Memanusiakan Lian di Depan Kita ini mengajarkan bagaimana menjadikan kita sebagai mahasiswa agar peduli antar sesama manusia. Menolong tanpa mengharapkan pamrih itu sudah diajarkan sejak kecil, tapi arti menolong sesungguhnya lebih luas saat kita berada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, untuk menghargai dan menghormati orang lain karena kita pasti akan membutuhkan mereka.

  1. Nama             : Ahmad Dimas Yusuf

Umur               : 4 tahun

Pekerjaan         : –

Salah satu adik sepupu saya yang masih berumur 4 tahun memang sangat sulit untuk diatur, dan pada saat awal minggu tenang ibunya menyuruh kakaknya untuk membawanya ke barbershop di salah satu mall di Cirebon, namun kakaknya yang masih berumur 15 tahun ini tidak dapat merayu dan mengajaknya pergi untuk cukur. Setelah saya tau, saya mencoba membujuknya untuk jalan-jalan dan bermain di Timezone, Dimas pun mulai mau dan kami bertiga meminjam mobil saudara untuk menujur mall. Sempat marah karena tiba-tiba kami malah berjalan menuju barbershop bukan ke tempat bermain, dia pun berusaha untuk lari, namun saya mencoba untuk membujuk kembali agar mau untuk dipotong rambutnya yang sudah cukup panjang bagi seorang anak laki-laki. Banyak sekali alasan untuk membuat Dimas mau untuk memotong rambut, mulai dari mengajaknya memakan ice cream, bermain mandi bola, perosotan dan akhirnya ia hanya ingin memakan kentang goreng di salah satu restaurant cepat saji.

Saya mengaitkan dengan Sosialisasi Peran Gender, dimana seorang anak laki-laki yang nakal itu diwajarkan karena sosialisasi orang tuanya, namun jika laki-laki berambut gondrong atau panjang dianggap tidak pantas, karena hanya perempuan yang pantas memiliki rambut panjang. Dan saya berusaha mendekorasi ulang bahwa anak laki-laki maupun perempuan tidak baik jika memiliki sifat nakal atau sulit diatur, karena sejatinya seorang anak harus patuh dan taat pada kedua orang tuanya.

  1. Nama : Utari Anugerah Cendekia

Umur               : 17 tahun

Pekerjaan         : Pelajar

Pada awal bulan Juni kemarin salah satu adik sepupu saya meminta untuk diantarkan ke suatu desa di Kuningan, Jawa Barat untuk mengadakan observasi lingkungan memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolahnya. Tugas individu ini saya anggap berat untuk anak sekolah menengah atas, karena mewawancarai dan melihat pesawahan yang luas sendirian tidak mudah bagi seorang siswa perempuan. Kemudian kita mencoba mencari rumah bapak RT setempat untuk mewawancarai tentang kesehatan dan lingkungan hidup di wilayah setempat. Karena ini adalah observasi pertama adik sepupu saya, maka saya sedikit membantu untuk mencari-cari informasi. Dan untungnya bapak RT tersebut baik dan memiliki waktu luang untuk mengajak kami melihat lingkungan sekitar dan pesawahan-pesawahan milik warga di sana.

Dengan ini saya mencoba mengkaitkan dengan Nilai Sosial, Nilai sosial adalah sejumlah sikap ataupun anggapan terhadap suatu hal mengenai baik-buruk, benar-salah, patut-tidak patut, mulia-hina, maupun penting-tidak penting. Karena observasi ini pertama kali dilakukan oleh Utari, maka saya menemani bagaimana cara berinteraksi dan menanyakan setiap pertanyaan yang baik dan tidak menimbulkan ketersinggungan terhadap orang lain.

  1. Nama : Wahyudi

Umur            : 45 tahun

Pekerjaan      : Wiraswasta

Wahyudi sangat akrab dipanggil om Yudi bagi saya karena dia adalah paman saya. Banyak hal yang sering kita lakuin bersama, saling tolong-menolong bagi kami bukan hal yang jarang. Namun ada satu momen yang buat saya sangat terkesan, saat libur semester kemarin kami sekeluarga mengunjungi saudara-saudara kami di Pati, Jawa Tengah. Untungnya mobil mengalami panas mesin saat sudah sampai di tujuan. Dan ini adalah pertama kali saya membantu om Yudi memperbaiki mobil walaupun bukan hal yang sulit, tetapi saya mengerti bagaimana letihnya membawa mobil dari Cirebon menuju Pati, mungkin lebih dari 350km. Saya hanya membuka dan mengganti water cooler dan menambahkan air dalam radiator mesin.

Saya mengkaitkannya dengan Norma Sosial, karena Norma adalah suatu perangkat agar hubungan di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Om Yudi sering menolong banyak hal pada saya, karena dia lebih tua dari saya maka saya harus menghormatinya dan oleh karena itu saya pun selalu mencoba membantu saat dia membutuhkannya.

  1. Nama : Rafio Dj. Fiote

Umur          : 20 tahun

Pekerjaan    : Mahasiswa

Pada masa libur semester saya dan teman club motor saya iseng ingin touring wisata ke Indramayu, kami berangkat sekitar pukul 3 sore karena diperkirakan nyampai sana tepat pukul 4.30 dan kami bisa mengambil view sunset di pantai Karangsong, Indramayu. Namun cerobohnya kami mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, kurang lebih 120km/h. Entah karena melamun atau bagaimana tiba-tiba ada seorang bapak-bapak berumur kisaran 60-65 tahun menyebrang menggunakan motor sawah (tanpa lampu, kaca spion, dan surat-surat kosong) Rafi mengambil ke kiri dan rem mendadak, saya pun tepat di belakang motor Rafi harus mengerem secara mendadak. Kami berdua terjatuh dan tetapi keadaan motor dia mati total dan harus dibawa ke bengkel sehingga kami mencari bengkel terdekat. Sedangkan tempurung dengkul saya sedikit bergeser sehingga tidak bisa menekuk tapi saya mencoba step (mendorong) motor dia menuju bengkel terdekat dan akhirnya kami memperbaiki bersama mekaniknya.

Dengan demikian dapat saya kaitkan dengan Norma sosial seperti kasus sebelumnya karena kami adalah anak club motor, maka ikatan kami dapat dikatakan erat seperti saudara sendiri. Bagaimanapun kami harus saling membantu satu sama lain. Walau kaki kanan saya sempat tidak dapat bergerak namun saya berusaha mendorong motor menggunakan kaki kiri saya. Setelah motor dia beres, dia yang kemudian mengantarkan saya ke tempat urut tulang kenalannya di daerah Indramayu.

  1. Nama : Yan Hardiansyah

Umur               : 25 tahun

Pekerjaan         : Guru Bahasa Inggris

Yan adalah guru les privat bahasa inggris saya sewaktu SMA dan akrab dipanggil Brother Yan, dia memiliki semangat tinggi di bidang pendidikan, walaupun background orang tuanya petani di desa. Saya sangat menyukai cara mengajarnya, menurut saya Bahasa Inggris adalah sesuatu yang rumit dengan segala aturan grammar dan lain sebagainya. Namun dia langsung menerapkan dengan conversation langsung dan memperbaiki kata-kata yang saya ucapkan sehingga saya lebih dapat memahaminya. Setelah lulus SMA, saya sempat mengambil kuliah di salah satu peguruan tinggi swasta di Bandung, Jawa Barat. Kemudian dia mengajak murid-murid lesnya untuk menabung uang receh yang akan kami sumbangkan saat bulan ramadhan. Seminggu sebelum lebaran kami mengumpulkan dan menghitung hasil tabungan kami, dan kami belikan takjil, sarung, mukenah, sajadah dan Al-Qur’an untuk dibagikan di panti asuhan dan kepada para pengemis di pinggir jalan. Menurut saya ini adalah rutinitas yang harus tetap dijaga karena jarang sekali orang yang bisa mengkoordinasi dan mengumpulkan banyak orang untuk beramal. Lalu saya mencoba mengajak teman-teman dekat saya untuk mengikuti kegiatan positif ini, dan tanggapan mereka baik. Kami pun kini memiliki banyak donatur untuk kegiatan ini.

Saya mengaitkannya dengan Pola Kelakuan Batiniah. Pola ini adalah cara pengungkapan apa yang terkandung di dalam batin, seperti cara berpikir, cara berkemauan, dan cara mengungkapkan perasaan. Brother Yan memiliki kemauan untuk mengumpulkan anak-anak dan mengajak untuk beramal tetapi tidak memberatkan uang jajan kita, maka ia menggunakan uang receh berapapun jumlahnya. Dan kemudian kegiatan semakin berkembang dan cita-cita dia membantu yang membutuhkan tercapai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: