Modernisasi Pada Masyarakat Jawa

Hallo Blogys, gimana nih kabarnya? dipostingan kali ini, saya mau sedikit share mengenai beberapa tugas-tugas saya dari semester 1 sampai lima nih. hayoo siapa yang udah siap baca-baca tentang tugas kuliah nih? Tugas ini ada di mata kuliah Struktur Masyarakat Jawa, tepatnya di semester 2, silahkan di baca-baca ya Blogys…

 

MODERNISASI PADA MASYARAKAT JAWA

Orang Jawa mempunyai tradisi pemikiran yang unik, bersifat metafisik dan lekat dengan mistikisme (menurut istilah Mulder; 1984; Laksono, 1885; Anderson, 1986; Geertz, Milder,2001). Cara berpikir masyarakat Jawa yang melekat dengan mistikesme ini paling tampak ketika mereka menghadapi situasi ketidakberdayaan. Ketika wabah pes yang ganas melanda Yogyakarta pada tahun 1947 dan sekitar tahun 1960 an, masyarakat Yogyakarta menggunakan cara – cara yang tidak rasional untuk mengatasinya. Obat yang dipakai untuk mengatasi pes adalah minyak tanah dengan cara diminum tiga kai sehari satu sendok makan. Informasi mengenai obat dari minyak tanah tersebut menyebar secara cepat, padahal tidak ada catatan medis yang menunjukkan minyak tanah dapat mengobati atau mencegah penyakit pes. Cara irasional berupa kitab pusaka sakti Tunggul Wulung juga digunakan untuk mencegah penyebaran wabah pes (Isyatin, 23 Juli 2006).

Kondisi masyarakat Jawa pada saat ini telah berubah, contohnya saja ada pada masyarakat Yogyakarta. Arus modernisasi dengan rasionalitas instrumental sebagai unsur utama telah masuk ke Yogyakarta. Aknibatnya, narasi – narasi yang dibangun atas dasar pola pikir mistikesme khas orang Jawa mendapat gangguan dari pola pikir rasional instrumental.

SEKOLAH SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

            Di masa ini sekolah – sekolah modern telah tumbuh pesat, sekolah mengajarkan rasionalitas baru yang menyingkirkan pengetahuan – pengetahuan lama. Sekolah “memaksa” siswa untuk mendengarkan dan menerima pengetahuan modern. Dalam hal ini cara berpikir yang tidak sesuai dengan lohgika dianggap salah

PERUBAHAN BUDAYA I : ASPEK FISIK

            Salah satu wujud dari karya fisik budaya Jawa adalah tatanan rumah. Jika memeriksa rumah zaman dahulu akan ditemukan rumah yang selalu menghadap uatara atau selatan. Di masa itu ada konstruksi berpikir bahwa menghadapkan rumah selain ke arah utara dan selatan dianggap membelakangi atau Nyingkuri keraton Yogyakarta.

            Dewasa ini narasi penuh mistik, khas model berpikir masyarakat Jawa tersebut bergeser menjadi tafsiran yang lebih rasional. Masyarakat memberi tafsir baru bahwa pilihan arah rumah merupakan pilihan yang cerdas berdasar logika kesehatan, yaitu dengan menghadapkan rumah ke arah utara atau selatan, angin dari gunung atau dari pantai nanti mudah masuk sehingga rumah menjadi lebih sehat.

            Arah rumah tidak lagi berkiblat pada kepercayaan, tetapi lebih kepada kiblat ekonomi. Arah rumah yang baru lebih dipengaruhi oleh letak jalan yang membuat rumah lebih strategis dan dapat digunakan untuk berdagang. Arah rumah yang tidak sesuai pakem tradisi ini menunjukkan terjadinya perubahan konstruksi berpikir di dalam diri manusia Jawa

PERUBAHAN BUDAYA II: ASPEK NONFISIK

            Perubahan dari cara berpikir mistis menuju rasional melahirkan pola pikir peralihan, yaitu pola “setengah percaya” dan “percaya tidak percaya” merupakan konsep yang digunakan untuk melukiskan sesuatu di mana masyarakat tidak mampu menjelaskan alasan melakukan atau tidak melakukan sesuatu terkait dengan kebiasaan masyarakat, tetapi mereka tetap melakukannya karena takut terjadi bencana akibat kekuatan kosmologi sebagaimana pengetahuan masa lalu.

Sumber : Dinamika Pola Pikir Orang Jawa di Tengah Arus Modernisasi    (Pajar Hatma Indra Jaya) diunduh Kamis, 9 Juni 2016 13.00 WIB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: