Studi kasus Relasi Pedagang Etnis Cina, Arab dan Jawa di Pekalongan

November 22, 2015

     batik-pekalongan

   Dari sekian banyak jenis jenis batik di Indonesia, Batik Pekalongan merupakan salah satu motif batik khas Indonesia yang disukai masyarakat dunia. Batik adalah kain bermotif yang memiliki nilai historis dan filosofis. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki corak batik dengan ciri khas motif dan nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Dari hal tersebut maka batik menjadi komoditi utama bagi warga kota pekalongan. Hal ini juga berdampak pada bagaimana kegiatan ekonomi yang di ambil oleh para pengusaha batik di pekalongan. Pengusaha tersebut berusaha mewududkan relasi yang meluas agar produksi batik dapat berkembang dan mendapati minat para pelanggan. Dari terciptanya relasi, pengusaha batik tersebut juga memunculkan trust antar masing masing relasinya. Trust adalah karakteristik individu, sehingga bisa dikatakan bahwa trust adalah variabel kepribadian, yang menempatkan karakter-karakter individu seperti perasaan, emosi dan nilai-nilai keyakinan. Intinya, pada level individu, seseorang dipercaya untuk melakukan sesuatu berdasarkan pada apa yangdiketahui kemampuan dan reputasi orang tersebut, juga apakah individu tersebut memiliki kemauan, kebaikan kejujuran dan integritas atau tidak. Membahas trust pada level individu sejalan dengan pendekatan disposisi dalam memahami proses pengembangan trust, yaitu:

  • Seseorang tidak selalu bisa mempercayai setiap orang.
  • Trust bukanlah persoalan yang global artinya ketika seseorang dipercayai, tidak semua aspek kehidupannya bisa dipercaya, meskipun tingkat kepercayaan kepada orang tersebut tinggi.
  • Trust selalu konsisten dengan segala situasi.

        Perubahan pada keadaan akan mempengaruhi perihal kepercayaan pada hubungan relasional dan trust yang telah terbangun juga bisa hilang Pada level individu, trust mengekspresikan keseluruhan keyakinan, baik yang bersumber pada ajaran agama maupun kesukuan mereka. Begitulah trust muncul dalam kegiatan ekonomi yang dimana masyarakat pekalongan memiliki keberagaman etnis, seperti etnis Cina, Arab, Jawa. Kegiatan ekonomi orang Jawa yang mereka lakukan hampir selalu terkait dengan prinsip hidupnya. Kehidupan perdagangan pun akan berhubungan dengan watak adan aspek sosial Jawa yang khas. Karena itu, konsep cucuk, pekoleh, ngirit, gemi, guthuk, lumayan, petung, blaba, boros dan sebagainya sangat lekat di hati orang Jawa. Mereka mengenal konsep tuna satak bathi sanak, artinya rugi uang sedikit tak apa-apa, tetapi untung mendapatkan teman atau saudara. Praktek dari filosofi ini nampak ketika para informan hendak menjalin kerja sama dengan orang lain, maka mereka selalu mempertimbangkan dan selalu mengupayakan agar usaha mereka tidak merugi, dengan istilah mereka cucuk atau sepadan, maksudnya sepadan antara kerja dan keuntungan yang mereka dapatkan. Sedangkan untuk pedagang beretnis Arab, seperti dalam mereka sangat ulet dan tabah. Hal ini bisa saja karena secara geografi nenek moyang mereka telah dikondisikan oleh gurun pasir yang tidak ramah serta kurangnya sumber daya alam, mereka secara historis terkondisikan untuk menjalani kehidupan yang sangat keras. Wajarlah pedagang etnis Arab telah mampu menjalin hubungan bisnis dalam kurun waktu cukup lama yaitu >15 tahun hingga kini memiliki butik batik besar dan beberapa toko batik lainnya. Pada pengusaha beretnis Cina, secara individu telah memperlihatkan penerapan filosofi yang mereka yakini seperti rasa keadilan (yi) dan rasa kemanusiaan (jen). Bagi mereka menjaga kepercayaan adalah hal yang mutlak harus dilakukan karena secara moral hal tersebut memang benar untuk dikerjakan. Inilah yang dimaksud sebagai filosofi tenggang rasa. Di samping itu semua, trust sangat penting dan diperlukan padahubungan kerja sama, sebab mereka menyadari sepenuhnyabahwa bisnis batik memiliki resiko seperti umumnya sebuahbisnis. Sehingga mereka berusaha untuk meminimalisir resiko tersebut dengan berusaha menjaga kepercayaan.

Dapat kita simpulkan secara lebih rincinya bagaimana relasi antar etnis di pekalongan mengenai tindakan ekonominya adalah Bahwa proses trust building pada pengusaha batik ketiga etnis yaitu Jawa,  Arab dan etnis Cina terinspirasi oleh filosofi hidup yang berasal dari etnis mereka masing-masing. Di samping nelayan, orang Jawa pesisiran termasuk Pekalongan juga bekerja sebagai pengrajin, batik khususnya. Mereka memiliki Falsafah hidup madya yang tercermin pada filosofi hidup di antaranya ngono ya ngono ning aja ngono, melok nanging aja nyolok , bener ning ora pener, sing bisa prihatin sajroning bungah, sing bisa bungah sajroning prihatin, yen krasa enak uwisana, yen krasa ora enak terusana , aja bungah ing pengalem, aja susah ing panacad atau aja mongkong ing pambombong, aja kendho ing panyendhu, tega larane ora tego patine. Para pedagang etnis Jawa telah mempraktekkannya meski tidak secara keseluruhan. Filosofi pengusaha batik etnis Arab yang tinggal di kota Pekalongan dapat dipahami melalui watak yang keras. Keuletan dan ketabahan adalah keistimewaan mereka. Dari watak dasar bangsa Arab yang tinggal di Kota Mekah maka dapat diketahui bahwa etos dagang mereka adalah: ulet dan tabah, dan aktif mencari upaya atau peluang bisnis. Etnis Cina memiliki filosofi hidup, yaitu: rasa keadilan (yi ) dan rasa kemanusiaan (jen ), di mana rasa keadilan (Yi) artinya situasi yang seharusnya terjadi. Dari filosofi hidup tersebut, pengusaha etnis Cina mempunyai etos dagang yaitu: sederhana, pekerja keras dan cerdas, fleksibel, tahan banting, dan berani mengambil resiko. Dari hasil analisa data, antara ketiga etnis tersebut, memilikipandangan yang sama terkait dengan kedudukan “trust” bagi hubungan bisnis. Bagi mereka trust adalah syarat utama agar bisnis bisa berlangsung lama dan saling menguntungkan. Adanya trust atau kepercayaan ini menunjukkan bahwa para informan menjalankan bisnis bukan hanya orientasi keuntungan materi , tetapi juga keuntungan non materi Dan melalui filosofi hidup yang kemudian tercermin pada etos kerjanya, para informan senantiasa menjaga trust agar kerja sama tetap berlanjut lebih lama.

4 Responses to “Studi kasus Relasi Pedagang Etnis Cina, Arab dan Jawa di Pekalongan”

  1. pembahasan yang sangat deskriptif, terima kasih atas infonya mas

  2. lebih baik dikasih read morenya

  3. Sangat menarik

  4. Read more nya kakak

Leave a Reply




Lewat ke baris perkakas