RSS

Museum Klaster Ngebung

Wisata Sragen Museum Klaster Ngebung

Pembuatan blog ini merupakan merupakan salah satu  langkah saya dalam mempromosikan potensi wisata Museum Klaster Ngebung, yang berlokasi di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.

Hai guys………, kali ini saya akan membahas wisata di daerah Sragen. Berbicara mengenai tempat wisata, Sragen adalah sebuah kota kabupaten dengan berjuta pesona wisata dan kuliner  yang menarik. Wisata Sragen yang selama ini dikenal adalah Waduk Kedung Ombo, Gunung Kemukus, serta Museum Sangiran. Berbicara mengenai museum, Sragen tidak hanya memiliki Museum Sangiran. Tahukah kalian bahwa Sangiran memiliki 4 klaster. Klaster tersebut yakni, Klaster Krikilan, Klaster Manyarejo, Klaster Bukuran Dan Klaster Ngebung. Dari keempat klaster tersebut kita akan membahas Klaster Ngebung yang merupakan lokasi penggalian fosil yang signifikan di daerah Sangiran. Museum Klaster Ngebung  berlokasi di Desa Ngebung,  Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Jika kalian dari Solo kalian bisa mengambil jalur via Solo-Purwodadi, tepatnya di utara pom bensin Kalijambe terdapat perempatan dengan gapura bertuliskan Sangiran. Di perempatan tersebut belok kanan sejauh +2 km. Kemudian kalian  akan menemukan jalur bercabang, lalu ambil arah kiri (kalian akan menemukan Menara Pandang). Ikuti petunjuk arah yang ada.

Ketika memasuki area Museum Ngebung, kita akan melihat pemandangan berupa hamparan sawah dengan pemandangan hutan jati yang masih alami. Suasana di dalam museum tersasa sangat sejuk. Bagi kalian yang suka mengabadikan momen bersama keluarga, sahabat, dan pasangan, museum ini tidak kalah dijadikan sebagai spot foto yang hitz  dan keren.

Langsung saja kita bahas Museum Ngebung.

Museum Ngebung Merupakan “bengkel” Sangiran. Tahukah kalian kenapa dinamakan “bengkel Sangiran”? hal itu dikarenakan di Desa Ngebung banyak ditemkan fosil peralatan yang digunakan manusia purba. Di desa ini ditemukan beberapa bukti bahwa manusia Jawa telah mampu membuat alat batu. Temuan alat batu pertama di Ngebung adalah serpih dari bahan kalsedon dan jasper, yang ditemukan tahun 1934 oleh G.H.R. Von Koeningswald. Berikutnya R.P Doejono menemukan kapak penetak (Chopper) dalam eskavasi tahun 1979. Penelitian tahun 1989-1994 oleh tim Indonesia-Prancis menemukan kapak pembelah (Cleaver), kapak penetak, batu pukul (Percuator), dan bola andesit (stone ball).

Desa Ngebung dikenal sebagai ladang penelitian manusia purba. Di desa ini ditemukan     juga fosil binatang, artefak, dan sisa-sisa kehidupan manusia. Klaster Ngebug memiliki  nilai sejarah yang signifikan, karena disanalah lokasi pertama kali dilakukan penggalian secara sistematis dengan hasil yang menakjubkan. Hasil penemuan itu disimpan dalam tiga ruang pamer di dalam museum Klaster Ngebung.

  Ruang pamer (display) pertama menggambarkan bagaimana penemuan fosil serta penggalian di Desa Ngebung. Di dini kalian dapat melihat bagaimana proses penggalian fosil. Kita dapat melihat banyak pekerja yang dilibatkan baik itu ahli maupun masyarakat setempat.

Ruang pamer (display) kedua terdapat beberapa lukisan penemu situs manusia purba dan potongan-potongan hasil dari penggalian serta bentuk pengobatan ramuan Cina. Ruang pamer (display) ketiga berisikan suasana kelas yang menggambarkan sejarah dari Desa Ngebung sebagai “bengkel” (Flakes Industry). Masih diruangan yang sama namun agak masuk kedalam terdapat kerangka Stegodon atau gajah purba yang ditemukan di Desa Ngebung.

Nah itulah sekilas mengenai destinasi wisata Museum Klaster Ngebung. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari tempat ini. Museum Ngebung buka mulai hari Selasa-Minggu (Jam 08.00-16.00 WIB) khusus hari Jumat istirahat dari 11.30-12.30 WIB. Pengunjung tidak dikenakan biaya apapun.

 

  Museum tampak depan
  Lukisan tokoh beserta penemuannya.
  Suasana ruang kelas ketika para ahli sedang mempelajari sejarah manusia purba.
  Temuan fosil kerangka gajah purba.

Your Comment






Lewat ke baris perkakas