Kajian Religi dari beberapa teori para ahli

Pada postingan kali ini, saya akan membagikan tugas mengenai Kajian Religi dari Beberapa teori. Tugas ini adalah salah satu tugas dari mata Kuliah Religi dan Etika Jawa. Selanat menyimak.


Kajian Religi menurut beberapa teori dari beberapa ahli
1) Teori Evolusi oleh E.B Tylor
Menurut Tylor asal mula religi adalah kesadaran akan adanya jiwa. Tylor berpendirian bahwa walaupan sedang melayang hubungan jiwa dan jasmanii pada saat tidur atau pingsan tetap ada. Hanya apabia manusia mati, jiwanya terlepas dan terputuslah hubungan dengan tubuh jasmani untuk selama-lamanya.
Pada tingkat tertua di evolusi religi, manusia percaya bahwa makhluk-makhluk halus ah yang menempati alam semesta sekeiing tempat tingga manusia Mereka bertubuh halus sehingga tidak bisa ditangkapa oleh panca indra manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia. Mereka menjadi objek penghormatan dan penghambaan bagi manusia yang disertai dengan berbagai upacara berupa doa, sajian, atau korban. Religi itulah yang disebut Tylor sebagai animisme.
Tylor melanjutkan teorinya tersebut dengan suatu uraian tentang evolusi religi yang berdasarkan cara berfikir evolusinisme. Animisme yang merupakan terhadap roh-roh yang mendiami alam semesta sekeiling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi paing tua Pada tingkat Kedua dalam evolusi religi, manusia meyakini bahwa gerak alam yang hidup itu disebabkan adanya jiwa dibeakang peristiwa dan gejaa-gejaa alam, gunung meetus, gempa bumi, gerak matahari dan ain sebagainya disebabkan oleh makhluk-makhluk halus yang menempati alam, kemudain jiwa-jiwa itu duanggap sebagai makhluk-makhluk yang memiki suatu kepribadian dengan kemauan yang disebut dengan dewa-dewa alam
Pada tingkat ketiga evolusi religi, timbu pua keyakinan bahwa dewa-dewa alam itu juga hidup seperti suatu susunan kenegaraan Maka terdapat pua susunan pangkat dewa-dewa muai dari raja dewa-dewa sebagaii dewa tertinggi sampai pada dewa-dewa yang terendah pangkatnya Kemudian lambat laun menimbulkan kesadaran bahwa semua dewa itu pada hakekatnya hanya penjemaan dari satu dewa saja, yaitu dewa yang tertinggi, sehingga berkembanglah keyakinan-keyakinan pada satu Tuhan dan timbullah religi yang bersifat monotheise
2) Teori Difusi
Daam teori difusi ini, W Schmid berpendirian bahwa keakinan adanya satu Tuhan bukanah suatu perkembangan yang termuda daam sejarah kebudayaan manusia Reigi yang bersifat Monotheisme itu malahan sangat tua.
Sebelumnya ada sarjana ain yang berpendapat seperti itu, yaitu A Lang , dia yakin bahwa agama berasa dari Titah Tuhan yang diturunkan kepada manusia waktu ia mua-mua muncu di muka bumi
Oleh karena itu adanya tanda-tanda dari suatu keyakinan kepada dewa-dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaannya memperkuat anggapannya tentang adanya titah Tuhan asli, atau Urffenberung itu. Dengan demikian keyakinan yang asli dan bersih kepada Tuhan itu malah ada pada bangsa-bangsa yang tua, yang hidup daam zaman ketika kebudayaan manusia masih rendah
Kemudian di zaman selanjutnya, saat kebudayaan bertambah maju keyakinan terhadap Tuhan semakin kabur dan kebutuhan manusia semakin banyak, maka keyakinan asli itu menjadi semakin terdesak oleh pemujaan kepada makhluk-makhluk halus, ruh-ruh, dewa-dewa dan sebagainya
3) Teori Fungsionalisme
Dari sudut pandamgam teori fungsionalisme agama menjadi atau penting sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik manusia daam ha ini fungsi agama adaah menyediakan dua ha, yang pertama, suatu cakrawala pandangan tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh manusia, daam arti di mana deprivasi dan frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang mempunyai makna, yang kedua adaah sarana ritua yang memungkinkan hubungan manusia dengan ha di uar jangkauan, dimana memberikan jaminan dan keseamatan bagi manusia mempertahankan mranya dari sisniah terdapat enam fungsi agama :
a. Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang di uar jangkauan manusia yang meibatkan takdir dan kesejahteraan, memberikan dukungan, peipur ara dan reknsiiasi
b. Agaman menawarkan suatu hubungan transendeta meaui pemujaan suatu dan upacara ibadah,
c. Agama melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya, dapat pula memberikan standar nilai dalam arti norma-norma telah terlembaga
d. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting, melalui peran serta manusia di daam ritual agama dan doa, agama mempengaruhi pengertian individu tentang siapa ia dan apa ia
e. Agama menyangkut pua dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu, dan perjaanan hidup meaui tingkat usia yang ditentukan eh masyarakaat
B Malinowski dalamm teorii fungsionalisme nya mengasumsikan adanya hubungan dialektis antara agama dengan fungsinya yang diaplikasikan melalui ritual.
Secara garis besar, fungsi dasar agama diarahkan kepada sesuatu yang supernatura Paertisipam yang teribat daam sebuah ritua bisa meihat kemanjuran agama sebagai sarana meningkatkan hubungan spirituanya dengan Tuhan karena pada dasarnya manusia secara nauriah memiki kebutuhan spiritua
Dengan demikian teri fungsinaismeihat setiap ritua daam agama memiki signifikansi tegis, baik dari dimensi psikgis maupun ssia
Pemaknaan terhadap simb-simb keagamaan sangat bergantung kepada kuaitas dan arah perfrma ritua serta keadaan internak pasrtisipan hingga sebuah ritua bisa ditujukan untuk memuaskan Tuhan atau kebutuhan sprirituanya sendiri
4) Teori Struktural Fungsionalisme
Suatu pendirian penting lain dari Malinowski adalah mengenai mitologi atau himpunan atau himpunan dongeng-dongeng suci dalam masyrakat orang Trobriand pada khusunya, dan menurut Malinowski juga dalam semua masyarakat pada umumnya. Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan agama, dongeng suci tentang riwayat dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu himpunan buku-buku yang biasanya juga dianggap suci.
Sistem upacara keagamaan secara khusus mengadung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi ialah: a. tempat upacara keagamaan dilakukan, b. saat-saat upacara keagamaan dijalankan, c. benda-benda dan alat upacara, d. orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.
Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat yang dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langggar, surau, masjid dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengena saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci sebagainya. Aspek ketiga adalah tentang benda-benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, serling suci, gendering suci dan sebagainya. Keistimewaan metode Malinowski yang membedakannya dengan sarjana lain yang pernah menganalisa metode mitologi adalah bahwa ia mengobservasi dongeng-dongeng suci tadi dalam kenyataan kehidupan dan tidak hanya naskah-naskah atau teks-teks yang berpisah dari hubungan sosialnya.

Menurut saya, dari beberapa teori yang sudah disebutkan di atas yang paing relevan atau paling aplikatif adalah teori fungsionalisme. Karena dalam realitanya, agama memang memiliki fungsi seperti hal nya yang telah disebutkan diatas. Dalam fungsionalisme, agama memiliki fungsi sebagai ketenangan bagi para penganutnya, dalam hal ini berhubungan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, dimana hubungan diantara keduanya ini menimbulkan ketenangan. Misal di Islam, hubungan antara manusia dan Tuhannya di aplikasikan ke dalam ibadah sholat, di kristen dengan ibadah ke gereja, dan agama-agama lain dengan caranya sendiri. Mereka menganggap hubungannya dengan Tuhan tersebut menimbulkan ketenangan di saat fungsi-fungsi lembaga yang lain hanya memberikan kebingungan.
Fungsionalisme juga melihat lada setiap ritual dan upacara peribadahan yang dilakukan oleh manusia dimana setiap ritual memiliki maknanya tersendiri. Ritual seperti sesajen atau penyembahan terhadap suatu benda misalnya, mereka menganggap ritual tersebut memiliki makna bagaimana seseorang begitu menghormati Tuhannya atau leluhurnya. Dengan beribadah misalnya, mereka menunjukkan bahwa dia sangat menghormati Tuhannya, dan dengan memberikan sesajen menunjukkan bahwa mereka sangat menghormati leluhurnya.
Di teori fungsionalisme ini dikatakan paling aplikatif karena isi teorinya menyangkut pada aktifitas keagamaan yang dilakukan pada masa sekarang., dimana agama dijadikan sebagai alat pelindung, pemberi ketenangan, pemberi dukungan, dan lainnya. Dalam agama juga mereka percaya bahwa sesuatu halnya ada dasar yang mengaturnya dan melihat perbuatannya, jadi mereka lebih tertata dalam kehidupannya. Aturan di agama tentu sama dengan aturan-aturan atau norma-norma yang ada dalam masyarakat, jadi selain kontrol dari masyarakat, mereka juga dikontrol oleh aturan-aturan agama, jadi tidak ada alasan untuk melanggarnya.

Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: