Masalah Penelitian 2 (Research Gap)

May 25th, 2017 by Kemal Budi Mulyono Leave a reply »

Narasi dalam masalah penelitian 2 ini adalah kelanjutan dari artikel masalah penelitian 1 yang membahas fenomena. Dalam masalah penelitian 2 ini, akan dibahas tentang celah penelitian atau research gap. Celah penelitian kebanyakan hanya dimaknai adanya celah dalam penelitian terdahulu yang dapat kita teliti, pada. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa celah penelitian selalu ditunjukkan dengan adanya kontradiksi antara penelitian (co : penelitian si A menunjukkan ada pengaruh positif dan siginfikan antara X terhadap Y tetapi penelitian si B menunjukkan bahwa X tidak signfikan mempengaruhi X terhadap Y). Tetapi yang namanya celah penelitian tidak selalu ditandai dengan adanya kontradiksi hasil penelitian. Ferdinand (2016) menjelaskan bahwa yang namanya celah penelitian dapat bercirikan sebagai berikut :

  1. Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empiris

Dalam ciri yang pertama ini, celah penelitian muncul karena dalam sebuah teori tatanan konseptualnya sangat mapan, tetapi pada bagian konsep tertentu belum ada yang coba untuk mengujinya secara empiris. Hal ini tentunya membutuhkan telaah literatur dan riset yang sangat banyak dan mendalam, sehingga celah penelitian model ini bisa ditemukan. Contoh dalam Knowledge Based Theory didalamnya ada Knowledge Management Process Cycle (KMPC). Knowledge Process sebelumnya Davenport dan Prusak (2000) menemukan ada 3 proses knowledge proses management yaitu generate, codify/coordinate, transfer, tetapi oleh Ward dan Aurum’s  (2004) dibagi menjadi 7 proses (create, acquire, identify, adapt, organize, distribute, apply). Nah terrnyata 3 proses manajemen pengetahuan dari Davenport konsep generate belum dibuktikan secara empiris, serta dan Ward juga konsep Apply of Knowledge juga belum dibuktikan secara empiris. Dari hal tersebut, bisa dijadikan sebagai dasar penelitian. Selain dari konteks tersebut bisa juga yang semula bahwa konsep Knowledge management dalam ranah bisnis, bagaimana ketika fenomena tersebut di dunia pendidikan?.

  1. Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab atau hipotesis yg belum berhasil dibuktikan

Ciri yang kedua ini, celah penelitian muncul karena banyak dari temuan penelitian yang membuktikan bahwa hipotesis yang dibangun dari suatu teori tersebut cenderung tidak signifikan. Misal suatu contoh Teori yang menyatakan bahwa Investasi berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi sudah tidak mungkin lagi disangsikan. Karena dalam teori pun Investasi penentu dari PDB. EA (Expenditure Agregat)= C + I + G + Xn , adalah teori yang sangat mapan (Keynes, Samoelson, Mundel & Flemming). Tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa investasi yang syariah terutama reksadana syariah banyak sekali gagal menjelaskan EA. Banyak penelititan yang menunjukaan bahwa reksadana syariah tidak berpengaruh secara positf dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tentunya hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut apakah dari sudut metode penelitiannya, baik dari sample, alat analisis, dll.

  1. Temuan penelitian yang kontroversial terhadap penelitian sejenis lainnya

Kategori jenis celah penelitian yang ketiga ini, sering sekali dan di banyak penelitian menggunakan kategori ini sebagai celah penelitian. Celah ini ditemukan ketika terjadi hasil penelitian yang berbeda antara penelitian satu dengan penelitian lainnya terhadap konsep dan proposisi yang sama. Sebagai contoh penelitian si A menemukan bahwa X berpengaruh signfikan terhadap Y, namun si B menemukan bahwa X tidak berpengaruh terhadap Y. Atau bisa juga penelitian si A mengatakan bahwa X berpengaruh positif terhadap Y namun penelitian si B mengatakan bahwa X berpengaruh negatif terhadap Y, maka disitulah terjadi celah penelitian. Celah penelitian model ketiga ini nampaknya sangat popular dan sangat  banyak digunakan oleh sebagian besar peneliti, dalam suatu penelitian. Namun bukan berarti celah penelitian yang paling tepat adalah model ketiga. Semua model adalah tepat, namun mungkin khasanah metodologi kita yang belum luas, jadi yang digunakan seringnya adalah model yang ketiga.

  1. Hasil penelitian yang menyisakan kelemahan

Model celah penelitian yang keempat ini, sebenarnya adalah bisa jadi kelanjutan dari celah penelitian yang ketiga, pertama ataupun kedua, yang ditemukan dalam saran untuk penelitian yang akan datang, atau dalam keterbatasan penelitian. Biasanya dari beberapa penelitian terdahulu selalu menulis keterbatasan penelitian ataupun saran penelitian yang akan datang. Namun hal tersebut kadang-kadang tidak menjadi fokus dalam penelitian selanjutnya, mungkin hal tersebut kurang menarik, ataupun memang tidak tahu bahwa hal ini juga termasuk dari kategori celah penelitian yang dapat kita gunakan.

Solusi Research Gap

Untuk Tradisi Saintifik (pendekatan kuantitatif)

Berdasarkan beberapa kategori celah penelitian yang diuraikan tersebut. Terdapat rancangan pemecahan masalahnya. Ferdinand (2016) menyarankan bahwa terdapat 3 rancangan celah penelitian yaitu mediasi, moderasi dan a-aksen. Namun, menurut penulis rancangan celah penelitian seperti itu hanya tepat digunakan untuk celah penelitian kategori 3, dan 4. Untuk kategori celah penelitian 1 fokusnya adalah variabel yang belum pernah diuji, sehingga tidak perlu menggunakan ketiga rancangan pemecahan celah penelitian tersebut. Sementara untuk kategori celah penelitian 2 fokusnya adalah hipotesis yang dibangun gagal. Hal ini tentunya belum tentu serta merta teori gagal menjelaskan fenomena. Namun bisa jadi ada beberapa hal yang belum diperhatikan seperti :

  1. Dalam merumuskan proposisi kurang hati-hati. Hal ini harus dipahami dalam merumuskan proposisi teori haruslah benar-benar kuat. Dan setiap variabel (karena konteks ini adalah penelitian kuantitatif) harus benar-benar merupakan turunan dari teori.
  2. Dari metode penelitian baik dari perumusan definisi operasional, indikator operasional, sampel, metode pengumpulan data, analisis data mungkin perlu ditinjau ulang, apakah memang bisa diterapkan.

Oleh karena itu untuk pemecahan pada celah penelitian ke 2 maka solusinya adalah dengan meninnjau ulang teori dan beberapa riset terdahulu untuk merumuskan hipotesis ataupun mengujinya secara tepat.

Untuk Tradisi Naturalis (pendekatan kualitatif)

Permasalahan dari kategori celah penelitian satu sampai dengan celah penelitian keempat dapat diselesaikan dengan desain riset yang berbeda. Dalam tradisi kualitatif penelitian yang efektif apabila penelitian tersebut dilakukan secara mendalam dan keterlibatan dari peneliti dalam membangun rapport, tidak dapat dielakkan lagi. Sensitivitas peneliti, merupakan instrumen penelitian yang lebih baik daripada instrumen non peneliti. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa antara masing-masing desain berbeda kualitasnya. Antara studi kasus dengan ethnoomologi tidak bisa diperbandingkan. Karena keduanya adalah desain. Oleh karena itu yang menentukan adalah kedalaman dari penelitiannya sehingga dapat menemukan teori yang membumi (Grounded Theory)

 

Bersambung………..

Advertisement

Leave a Reply

Skip to toolbar