Skip to content


Materi Antropologi SMA Kelas XI: Persamaan & Perbedaan Budaya, Bahasa, Dialek, Tradisi Lisan yang ada di Masyarakat Setempat

Materi ini diajarkan kepada siswa agar mampu memahami antropologi sebagai pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam melakukan eksplorasi tentang  persamaan dan perbedaan  budaya, bahasa, dialek, tradisi lisan yang ada di masyarakat setempat. Serta peserta didik diharapkan mampu merefleksi dan memberikan kesimpulan tentang persamaan dan perbedaan  budaya, bahasa,  dialek, tradisi lisan yang ada di masyarakat setempat.

Keberagaman kebudayaan dalam masyarakat menjadikan Indonesia menjadi suatu negara yang unik dan kaya akan budaya. Dalam kehidupannya manusia menggunakan suatu bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Hampir disetiap daerah memiliki bahasa masing-masing. Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki cirri khas bahasa, dan dialeknya. Bahkan untuk masyarakat juga memiliki tradisi lisan. Tradisi lisan digunakan untuk dapat melanggengkan kebudayaannya. Dengan adanya perbedaan bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang bisa dijadikan sarana belajar dan menghargai antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya di Indonesia. Dengan adanya bahasa kita juga dapat mengetahui perbedaan kondisi sosial budaya di suatu masyarakat.

Deskripsi terkait Dialek dan Tradisi Lisan adalah, sebagai berikut:

Dialek dapat diartikan sebagai karagaman cara pengucapan atau gaya penggunaan bahasa. Setiap orang mempunyai cara pengucapan yang berbeda walaupun dari daerah yang sama. Walaupun artinya sama, tapi kemungkinan besar ada yang pengucapannya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dialek setiap daerah berbeda-beda dengan daerah lainnya.

Tradisi lisan adalah cerita lisan tentang suatu tempat atau tokoh yang dibuat teks kisahan dalam berbagai bentuk, seperti syair, prosa, lirik, syair bebas, dan nyanyian. Setiap daerah mempunyai cerita rakyat serta lagu daerah yang berbeda-beda. Walaupun ada daerah yang mempunyai bahasa dan dialek yang sama tetapi tradisi lisan daerah tersebut berbeda.

Persamaan antara bahasa, dialek, dan tradisi biasanya disebabkan oleh letak geografi yang berdekatan, yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang sering antara penutur-penutur dialek itu. Berbicara tentang persamaan dam perbedaan bahasa dan dialek di suatu daerah dapat diambil contoh seperti bahasa Jawa. Bahasa Jawa sesuai dengan keadaan geofisik Pulau Jawa, maka kita dapat membedakan beberapa subdaerah linguistik yang masing-masing mengembangkan dialek-dialek bahasa Jawa yang perbedaannya antara yang satu dengan lain terlihat jelas sekali.

Pada bagian barat Jawa terdapat daerah aliran Sungai Serayu yang berasal dari kompleks Pegunungan Dieng, Sindoro, Sumbing, yang mengalir ke arah barat daya sebelum akhirnya bermuara di Samudra Hindia di sebelah selatan Pulau Jawa. Orang-orang Jawa yang tinggal di daerah aliran sungai ini mengucapkan suatu dialek Banyumas yang khas, di mana vokal bawah belakang dalam bahasa Jawa umum diucapkan sebagai vokal bawah tengah yang sering kali diakhiri dengan pita suara tutup pada akhir kata.

Pada daerah aliran Sungai Opak, Praga, dan hulu Sungai Bengawan Solo, di tengah-tengah komplek Gunung Merapi-Merbabu-Lawu, dipergunakan dialek Jawa Tengah Solo-Jogja. Daerah ini juga merupakan daerah pusat kebudayaan Jawa – Keraton yang dianggap sebagai daerah sumber dari nilai-nilai dan norma-norma Jawa. Dengan demikian, dialek Solo – Jogja juga dianggap sebagai “bahasa Jawa yang beradab”. Dalam dialek ini penggunaan bahasa Jawa dengan sistem kesembilan gaya bertingkat itu benar-benar sudah berkembang mencapai kerumitan yang luar biasa.

Pada sebelah utara daerah ini terdapat dialek Jawa pesisir yang dipergunakan di kota-kota daerah pantai utara. Dialek ini tidak jauh berbeda dari dialek Solo-Jogja. Bagian barat daerah subkebudayaan pesisir sangat dipengaruhikebudayaan dan bahasa Sunda yang tampak pada dialek Cirebon, Indramayu, Tegal, dan daerah-daerah sekitarnya.

Pada bagian timur daerah subkebudayaan Jawa Tengah adalah Sungai Brantas yang juga melingkupi daerah-daerah sekitar Madiun dan Kediri di bagian baratnya, dan Kota Malang, Lumajang, dan Jember di bagian timurnya. Logat yang diucapkan di daerah itu sangat dipengaruhi oleh dialek Solo-Jogja dan bahkan mirip sekali, kecuali yang dipakai di delta Sungai Brantas, khususnya Kota Surabaya yang memiliki dialek yang sangat khas pula. Bahasa Jawa yang dipakai di daerah pantai Jawa Timur sangat banyak terpengaruh bahasa Madura, yaitu suatu bahasa yang sama sekali berbeda dengan bahasa Jawa. Adapun bahasa yang dipergunakan di ujung timur Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi dan Blambangan banyak dipengaruhi oleh bahasa Bali.

Pada bagian barat Pulau Jawa, yaitu di sebelah barat daerah kebudayaan Sunda, terdapat daerah Banten yang menggunakan suatu logat bahasa Jawa yang khas. Daerahnya mencakup daerah sebelah barat Kota Jakarta hingga Kota Merak, dan ke arah selatan berbatasan dengan Kota Bangka Belitung dan Pandeglang. Penduduk di daerah ini berbicara dua bahasa (bilingual), yaitu bahasa Jawa, Banten dan Bahasa Sunda, tetapi di Kota Serang, yang merupakan ibu kota daerah itu, terutama memakai bahasa Sunda.

Persamaan antara bahasa, dialek, tradisi lisan terletak pada keunikan dari masing masing keudayaan. Tidak ada salah satu budaya yang paling baik atau paling buruk, semua sama. Bahwa semua itu merupakan warisan dari leluhur pada susatu tempat. Bahasa, dialek, dan tradisi lisan digunakan untuk menyambung komunikasi dengan masyarakat lain. Selain itu juga sama-sama mendapatkan pengaruh dari budaya lain. Biasanya terdapat kata yang sama dalam bahasa antara daerah satu dengan daerah lainnya tetapi mempunyai makna yang berbeda. Bahasa, dialek, dan tradisi lisan tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sehari-harinya. Oleh karena itu, ketiganya sama-sama penting di semua daerah.

Perbedaan bahasa, dialek, tradisi lisan terletak pada kondisi geografis atau lingkungan yang mampu mempengaruhi hasil kebudayaan sebagai adaptasi dari lingkungan alam dan juga sosial. Setiap daerah mempunyai kondisi geografis yang berbeda yang menyebabkan munculnya bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang berbeda. Misalnya, pada daerah pegunungan masyarakat cenderung mempunyai sifat yang lembut sesuai kondisi lingkungannya. Dengan kondisi tersebut, menyebabkan seseorang mempunyai gaya bahasa dan dialek lebih halus dalam berbicara. Sedangkan pada daerah pesisir masyarakat cenderung mempunyai sifat yang keras sesuai dengan kondisi lingkungannya. Sehingga menyebabkan seseorang mempunyai gaya bahasa dan dialek lebih keras dalam berbicara. Contoh lainnya, misalnya saja pada masyarakat Minang yang baru awal tinggal di Jawa, yang secara budaya berbeda pasti akan mengalami adaptasi budaya dengan lingkungan disekitarnya. Hal inilah yang membuktikan bahwa setiap kebudayaan memang berbeda-beda dan butuh adaptasi untuk mampu sesuai dengan lingkungan (bahasa, dialek, dan tradisi lisan). Tradisi lisan setiap daerah pun mempunyai perbedaan karena cerita rakyat atau legenda berasal dari daerah masing-masing yang memperlihatkan kekhasannya. Harapannya walaupun setiap daerah mempunyai bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang berbeda tetapi tidak menurunkan tingkat solidaritas antar sesama masyarakat.

Sumber:
Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu ANtropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Indriyawati, Emmy. 2009. Antropologi Untuk Kelas XI SMA dan MA.Jakarta: Pusat Perbukuan.

Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk SMA dan MA Program Bahasa Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 193.

Nur Indah Ariyani.2013. Strategi Adaptasi Orang Minang Terhadap Bahasa, Makanan, dan Norma Masyarakat Jawa. Jurnal Komunitas 5 (1) (2013) : 26-37

https://blog.unnes.ac.id/annisamedika/2015/12/17/materi-antropologi-kelas-xi-persamaan-dan-perbedaan-budaya-bahasa-dialek-tradisi-lisan-yang-ada-di-masyarakat-setempat/ (diakses pada 18-12-2015 pukul 17:17)

Posted in Antropologi SMA, Pendidikan.


0 Responses

Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.



Some HTML is OK

or, reply to this post via trackback.