Fenomena Grebeg Keraton

Di postingan kali ini, saya akan sedikut membagikan mengenai tugas harian saya dalam mata kuliah Religi dan Etika Jawa yang diampu oleh Bapak Nugraha Trisnu Brata. Tugasnya berupa REVIEW mengenai tulisan beliau yang membahas mengenai fenomena grebeg keraton.

Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pariwisata karena banyaknya objek pariwisata di Kota Yogyakarta dan sekitarnya baik wisata alam, wisata belanja, wisata peninggalan seni budaya, maupun wisata religi Jawa yang berhubungan dengan makam-makam raja Mataram. Dalam Jurnal yang ditulis oleh Bapak Nugroho Trisnu Brata yang berjudul “Religi Jawa dan Remaking Tradisi Grebeg Keraton, Sebuah Kajian Antropologi”, kraton Yogyakarta berfungsi sebagai pusat kebudayaan Jawa sekaligus sebagai pemelihara nilai budaya Jawa yangg Halus, adiluhung, klasik namun modis dan aristrokatis.
Dari segala pertunjukna budaya, yang paling menarik adalah tradis upacara grebeg keraton, tetapi untuk sekarang grebeg diadakan bukan oleh keraton, dengan tujuan untukpariwisata budaya. Dahulu jika yang mengadankan bukan dari pihak keraton, maka hal itu akan dianggap tabu karena menyamai tradisi keraton.
Ritual grebeg diadakan pada tanggal 12 Mulud kalender tahun Jawa. Ada 6 gunungan grebeg, 1 gnungan diberikan ke Puro paku alaman, dan 5 gunungan lagi dibawa ke halaman masjid Kauman untuk diperebutkan oleh masyarakat. Ritual ini diawali dengan pasar malam selama 35 hari, setelah itu 2 perangkat gamelan sekaten milik keraton dibunyikan selama 7 Hari, jika mendengarkan bunyi gamelan sekaten sambil mengunyah kinang, maka dia akan awet muda, jika ia bujangan dan memakan nasi gurih ia kana segera mendapatkan jodoh. Kemudian pada malam puncaknya adalah pembacaan risalah Maulida Nabi Muhammad SAW oleh pengulu kraton sebelum 2 perangkat gamelan sekaten dibawa kembali ke Kraton.
Religi kejawen yang masih bertahan sampai sekarang ialah grebeg keraton. Jika diadakan grebeg keraton maka dipastikan alun-alun kraton Yogyakarta akan ramai dan meriah oleh iringan grebeg dan bunyi tembakan salvo dari senapan prajurit keraton.
Gunungan sendiri ialah merupakan susunan berbagai macam makanan dan sayuran sedemikian rupa sehigga membentuk gunung. Gunungan merupakan hajat dalem atau kucah dalem yang dibagikan pada kerabat keraton, para punggawa, dan masyarakat. Grebeg sendiri memiliki makna didatangi oleh banyak orang, diikuti oleh banyak orang, dan diserbu banyak orang. Kemudian raja memberikan kucah dalem (hajat Raja) untuk semua tamu, pegawai, dan rakyat berupa gunungan.
Grebeg ada tiga macam yang masing-masing diadakan dalam tiga waktu yang berebeda dalam setahun, yaitu 1)Grebeg Mulud, diselenggarakan tiap tanggal 12 Bulan Mulu. 2) Grebeg Pasa atau Bakda, diselenggarakan pada 1 Syawal yaitu Hari Raya Idul Fitri. 3)Grebeg Besar, diselenggarakan pada tanggal 10 bulan besar ( bulan dzulhijah) yang bertujuan untuk merayakan hari ray aidul adha.
Jika bertepatan dengan tahun Dal (8 tahun sekali) dirayakan secara istimewa dengan menambah 1 gunungan bromo yang puncaknya terdapat asap dan api. Masyarakat Yogyakarta bahkan luar Yogyakarta memaknai grebeg kraton sebagai tempat untuk mendapatkan berkah dengan mendapatkan makanan dari gunungan maka ia mendapat berkah. Pun dengan udik-udik yang disebar nerupa uang receh logam yang bermakna bahwa sultan adalah pribadi yang pemurah dan berbudi bawa leksono, masyarakat meyakini harus menyimpan uang tersebut dirumah utnuk menjadi pancingan rezeki mereka datang ke rumah.
Fenomena pemberian makanan model grebeg pernah di remaking di dalam pisowanan ageng 20 Mei 1998 di alun-alun lor kraton Yogyakarta, satu hari sebelum lengsernya presiden Soeharto. Rakyat Yogya berbodnong-bondong datang ke Kraton untuk menemui sultan. Kemudian sultan memberikan hadiah kepada mereka yaitu gunungan dan makanan minuman gratis pada massa di sekitar jalan yang dilalui pisowanan ageng. Dengan sultan menyediakan makanan dan minuman gratis, para massa tidak merasa kelaparan di jalanan sehingga aksi tersebut tidak anarkis seperti di kota-kota lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: