“Bertahan Hidup As Freshman In College”

SEDIHNYA MENJADI ANAK PERANTAUAN

 

Bukan hal yang mudah menjadi seorang perantauan yang  jauh menimba ilmu dari kampung halaman ke kota. Tak beda pula dengan Saya sebagai mahasiswa baru di UNNES. Jujur saya sangat berat hidup sendiri di Semarang, bahwasanya saya sendiri walaupun anak pertama dari keluarga saya dan mempunyai satu adik  laki-laki yang sekarang sedang di kelas 4 Sekolah Dasar, namun saya masih seperti layaknya adik saya, bisa dibilang saya masih seperti anak kecil, karena terkadang dirumah makan saja saya masih disiapkan oleh orang tua, nyuci pakaian pun saya masih si cucikan oleh Ibu. Perantauan ini begitu sulit untuk saya, ditambah  lagi saya merupakan tipe orang yang tidak mudah beradaptasi dilingkugan baru. UNNES bukanlah pilihan pertama saya, karena pada saat itu saya berpikir bahwa di UNNES mungkin dalam tingkat pergaulan hidup lebih baik daripada di Jogja maupun sekitarnya yang terkenal dengan pergaulan yang bebas. Pada pilihan pertama di sbmmptn, saya menempatkan pilihan pertama saya di UNY yaitu dengan prodi pilihan Pendidikan Bahasa Inggris. Bahkan saya mengikuti 2 Ujian Mandiri yang diselenggarakan oleh UGM dan UNY. Saya berharap dapat masuk disalah satunya, karena saya hanya ingin dekat dengan orangtua. Tidak sangka, pada saat pengumuman sbmptn saya diterima di UNNES, bersyukur bisa lolos namun jarak yang jauh pun menganggu saya untuk merasa nyaman disini. Pada faktanya selama 3bulan disini, saya merasa lebih nyaman di luar kelas. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan teman yang beda jurusan dan fakultas. Saya merasa belum ada rasa nyaman dengan teman sekelas sendiri. Ada beberapa faktor yang membuat saya kurang nyaman di kelas, namun hal tersebut kurang bijak apabila harus saya bicarakan di postingan saya kali ini.

Pertama kali nya saya merasa betapa susahnya mencari  makan sendiri, maksud saya bukan mencari makan dalam konteks menghasilkan uang sendiri namun lebih ke bagaimana memanagemen uang tersebut untuk kebutuhan makan dan yang lain-lain. Bagaimana sedih nya ketika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan namun tidak ada teman buat bercerita, saya termasuk anak yang sering bercerita kepada  orang tua, entah itu urusan teman ataupun urusan sekolah. Saya sangat terbuka dengan kedua orangtua tersangat kepada Ibu saya. Walaupun saya termasuk orang yang kurang terbuka kepada teman sendiri, namun saya sangat suka untuk mencari teman.

“Karakter Anak Cerminan Orangtua”

Pada dasarnya perilaku anak dapat bercermin pada orangtua mereka. Anak tidak akan mencontoh jauh-jauh, ia akan mecontoh bagaimana orang terdekatnya entah itu kebiasaan, perilaku ataupun yang lain. Pada hakekatnya apa yang menjadi kebiasaan dari suatu perilaku anak berasal dari bagaimana ia belajar, dimana ia belajar, dengan siapa ia belajar dsb. Perilaku-perilaku anak tersebut terbentuk karena meniru orang yang lebih tua dari pada dia. Hal tersebut seperti contoh anak umur 2 thn yag sedang belajar berbicara, kebiasaan dari orangtua nya yang membiasakan untuk mengajak nya berbicara dan menyebut sapaan “Mama ataupun Papa”, secara otomatis tidak sadar pun lambat laun anak tersebut akan mengucapkan sapaan itu ketika mereka merengek atau merasa lapar dan contoh anak berumur 7 tahun  yang sedang antusias mengimitasi lingkungan sekitar mereka, nah lingkungan sekitar ini lah yang berpengaruh  pada perkembangan anak. Secara langsung orang tua merekalah yang akan menjadi media pertama kali nya untuk mereka mencontoh. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Apa yang anak lakukan merupakan apa yang ia ketahui dan ia lihat setiap hari. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Seperti itu lah kira-kira gambaran tentang perilaku anak merupakan cerminan orang tua. Dan seharusnya kita sebagai anak yang baik maka kita harus menirukan perilaku yang baik dan menjadikan pelajaran pada hal yang tidak baik tersebut. Tidak hanya pada orang tua namun lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu peran orang  tua sangat penting untuk anak agar anak mereka dapat memilih teman sepermainan yang baik bagi anak mereka kedepannya.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

“Berkarakter dan Berakhlak Mulia Wujudkan Indonesia Berbudaya”

 

Saya mengambil judul “Berkarakter dan berakhlak mulia wujudkan Indonesia berbudaya” ini dengan alasan karena anak muda Indonesia sekarang ini cenderung memiliki sifat apatis pada ligkungan sekitar. Indonesia dikenal dimata Internasional sebagai negara yang ramah warga negaranya. Oleh karena itu, ciri khas dari negara tercinta kita ini harus kita junjung dan lestarikan.  Banyak faktor Internal maupun eksternal yang membuat anak muda Indonesia genegerasi penerus bangsa ini menjadi rentan akan dunia global yang sedang menglobalisasi dan di nina bobokan oleh teknologi canggih masa kini. Faktor-faktor tersebut yakni

Faktor Internal faktor intenal bersumber pada diri individu sendiri yang enggan untuk peduli terhadap dirinya sendiri, mereka lebih memilih untuk memanjakan keinginan mereka pada era globalisasi sekarang ini.anak muda sekarang ini masa bodoh dengan apa yang ada di lingkungannya. Contoh kecil dari kasus ini yaitu di sekitar lingkungan kampus unnes masih saja ditemui banyaknya sampah yang berserakan, entah itu plastik ataupun botol aqua hal ini menjadi sesuatu yang mengganjal bagi status kampus unnes yang dikena l sebagai kampus konservasi. Tidak terlepas dari peran mahasiswa nya sendiri, mereka sebagian belum sadar akan lingkungan. Kampus UNNES yang dikenal dengan kampus konservasi yang memiliki pepohohoan-pepohonan rindang disekitar lingkungan kampus dan yang katanya apabila dilihat dari atas kampus UNNES terlihat seperti hutan belantara yang hijau rindang. Dibanding hanya melakukan action kecil seperti membuang sampah pada tempatnya mereka lbih memilih memainkan gadget mereka dan asyik bersosial media. Hal ini bukanlah mencerminkan mahasiswa yang konservasi.

Faktor dari luar yaitu pada lingkungan tempat mereka berbaur dan bergaul. Barangkali merek a salah dalam memilih lingkungan bermain. Faktor teman juga bisa mengakibatkan seseorang berubah kepribadian. Dalam memilih teman pergaulan kita sebaiknya lebih memilih memilih karena saya pernah mendengar bahwa “Teman adalah cerminan dari diri sendiri”. Apabila kita berteman dengan orang yang apatis, maka lambat laun kita akan menjadi bagian daripada orang-orang tersebut.

Dalam menjadi pribadi yang berkarakter pun kita harus ditempat faktor—faktor dari luar maupun dalam. Faktor dari dalam misalnya seperti pada diri sendiri, kita harus bisa membiasakan diri sendiri peduli akan lingkungan sekitar, minimal membuang sampah pada tempatnya, sehingga apabila hal tersebut kita jadikan kebiasaan maka akan membentuk suatu karakter diri kita yang tanpa kita sadari terbentuk karena sebuah kebiasaan tersebut.

Berbudaya, Indonesia berbudaya. Hal ini ada keterkaitannya dengan berkarakter tadi. Apabila seseorang memiliki karakter yang baik, berarti orang tersebut memiliki budaya yang baik. Budaya artinya kebiasaan. Kebiasaan yaitu suatu perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga apabila tidak dilakukan satu kali maka orang tersebut akan merasa ada sesuatu yang mengganjal.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”