Naungan Konservasi Perlu Dibenahi

SALAM KONSERVASI……:-)

Pepohonan tertata merindang

Hasilkan raupan segar oksigen

Kesegaran di setiap pagi

Pancarkan gairah menuju kampus konservasi

Perlahan…

Kian waktu berjalan…

Kesegaran terganti kehangatan

Dan bahkan memuncak suhu panas

Tak tertahankan..

Kesegaran telah bebalik kerinduan..

Sunyi suasana tak lagi syahdu terasa

Bising suara kilaukan keresahan

Para insan bergaya..

Dengan tungganganya..

Sama sekali tak ramah lingkungan..

Tegur sapa sepanjang jalan

Tak lagi menjadi tradisi

Melainkan perlahan tersisih

Keangkuhan kerap berbisik

Pada alam semesta

Para insan berlaku

Ciptakan syari’atnya sendiri

Hal inilah….

Konservasi perlu dibenahi…

“PESAN DARI PUISI: marilah sejenak untuk berintropeksi diri sejauh mana kita bergerak dalam konservasi. Semoga langkah kaki insan UNNES senantiasa berlaku ranah konservasi, entah itu konservasi moral, lingkungan, maupun budaya.”:-)

“Tulisan ini dibuat untuk mengikui ajang bidikmisi blog award universitas negeri semarang. Tulisan ini karya sendiri bukan hasil jiplakan.”

Restu Tersiratmu Mengantarku Ke Kampus Konservasi(UNNES)

“Belajar dan petiklah ilmunya dari apa yang dilihat, di dengar, dan di rasa ~MOTISAKTI~. Beriring kaki melangkah menyusuri jalan menuju impian. Ternyata ta’ semulus yang dikira. Banyak sekali duri-duri api yang nyaris patahkan semngatku tuk terus berjalan menuju Rumah Ilmu.

Saat ini sudah kurang lebih 2 bulan aku berdomisili di kota semarang ,tepatnya di gunung pati, kelurahan sekaran. Alhamdulillah atas izin Allah , memberikan kesempatan aku untuk belajar di kampus pendidikan (UNNES). Walau tak pernah terfikir sebelumnya, berambisi di UNPAD ternyata bukan pilihan yang baik menurut Allah.  Perjuangan tuk bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi yang cukup membuat fisik dan batin tegang melemah. Hasratku tuk menuntut ilmu tidak hanya sebatas  kapal yang tergerak arah aliran air. Tertatih di setiap keadaan gelisah dan bimbang. Kebimbangan karena berjuta-juta angan-angan yang belum terwujud kepastianya. Aku tidak mencari-cari kerja sebagaimana teman-temanku mengisi waktu luangnya usai ujian nasional . sedikit keinginan memang ada tapi hati dan pikiranku tak berkerah. Entah apa yang sedang aku rencanakan pun sedikitpun belum terlihat kejelasannya. Semu dan abu planning ku ke depan. Sungguh bingung berkelana temani hari-hariku saat itu.

Namun pada akhirnya ku putuskan tuk melakukan apa yang aku inginkan dan terasa nyaman tanpa beban. Aku acuhkan segala kebisingan yang mencuat-cuat di luar sana. Mulai dari orang tua yang mnuntuku dan tanpa lelah menyuruhku untuk bekerja. Karena mereka pesimis bahwa aku bisa melanjutkan pendidikan yaitu kuliah. Kalimat-kalimat yang seringkali air mata tergelincir dipipiku terus mereka bisikan di telingaku. Namun sedikitpun kepedulianku akan hal itu membuatku untuk bersinggah ke sebuah pesantren. Pesantren dimana aku dikenalkan dengan orang-orang hebat dan bijaksana disana. Gus Hasan, Pak munir, ibu Umi dan rekan-rekan seperjuangan tholabul ‘ilmi di karantina pondok pesantren mbalong el-firdaus tambaksari ,cilacap. Disana aku mencoba lupakan sejenak tuntuntan untuk bekerja mencari uang. Terbisik dibenaku “ aku lulus SMA , masa harus kerja sebatas jadi seorang pelayan toko?’. Sifat egois dan tinggi hati pun terlintas sapa debu –debu yang bertaburan di sela pikiranku dan benaku.

Di karantina ponpes itu seketika aku menceritakan permasalahanku dengan orang tuaku kepada ibu umi serambi lincirkan air kesedihan ku dengan pembicaraan yang terbata-bata. Tak kusangka respon beliau sergap dan ketuk hati resume penyesalan yang sangat dalam, sehingga aku tak sanggup melanjutkan unek-unek yang ingin sekali aku ceritakan kepadanya. Beliau berkata “jeni, ingat restu seorang ibu itulah restu Allah, kembalilah ke rumahmu monta maaf dan berbicaralah yang baik dan santun kepada mereka, berilah penjelasan yang santun kepada mereka, insya Allah mereka akan mengerti keinginanmu, ibu umi bukan siapa-siapa jen, ibu hanya bisa transfer ilmu tapi masalah restu yang paling berpengaruh itu dari ibumu,,,” . perlahan air mata menetes basahi mukena yang belum sempat aku lepas usai mengaji.

Malam itu ,malam segala raga dan jiwaku menangis. Kian larut malam akupun tertidur. Keesokan harinya aku bersegara untuk pulang ke rumah, dan segera aku ingin meminta maaf kepada ibuku, rasa menggebu-nggebu ingin bertemu dengan beliu pun membuatku lupa pamitan pulang dengan teman-teman santri ponpes . yah sudahlah!

Tertiba di rumah ibu sedang menyapu halaman, dan selebihnya aku terus bercerita dan mohon maaf , serta menjelaskan keingan ku untuk kuliah dengan beasiswa. Restu tersurat belum jua nampak dari beliau. Mungkin beliau butuh bukti bukan sekedar janji dan perkataan anak yang masih sedikit makan garam.

Akhirnya aku putuskan mendaftar sbmptn dan segala persyaratan ujian pun aku laksanakan meski harus  bolak balik sidareja-purwekerto . Sampai berkorban Nb kesayanganku hilang di lahap sang pencopet. Sudahlah ,mungkin bukan rejekiku!

Satu bulan kemudian, pengumuman sbmptn. Alhamdulillah lolos , walau pilihan ke 2 yaitu pendidikan luar sekolah. Selang beberapa hari , pengumuman um-ptkin pun Alhamdulillah aku lolos juga, sama pilihan ke-2 pula. Ada apa dengan no.2 ?hehe,, sudah tak perlu banyak pembahasan . lagi-lagi bimbang dua-duanya lolos. Segera aku putuskan akhirnya aku mencoba mengurus ke-2nya. Di UNNES ada bidikmisi , di IAIN Purwekerto pun ada tapi persyaratannya cukup berat. Alihkan fokus pada UNNES. Akhirnya segala persyaratan bidikmisi dari UNNES aku segera lengkapi, dan survey dari pihak UNNES telah dilalui. Pada waktu pengumuman Alhamdulillah LOLOS. Betapa senangnya aku dan ibuku pada waktu itu. Semua kebimbangan dan kegelisahan seakan terobati.

Aku  sedikit bercerita saja di kesempatan ini.

Kemudian lekas aku hijrah ke semarang menuju kampus Konservasi, yang sebelumnya sebenarnya aku belum tahu sebutan itu.Tawakalku ternyata menjawab semua keinginanku, aku mendapat tempat kost yang sebelumnnya tak pernah terfikir juga, bukan kost biasa melainkan kost yang luar biasa. Di dalamnya aku dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki asa dan impian yang hampir sama denganku. Betapa lega dan bahagianya aku saat itu. Akhirnya aku bisa melanjutkan target yang belum jua tercapai sampai saat ini, menghafal Al-qur’an. Namun berjuta bahkan bermiliyaran kejutan dari Allah terkuak tanpa disangka dan terfikirkan sebelumnya. Di dalam kost itu banyak pelajaran hidup berharga yang membuatku tahu arti pentingnya, berkomunikasi , berbagi, berempati, dan berukhuwah islam yang sesungguhnya. Ihwah Rasul atau kerap di sebut kost IR. Itulah karantina selama aku di semarang. Memang ini bukan pondok pesantren yang biasa aku ketahui, disini diajarkan bagaimana kitaa saling mengingtkan satu dengan yang lain dalam berbagai hal, seperti ketika sholat pasti diajak tuk semuanya berjama’ah dan banyak hal lain yang ta’ sempat aku sebutkan saat ini. Bergerak untuk merasakan dahsyatnya berjalan kaki, dengan nuansa banyak berangan-angan di sepanjang jalan.:-D, jadinya banyak waktuku yang digunakan tuk berfantasi, sekalipun sering berfantasi yang tak logis dan kurang produktif, 😀 tapi itulah warna kehidupan , yang menjadikan kita lebih mentafakuri segala ciptaan sang Maha Pencipta. Jarak kost dengan kampus ,FIP khususnya yang tak dekat alias cukup jauh, terkadang keluh-keluhan tak mutu kerap lemahkan kaki dan fisiku tuk menyapa hangat ilmu yang senantiasa melambai-lambaikan keistimewaanya, namun kelemahanku akan befikir dan bersyukur hanguskan kesempatan baik itu. Lagi-lagi penyesalan sergap egoku. Sungguh Allah maha pengasih dan Penyayang , dititik iman yang mulai melemah , Allah hadirkan peringatan-peringatan dan hidayahNya.

Sehingga pada akhirnya terselip asa yang utama dari sekian list rencana hidupku….:

“selalu berusaha untuk memperbaiki diri, dengan senantiasa memperbaiki ibadah, menciptakan banyak karya, dan senantiasa berusaha menebar insiprasi dan manfaat untuk orang banyak terutama untu orang disekitarku. Dan tak lupa segala apa yang aku lakukan juga merupakan pengabdianku terhadap ibu(Ngadirah), nenek(Marsem), kakek(Santarman alm.),ayah(m.rizwan), adiku (eko purwanto),dan saudara-saudaraku, guru-guruku, dosen-dosen ku, dan teman-temanku serta tak lupa kampus UNNES tercinta…:-)” #FASTABIQUL KHOIROT..

~part of my life trip~

“Tulisan ini di buat untuk mengikuti ajang bidikmisi blog award universitas negeri semarang. Tulisan ini karya sendiri bukan jiplakan.”

Revitalisasi Budaya Membaca Mahasiswa (Konservasi Budaya) #2

Membaca adalah adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.(wikipedia bahasa indonesia)

Membaca merupakan kunci untuk memperoleh segala informasi dan pengetahuan mengenai berbagai macam hal yang belum pernah diketahui sebelumnya . Membaca memang dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun . Tak mengenal usia dan waktu. Membaca adalah salah satu hal yang sangat urgent dalam kehidupan kita sebagai wujud perlakuan belajar (life long learning).

Buku menjadi salah satu solusi dalam memecahkan sebuah masalah dan membaca adalah kuncinya. Jadi sangat tepat jika buku adalah jendela dunia. Ungkapan bijak dan motivasi ini sudah kerap  tak asing lagi terdengar di telinga kita.  Buku merupakan informasi segala kebutuhan yang diperlukan, mulai dari Iptek, seni budaya, ekonomi, politik, sosial, dan pertahanan keamanan dan lain-lain. Upaya membaca buku membuka wawasan dunia intelek sehingga dapat mengubah masa depan serta mencerdaskan akal, pikiran, dan iman.

Namun banyak orang yang masih rendah pemahaman akan pentingnya membaca. Khususnya di kalangan Maha-Siswa. Gemar membaca dikalangan Maha-Siswa  sudah perlahan melebur musnah seiring perkembangan zaman. Zaman yang sudah menjadikan para maha-siswa lalai akan pentingnya menjalankan sebuah proses. Membaca adalah sebuah perlakuan yang membutuhkan kefokusan dan waktu untuk memahami apa yang dibaca. Hal itu yang menjadi alasan mereka enggan meluangkan waktunya untuk membaca terutama membaca buku. Contoh saja mereka lebih suka menonton sebuah film dibanding membaca novelnya. Mereka lebih suka menonton di banding harus membaca. Karena menonton dianggapnya lebih menarik dan menyenangkan. Dahsyatnya perkembangan teknologi yang sarat akan kecanggihan dan modernisasi membawa pengaruh besar kepada perkembangan pertelevisian, bioskop, atau apapun media yang bisa dijadikan tontonan. Visualisasi, senimatografi dan berbagai pengolahan gambar dan video yang sangat variatif dan senantiasa berkembang menjadikan mahasiswa khususnya lebih tertarik menyaksikan televisi dan bioskop daripada menyaksikan rentetan tulisan dalam sebuah buku.

Walau tak semua mahasiswa demikian, namun sebagian besar mereka mulai acuh dan malas akan membaca buku. Perpustakaan (UNNES khususnya) pun kian sepi akan kunjungan mahasiswa. Perlu diketahui bahwa membaca berarti mengasah otak kita dan kreativitas kita. Ketika menonton suatu acara di televisi, youtub,ataupun bioskop, secara tersirat hal itu menjadikan kita sebagai raja malas yang disuguhi oleh gambar-gambar yang menarik yang telah diolah sedemikian rupa oleh pembuatnya. Pikiran kitapun diarahkan agar mengikuti adegan demi adegan yang disajikan dilayar. Tentu saja adegan itu merupakan hasil imajinasi seseorang yang lebih dulu membaca novelnya, dan secara implisit kita bagaikan manusia bodoh yang menyetujui begitu saja, karena tak tahu kisah sebenarnya. Dan hal itu menjadikan pola pikir kita terpaku tanpa improvisasi. Membuat otak kita lemah akan berfikir yang produktif. Lain halnya ketika membaca, pengaplikasian adegan demi adegan dari suatu novel/buku menjadi hak istimewa pembaca. Dengan membaca, maka kita bebas berimajinasi dengan segala hal yang kita tangkap dari membaca tersebut. Otomatis, otak kita akan terasah sehingga meningkatkan daya kreativitas. Bahkan dengan membaca minat menulis akan semakin besar. Sehingga tak sedikit pembaca yang menjadi seorang penulis.

Nah bagaimana ketika seorang mahasiswa  semakin  malas untuk membaca sebuah buku? Mereka tanpa disadari sudah menjadi korban globalisasi yang seharusnya memotivasi untuk lebih berkarya malah menjadikan mereka malas untuk bergerak menciptakan sebua karyanya. Mahasiswa seorang intelektual muda yang seharusnya predikat yang diembannya itu dapat memacunya untuk banyak berkarya dengan meningkatkan kreativitas yang salah satu kuncinya adalah membaca.

Menurut pengamatan pribadi, banyak mahasiswa yang enggan membeli sebuah buku dengan alasan hemat. Padahal ketika kita membeli sebuah buku perlu ditelaah dan ditelisik lebih dalam tak ada suatu hal yang menjadikan kita rugi. Toh ketika usai membaca buku tersebut , tetap akan menjadi milik sendiri yang bisa menjadi koleksi atau bahkan dijual kembali. Bandingkan ketika menonton di bioskop, kita harus membeli tiket untuk menonton film dengan jangka waktu tertentu. Dengan berakhirnya film, maka hangus pula kan uang yang untuk membeli tiket film tersebut.

Uang untuk sebuah buku akan sejati, sementara itu uang tiket film bioskop tak lebih dari sehari terkikis hangus.:-D

Pepatah lain mengatakan, jika ingin mengenal dunia maka membacalah, dan jika ingin dikenal dunia maka menulislah, jika belum mampu menjadi seorang penulis, maka membaca saja dulu. Membaca juga ada kaitannya dengan prestasi belajar dikampus, kalau mahasiswa banyak membaca, pasti dia akan memiliki banyak informasi dan otomatis akan banyak tahu, kalau sudah banyak tahu pasti pintarkan, dapet nilai A, IPK nya 3 keatas mau tidak tuh?. Tapi kalau jarang membaca mau dapat niali bagus, bagaimana?menyontek? duh hilangkan paradigma konyol dan bodoh itu ya teman-teman.

Pentingnnya membaca bukan hanya di tunjukkan dari sebuah pepatah “membaca dapat membuka jendela dunia” dan buat hanya mendapatkan nilai bagus. Membaca juga merupakan perintah agama yang jika mana kita tingggalkan kita akan berdosa.Wahyu yang pertama diturunkan kepada rasulullah saw adalah surat al ‘alaq yang artinya “bacalah” yaitu  perintah untuk membaca, dan dalam kaidah fiqiyah hukum asal perintah adalah wajib, yang mana jika dikerjakan berpahala dan  jika di tinggalkan berdosa. Nah lho.. masih juga malas buat membaca? ayo mulai sekarang baca buku mu yah jangan sayang uangmu buat membeli buku dari pada buat nonton? Hanya beberapa jam hangus uangmu tanpa membekas.

Kemudian Kebiasaan membaca sering pula dikaitkan dengan karakter seorang pemimpin (Leader, Amir). A good leader is a reader. Seorang pemimpin besar adalah mereka yang banyak membaca. Segudang informasi dapat membentuk karakter seseorang menjadi pemimpin hebat, dikarenakan banyak pengetahuannya sehingga akan di dengarkan oleh teman temannya, mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan, dan lebih kritis tentunya. Faktanya, negara maju seperti Jepang telah menjadikan membaca sebagai budaya positif masyarakatnya, dimulai sejak restorasi Meiji. Selain pekerja keras, Jepang juga dikenal negara yang memiliki masyarakat “kutu buku” terbesar. Setiap tahun tak kurang 1 milyar buku dicetak. Makanya orang orang jepang punya kemampuan untuk memimpin yang baik. Nih, yang terakhir pasti temen temen pada tidak tahu, selain untuk menambah wawasan, membaca Juga bisa membuat awet  muda. Menurut salah seorang ahli  saraf yaitu  DR.C. Edward Coffey, sebenernya membaca itu mampu mencegah kerusakan saraf-saraf otak. Sehingga dapat memperlambat penuaan. Membaca tidak harus selalu sesuatu yang berat-berat, seperti topik politik atau gonjang-ganjing korupsi. Kebiasaan membaca bisa dimulai dari membaca sesuatu yang ringan seperti komik, sampai membaca novel yang bisa mencapai puluhan bab. Seperti kata pepatah, sedikit sedikit lama lama jadi bukit Itu dia manfaat dari membaca, masih males buat baca buku?  Udah mulai terbuka kan, tapi masih pada bingung bagaimana caranya membuat suka membaca, ada beberapa langkah buat kita biar bisa jadi pencinta buku. Ini dia beberapa langkahnya, pertama, mulailah membaca hal hal yang kamu sukai, entah itu komik, cerpen, artikel, puisi ataupun novel. Dari situ bakalan tumbuh minat membaca, kemudian jika sudah terbiasa cobalah untuk membaca buku buku yang lebih berat, seperti buku pelajaran dan jurnal ilmiah.

Ayo teman-teman mahasiswa luangkan dan manfaatkan waktumu yang singkat untuk membaca buku. Agar kelak menjadi insan yang berwawasan luas dan dapat menyebarkan ilmumu yang bermanfaat kepada orang lain. Fastabiqul khoirot..:-)

Daftar pustaka

Kompasiana.com

Wikipedia bahasa indonesia

Alqur’an surat Al’alaq

 

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidikmisi blog award universitas negeri semarang . Tulisan ini adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya orang lain.”

 

Palung Asa

Agung KuasaMu
Menjerat dalam langkahku
Iringaan takdir
Tak disangka sergap lamunanku seketika
Air hujan banjiri bumi
Relief hatiku mulai terketuk
Luluhkan kerasnya sebuah tekad
Dalam naungan raja neraka
Hampar hancur luluhkan karang
Nampak batu api tersarang

Menepis rasa penuh dosa
Rapuhkan kerasnya hati
Teringat akan kehilafan
Yang terasa…
Hambar..
Walau segenggam garam
Tertabur di secangkir air
Dalam sujudku…

Surga adalah asaku
rintih kebahagiaan
Alasanku tuk abadi dalam naungan kitab suci
Menjaga hati agar tetap terilhami
Demi taburan kebahagiaan teraih
Yang sempat tertunda
Di alam fana’ ini…

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidikmisi blog awards universitas negeri semarang. tulisan ini karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya orang lain”

Lekatkan Konservasi Moral dalam Jiwamu #1

Bismillahirokhmanirokhiim

semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya buat kalian Maha-Siswa!

 

Mahasiswa sebagai intelektual muda yang harus menjunjung tinggi trikompetensi dasar sebagai seorang intelektual yakni Religiuitas, Humanitas dan Intelektualitas tambahan dari penulis (MORALITAS) sebagai aset bangsa yang termasuk dalam Iron Stock seorang pemimpin haruslah mencerminkan pola pikir dan tingkah laku yang ‘anggun dalam moral unggul dalam intelektual’  bukan malah ‘liar’ ta terkendali, harus mampu memposisikan diri sebagai seorang yang berilmu dan berwawasan luas, sehingga mampu mengatasi setiap permasalahan dengan ILMU bukan dengan NAFSU.

Semangat yang menggebu-gebu dalam diri seorang mahasiswa memang mampu meruntuhkan apapun termasuk kekuasaan yang telah berkuasa selama 32 tahu, tapi apakah dengan semangat tanpa dibarengi dengan ILMU, AKHLAK dan MORALITAS itu cukup membuat kita bangga sebagai seorang ‘MAHASISWA’…?? seorang yang telah menjadi ‘MAHA-SISWA’ tentu harus mampu dan siap melakukan suatu perubahan ditengah-tengah krisis moral, bukan malah menambah aib yang ada.

Beberapa perubahan dibelahan bumi itu semua dicatatkan oleh ‘MAHASISWA’ yang bukan hanya sebagai intelektual muda tapi juga sebagai ‘Creator Of Change, Agen Of Change, Social Control dan Iron Stock harus mampu memberikan sebuah ‘keteladanan dan solusi nyata’ disaat negara yang diisi oleh para pejabat-pejabat korup dan tengah mengalami degradasi moral, tidak ada lagi yang akan dijadikan Teladan oleh masyarakat jika para pejabat dan para mahasiswa berkelakuan layakna bukan sebagai orang yang terdidik.

Kebebasan yang ada saat ini juga berkat hasil kerja keras mahasiswa, sebagai seorang yang terdidik yang hidup berdampingan ditengah-tengah masyarakat dan di’nilai’ oleh masyarakat, moralitas haruslah dibangun dalam diri seorang mahasiswa tidak hanya intelektual saja.(kompasiana.com)

Namun beberapa kali saya menemukan kejadian yang sangat tidak wajar dilakukan oleh Maha-Siswa. Mereka berambisi untuk mendapatkan IPK CUMLAUDE disetiap semseternya dengan mengacuhkan akhlak mereka sendiri.” Menyontek saat ulangan” masihkah pantas untuk menyandang “INTELEKTUAL”?. Memang tidak semua mahasiswa berlaku demikian. Namun Miris rasanya ketika saya baru saja duduk di bangku kuliah melihat sekeliling teman berlaku demikian saat musim Ujian Tengah Semester.

Dapat diibaratkan mereka menitih jiwa korupsi dari dini. Mungkin tak banyak yang menyadari hal itu. Bangsa ini membutuhkan jiwa yang bersih tak hanya otak yang cerdas tapi tak produktif untuk kebaikan dan kemajuan bangsa. Ketika ditelisik secara personal sebagian Maha siswa masih rendah berfikir untuk nasib bangsanya, jangankan bangsanya untuk kebaikan diri sendiri saja mereka masih melaju pada hal-hal yang mengarah pada kerancuan pribadinya sendiri. Seperti mereka lebih asyik melestarikan budaya selvi-selvi(foto narsis) dengan Hp importnya yang keren. Mereka sangat sukaa hal –hal yang berbau hura-hura dan kesenangan sesaat. Mereka yang tak memiliki niat awal berlaku hal demikian pun ikut terlarut karena lemahnya prinsip baiknya.

Padahal ketika kita sejenak menengok ke belakang berbagai aktifitas mahasiswa dahulu dalam kancah pergerakan nasional yang dilandasi oleh moral force (kekuatan moral) telah tercatat dalam sejarah
Indonesia. Banyak sekali kiprah mahasiswa yang telah menorehkan tinta emas bagi perjuangan bangsa. Dimulai dengan pergerakan Boedi Oetomo tahun 1908, kemudian dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda tahun 1928, dan puncaknya pada tahun 1945 dimana mahasiswa pada masa itu memegang motor kendali bagi terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tak cukup sampai disitu, pasca proklamasi kemerdekaan mahasiswa masih tetap memegang idealismenya yang tinggi untuk tetap membela kepentingan rakyat. Hal itu dibuktikan dengan peristiwa jatuhnya orde lama pada tahun 1966. Mahasiswa terus melakukan tugasnya yaitu mengawasi jalannya pemerintahan yang berlangsung. Mereka tetap setia kepada bangsa dan negara. Mereka tidak akan rela jika tanah air mereka digadaikan. Mereka akan tetap berjuang walaupun jiwa-raga menjadi taruhannya.

