post

Bibit Terorisme Itu Ada Dalam Pemuda #2

(Sumber Gambar : https://mmc.tirto.id/image/2016/10/27/TIRTOID-antarafoto-aksi-sumpah-pemuda-271016-yu-3.JPG)

Terorisme sendiri sudah menjadi momok menakutkan di seluruh dunia. Tak main-main, kelompok yang mengedepankan kekerasan mulai mengincar anak-anak muda. Contoh nyata bahwa pemuda mulai menjadi target terorisme adalah dengan ditangkapnya tujuh pemuda yang merupakan teroris binaan Dr. Azhari pada Januari 2011. Atau pada April 2017 kemarin, tujuh orang teroris yang menyerang di Tuban, jawa Timur ternyata didominasi oleh para pemuda bahkan ada yang usianya dibawah 18 Tahun.

Tentu kita kembali bertanya, kenapa anak muda begitu mudahnya terpengaruh terorisme? Professor Rommel Banlaoi, salah satu peneliti asal Filipina menyatakan bahwa pemuda Filipina memilih menjadi teroris karena faktor pendidikan dan ekonomi. Apalagi mereka diiming-imingi sejumlah uang dan kegagahan memegang senjata. Atau mari kita lihat hasil studi dari United States Institute of Peace pada 2010. Hasil studi itu menunjukkan bahwa para pejuang asing (foreign fighter) yang bergabung dalam kelompok al-Qaeda karena alasan pencarian identitas atau jati diri. Mereka yang bergabung ini adalah kalangan mahasiswa, pelajar, maupun remaja yang masih kebingungan dalam mencari jati dirinya.

Apalagi di zaman seperti saat ini, kelompok teroris semakin mudah dalam menyebarkan ajaran dan ajakan untuk bergabung atau seruan berperang (atau yang sering mereka sebut jihad) lewat dunia internet. Menurut Bruce Hoffman, saat ini kelompok teroris telah memiliki beberapa situs sendiri dengan berbagai macam bahasa, berbagai konten, serta beberapa strategi untuk merekrut anggota, melakukan doktrin dan perekrutan, hingga pelatihan secara online.

Kita sebagai pemuda tentu tidak lepas dari potensi bergabung dengan kelompok tersebut jika kita tidak waspada apalagi menyepelekan hal tersebut. Lantas sebagai pemuda, bagaimana cara membentengi diri kita maupun masyarakat dari pengaruh ideologi radikal serta ajakan kelompok teroris tersebut?

  • Curahkan di tempat yang benar

Pemuda seperti kita memang tidak bisa lepas dari pemikiran liar dan juga proses pencarian jati diri. Tentunya kita harus mengendalikan sifat tersebut untuk dicurahkan di tempat yang tepat. Misalkan, pemikiran kita curahkan dalam kegiatan positif seperti mengajak masyarakat untuk mencintai perdamaian. Atau melakukan kegiatan diskusi untuk mengasah kemampuan berbicara atau menambah ilmu. Tentunya, kita lakukan hal positif tersebut bersama orang yang tepat.

 

  • Ajaklah kawan yang sedang galau

Ternyata, kelompok teroris juga mengincar pemuda yang sedang mengalami masalah atau sedang galau. Hal ini tentu terjadi karena orang yang sedang memiliki masalah, lebih membutuhkan perhatian terhadap orang lain. Namun, misalkan kawan kita justru diperhatikan oleh kelompok radikal atau teroris, tentu kawan kita tersebut mudah untuk dimasuki paham radikal dan dengan senang hati bergabung bersama kelompok itu. Makanya, sebelum kawan atau orang lain didekati oleh orang yang tidak diinginkan, alangkah kita dekati dahulu mereka. Dengarkan masalah mereka, dan berikan dukungan dalam bentuk apapun. Akan lebih baik lagi jika kita membantunya dalam menyelesaikan masalah yang sedang ia alami.

  • Sering-sering Kepo

Saat ini kita sudah tidak asing lagi dengan istilah Kepo. Istilah ini sering digunakan untuk menjelaskan rasa keingintahuan yang begitu tinggi. Nah, rasa akan keingintahuan yang begitu tinggi bisa kita digunakan dalam mencegah radikalisme dan terorisme. Misalkan, kita gunakan rasa kepo kita untuk menanyakan bagaimana hukum membela tanah air kepada guru keagamaan atau dosen kepercayaan kita. Atau bisa kita tanyakan pendapat beberapa orang tentang bagaimana kiat-kiat untuk mencegah masuknya radikalisme dan terorisme.

 

  • Sebarkan ilmu hasil kepo tadi

Hasil kita kepo tadi alangkah baiknya kita juga sebarkan ke khalayak ramai. Cara termudah tentu bisa kita sebarkan lewat media sosial. Kita bisa menuliskan hasil kepo tadi lewat status media sosial, atau dituliskan dalam blog. Selain sebagai pengingat, tentu hal tersebut juga dapat digunakan untuk menyebarkan hal kebaikan ke masyarakat terutama pemuda.

Pemuda memang bakal bibit dari pertumbuhan radikalisme dan terorisme. Namun bila kita dapat merawatnya dengan baik dan benar, maka bibit itu menjadi sesuatu yang tumbuh dengan indah dan bermanfaat bagi masyarakat.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: