“Belajar dan petiklah ilmunya dari apa yang dilihat, di dengar, dan di rasa ~MOTISAKTI~. Beriring kaki melangkah menyusuri jalan menuju impian. Ternyata ta’ semulus yang dikira. Banyak sekali duri-duri api yang nyaris patahkan semngatku tuk terus berjalan menuju Rumah Ilmu.

Saat ini sudah kurang lebih 2 bulan aku berdomisili di kota semarang ,tepatnya di gunung pati, kelurahan sekaran. Alhamdulillah atas izin Allah , memberikan kesempatan aku untuk belajar di kampus pendidikan (UNNES). Walau tak pernah terfikir sebelumnya, berambisi di UNPAD ternyata bukan pilihan yang baik menurut Allah.  Perjuangan tuk bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi yang cukup membuat fisik dan batin tegang melemah. Hasratku tuk menuntut ilmu tidak hanya sebatas  kapal yang tergerak arah aliran air. Tertatih di setiap keadaan gelisah dan bimbang. Kebimbangan karena berjuta-juta angan-angan yang belum terwujud kepastianya. Aku tidak mencari-cari kerja sebagaimana teman-temanku mengisi waktu luangnya usai ujian nasional . sedikit keinginan memang ada tapi hati dan pikiranku tak berkerah. Entah apa yang sedang aku rencanakan pun sedikitpun belum terlihat kejelasannya. Semu dan abu planning ku ke depan. Sungguh bingung berkelana temani hari-hariku saat itu.

Namun pada akhirnya ku putuskan tuk melakukan apa yang aku inginkan dan terasa nyaman tanpa beban. Aku acuhkan segala kebisingan yang mencuat-cuat di luar sana. Mulai dari orang tua yang mnuntuku dan tanpa lelah menyuruhku untuk bekerja. Karena mereka pesimis bahwa aku bisa melanjutkan pendidikan yaitu kuliah. Kalimat-kalimat yang seringkali air mata tergelincir dipipiku terus mereka bisikan di telingaku. Namun sedikitpun kepedulianku akan hal itu membuatku untuk bersinggah ke sebuah pesantren. Pesantren dimana aku dikenalkan dengan orang-orang hebat dan bijaksana disana. Gus Hasan, Pak munir, ibu Umi dan rekan-rekan seperjuangan tholabul ‘ilmi di karantina pondok pesantren mbalong el-firdaus tambaksari ,cilacap. Disana aku mencoba lupakan sejenak tuntuntan untuk bekerja mencari uang. Terbisik dibenaku “ aku lulus SMA , masa harus kerja sebatas jadi seorang pelayan toko?’. Sifat egois dan tinggi hati pun terlintas sapa debu –debu yang bertaburan di sela pikiranku dan benaku.

Di karantina ponpes itu seketika aku menceritakan permasalahanku dengan orang tuaku kepada ibu umi serambi lincirkan air kesedihan ku dengan pembicaraan yang terbata-bata. Tak kusangka respon beliau sergap dan ketuk hati resume penyesalan yang sangat dalam, sehingga aku tak sanggup melanjutkan unek-unek yang ingin sekali aku ceritakan kepadanya. Beliau berkata “jeni, ingat restu seorang ibu itulah restu Allah, kembalilah ke rumahmu monta maaf dan berbicaralah yang baik dan santun kepada mereka, berilah penjelasan yang santun kepada mereka, insya Allah mereka akan mengerti keinginanmu, ibu umi bukan siapa-siapa jen, ibu hanya bisa transfer ilmu tapi masalah restu yang paling berpengaruh itu dari ibumu,,,” . perlahan air mata menetes basahi mukena yang belum sempat aku lepas usai mengaji.

Malam itu ,malam segala raga dan jiwaku menangis. Kian larut malam akupun tertidur. Keesokan harinya aku bersegara untuk pulang ke rumah, dan segera aku ingin meminta maaf kepada ibuku, rasa menggebu-nggebu ingin bertemu dengan beliu pun membuatku lupa pamitan pulang dengan teman-teman santri ponpes . yah sudahlah!

Tertiba di rumah ibu sedang menyapu halaman, dan selebihnya aku terus bercerita dan mohon maaf , serta menjelaskan keingan ku untuk kuliah dengan beasiswa. Restu tersurat belum jua nampak dari beliau. Mungkin beliau butuh bukti bukan sekedar janji dan perkataan anak yang masih sedikit makan garam.

Akhirnya aku putuskan mendaftar sbmptn dan segala persyaratan ujian pun aku laksanakan meski harus  bolak balik sidareja-purwekerto . Sampai berkorban Nb kesayanganku hilang di lahap sang pencopet. Sudahlah ,mungkin bukan rejekiku!

Satu bulan kemudian, pengumuman sbmptn. Alhamdulillah lolos , walau pilihan ke 2 yaitu pendidikan luar sekolah. Selang beberapa hari , pengumuman um-ptkin pun Alhamdulillah aku lolos juga, sama pilihan ke-2 pula. Ada apa dengan no.2 ?hehe,, sudah tak perlu banyak pembahasan . lagi-lagi bimbang dua-duanya lolos. Segera aku putuskan akhirnya aku mencoba mengurus ke-2nya. Di UNNES ada bidikmisi , di IAIN Purwekerto pun ada tapi persyaratannya cukup berat. Alihkan fokus pada UNNES. Akhirnya segala persyaratan bidikmisi dari UNNES aku segera lengkapi, dan survey dari pihak UNNES telah dilalui. Pada waktu pengumuman Alhamdulillah LOLOS. Betapa senangnya aku dan ibuku pada waktu itu. Semua kebimbangan dan kegelisahan seakan terobati.

Aku  sedikit bercerita saja di kesempatan ini.

Kemudian lekas aku hijrah ke semarang menuju kampus Konservasi, yang sebelumnya sebenarnya aku belum tahu sebutan itu.Tawakalku ternyata menjawab semua keinginanku, aku mendapat tempat kost yang sebelumnnya tak pernah terfikir juga, bukan kost biasa melainkan kost yang luar biasa. Di dalamnya aku dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki asa dan impian yang hampir sama denganku. Betapa lega dan bahagianya aku saat itu. Akhirnya aku bisa melanjutkan target yang belum jua tercapai sampai saat ini, menghafal Al-qur’an. Namun berjuta bahkan bermiliyaran kejutan dari Allah terkuak tanpa disangka dan terfikirkan sebelumnya. Di dalam kost itu banyak pelajaran hidup berharga yang membuatku tahu arti pentingnya, berkomunikasi , berbagi, berempati, dan berukhuwah islam yang sesungguhnya. Ihwah Rasul atau kerap di sebut kost IR. Itulah karantina selama aku di semarang. Memang ini bukan pondok pesantren yang biasa aku ketahui, disini diajarkan bagaimana kitaa saling mengingtkan satu dengan yang lain dalam berbagai hal, seperti ketika sholat pasti diajak tuk semuanya berjama’ah dan banyak hal lain yang ta’ sempat aku sebutkan saat ini. Bergerak untuk merasakan dahsyatnya berjalan kaki, dengan nuansa banyak berangan-angan di sepanjang jalan.:-D, jadinya banyak waktuku yang digunakan tuk berfantasi, sekalipun sering berfantasi yang tak logis dan kurang produktif, 😀 tapi itulah warna kehidupan , yang menjadikan kita lebih mentafakuri segala ciptaan sang Maha Pencipta. Jarak kost dengan kampus ,FIP khususnya yang tak dekat alias cukup jauh, terkadang keluh-keluhan tak mutu kerap lemahkan kaki dan fisiku tuk menyapa hangat ilmu yang senantiasa melambai-lambaikan keistimewaanya, namun kelemahanku akan befikir dan bersyukur hanguskan kesempatan baik itu. Lagi-lagi penyesalan sergap egoku. Sungguh Allah maha pengasih dan Penyayang , dititik iman yang mulai melemah , Allah hadirkan peringatan-peringatan dan hidayahNya.

Sehingga pada akhirnya terselip asa yang utama dari sekian list rencana hidupku….:

“selalu berusaha untuk memperbaiki diri, dengan senantiasa memperbaiki ibadah, menciptakan banyak karya, dan senantiasa berusaha menebar insiprasi dan manfaat untuk orang banyak terutama untu orang disekitarku. Dan tak lupa segala apa yang aku lakukan juga merupakan pengabdianku terhadap ibu(Ngadirah), nenek(Marsem), kakek(Santarman alm.),ayah(m.rizwan), adiku (eko purwanto),dan saudara-saudaraku, guru-guruku, dosen-dosen ku, dan teman-temanku serta tak lupa kampus UNNES tercinta…:-)” #FASTABIQUL KHOIROT..

~part of my life trip~

“Tulisan ini di buat untuk mengikuti ajang bidikmisi blog award universitas negeri semarang. Tulisan ini karya sendiri bukan jiplakan.”