Tergulingnya rezim Orde Baru yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998 adalah salah satu bukti perjuangan mereka yang tak kenal menyerah dan tetap fanatik dengan gelar kemahasiswaannya serta jabatan sosial yang dipegangnya. Meskipun saat itu banyak elemen masyarakat pro reformasi yang terlibat aktif, namun sekali lagi mahasiswa masih menjadi ujung tombak bagi perjuangan bangsa.

Secara moralitas mahasiswa harus mampu bersikap dan bertindak lebih baik dari yang lainnya karena mereka mempunyai latar belakang sebagai kaum intelektual, dimana mereka mengatakan yang benar itu adalah benar dengan penuh kejujuran, keberanian, dan rendah hati. Mahasiswa juga dituntut untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya dan terbuka kepada siapa saja. Hal itu semata-mata karena mereka adalah kader-kader calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang, yang memegang kendali negara di masa depan. Oleh karena itu mereka berhak untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintah dan memberikan kritik atas setiap kebijakan yang dibuatnya. Sikap kritis itu merupakan wujud kepedulian mereka terhadap bangsa dan negaranya yang dilakukan dengan ikhlas dan dari hati nurani mereka, bukan atas keterpaksaan maupun intimidasi dari pihak luar. Segala sesuatu yang mereka perjuangkan adalah sesuatu yang mereka yakini adalah baik untuk kehidupan mereka di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Hal tersebut berlaku dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sikap kritis mahasiswa tidak harus pada isu-isu nasional tapi dapat juga kritis pada isu-isu lokal seperti pencemaran lingkungan, kebijakan pemerintah setempat yang dirasa merugikan masyarakat kecil, tindakan sewenang-wenang pemerintah setempat pada masyarakat kecil, penyelewengan anggaran keuangan oleh pemerintah setempat, ataupun perihal lainnya. Sebagai pengusung moral force, mereka harus mengingatkan pemerintah jika pemerintah tersebut menyeleweng ataupun lupa pada tugas yang diembannya.

Bila kita amati dengan seksama, mahasiswa mempunyai kedudukan yang sangat unik yaitu sebagai kaum yang diterima oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi. Keberadaan tersebut juga didukung oleh karakteristik mahasiswa yang rata-rata masih berusia muda, penuh semangat, dinamis dan tidak takut kehilangan sesuatu yang merusak idialisme dirinya. Karena itulah di lingkungannya mahasiswa sering dikatakan sebagai “intelektual sejati”. Ketika harus terjun ke masyarakat, mereka dapat dengan mudah berbaur, dan ketika harus berurusan dengan kaum birokrat, mereka mampu mengimbangi dengan kemampuan intelektual dan pendidikan yang telah diterimanya selama ini. Oleh sebab itu, mereka berperan strategis dalam kehidupan berbangsa yaitu sebagai penerus cita-cita bangsa.

Kehidupan di kampus adalah miniatur kehidupan bangsa, dimana di dalamnya juga terdapat keanekaragaman sosial dan budaya. Mahasiswa telah mengarungi kehidupan kampus yang cukup kompleks tersebut. Dan mereka telah bersosialisasi dan mampu beradaptasi sehingga tetap eksis di lingkungannya. Mereka juga telah mendapatkan pendidikan akademis dan politik yang lebih dibandingkan dengan generasi muda yang lainnya sehingga menempatkan mereka pada golongan elit pemuda. Namun hal itu bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, tapi suatu pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi, loyalitas, pemikiran, dan kesabaran yang tinggi.

Namun bukanlah keberhasilan yang akan didapat jika hanya mahasiswa yang berjuang di negeri ini. Mahasiswa tetap membutuhkan dukungan dari rakyat untuk menjalankan tugasnya, karena komponen terbesar negeri ini adalah rakyat, dan mahasiswa hanyalah sebuah komponen kecil. Perjuangannya akan sia-sia jika tak mendapat dukungan orang-orang yang dibelanya. Karenanya mahasiswa harus tetap mempertahankan kredibilitas dan legitimasi di mata rakyat agar rakyat selalu mendukung setiap langkah yang ditempuhnya.

Harus diakui bahwa selama ini peran mahasiswa sebagai moral force hanya sebatas pendobrak yang selanjutnya diserahkan kepada kaum politisi. Mahasiswa seperti memberikan sebuah cek kosong yang dapat diisi seenaknya oleh kaum politisi sehingga mereka tidak mampu melakukan kontrol atas cek yang diberikannya. Jika mereka ingin berperan lebih dari itu, mereka harus menyiapkan suatu konsep pemikiran mereka sebagai isi dari cek yang diberikan agar mereka mampu melakukan kontrol pada kaum politisi tersebut. Namun yang diberikan bukanlah sekedar konsep biasa, tetapi sebuah konsep yang mampu menjawab seluruh kebutuhan dan tantangan bangsa. Dan saat ini yang dibutuhkan bangsa adalah sebuah konsep yang mampu membawa bangsa ini keluar dari keterpurukan krisis multidimensi dan intimidasi kekuasaan menuju ke suatu titik pencerahan.

Namun, selama ini yang kita lihat, realita tidaklah seindah bayangan kita. Seperti sedikit yang saya paparkan di atas tadi. Tingkah Mahasiswa yang semakin menjadi budak globalisasi yang hedonis. Dapat di interpretasikan masih terlalu banyak mahasiswa yang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu akan tanggung jawabnya sebagai pengemban amanah rakyat. Pandangan tersebut, tentunya berimplikasi pada posisi dan peran mahasiswa, sehingga eksistensi mahasiswa di mata masyarakat memudar. Bila hal ini dibiarkan berlanjut, bukan tidak mungkin perjuangan mahasiswa di masa mendatang tak lain hanyalah sebuah tong kosong yang nyaring bunyinya, atau sekedar katak di dalam tempurung. Mahasiswa harus segera berbenah untuk menyolidkan dirinya, karena mahasiswa bukanlah milik segelintir orang yang peduli pada nasib bangsa, tapi lebih dari itu.

Segala sesuatu yang besar adalah dimulai dari yang kecil. Adalah sebuah omong kosong jika dalam tubuh mahasiswa sendiri belum solid tapi sudah berkeinginan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik. Bangsa bukanlah hanya segelintir orang, tapi bangsa adalah terdiri dari banyak orang dengan beragam kondisi sosial dan budaya. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan mahasiswa adalah membenahi kondisi internal dalam dirinya, menyolidkan barisan, menyamakan visi, misi dan idealisme, serta menghimpun kekuatan. Baru setelah itu mereka dapat membuat impian untuk menjadikan bangsa menuju kehidupan yang lebih baik dan mewujudkannya dalam sebuah realita.

Pesan saya sebagai penyandang predikat Maha-Siswa juga kepada seluruh  teman-teman  Maha-Siswa untuk meluruskan niat awal kita berpijak di dunia perkuliahan yang hal itu adalah amanah dari orang tua, saudara, bahkan  seluruh rakyat indonesia yang harus kita tanggung dan jawab dalam segala problematika urgen di sekiling kita agar peka untuk berkontribusi memberikan solusi. Kurangilanh sikap apatis kita terhadap keadaan sekitar kita yang sebenarnya membutuhkan sentuhan dan perhatian kita. Mulailah dengan senantiasa perbaiki diri pribadi. Jangan malas untuk sedikit meluangkan waktu setiap hari untuk berintropeksi diri dan rangkum serta persiapkan sejuta rencana baik untuk ke depan yang lebih baik.

Jangan menyontek lagi kalau sedang ujian yah teman-teman , ingat kalian sudah muai dewasa dan saat nya untuk mempertebal iman dan tebar manfaat yang memesona untuk orang disekitar kalian dan tak lupa hal yang sangat urgen “ persiapkan diri dengan sejuta ide cemerang berlapis akhlak mulia untuk kemajuan bangsa indonesia”.

“Hidup mahasiswa! Adalah jargon sakral yang harus kalian benahi!

Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award  di Universitas Negeri Semarang.

Tulisan ini adalah karya say sendiri dan bukan jiplakan”

 

Skip to toolbar