Lembaga Sosial

Institusi atau lembaga sosial untuk terciptanya tatanan dan tertib sosial

Pengertian lembaga

Lembaga diartikan sebagai badan atau organisasi yang didalamnya mengandung unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat agar terwujud suatu ketertiban/keteraturan sosial.

Tujuan dan fungsi lembaga sosial

Tujuan dibentuknya lembaga adalah untuk mengatur dan membantu manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan pokoknya agar tercipta ketertiban dan keteraturan sosial. Berikut merupakan fungsi lembaga sosial.

1.  memberikan pedoman kepada warga masyarakat bagaimana seharusnya bersikap/bertindak dalam upaya memenuhi kebutuhannya.

2. menjaga ketertiban, keutuhan dan kebersamaan masyarakat

3. memberikan pegangan dalam melakukan pengendalian sosial

4. menjaga dan melindungi nilai-nilai yang dijunjung tinggi

5. memberikan pelayanan, bimbingan, dan pelatihan terhadap kebutuhan khusus manusia. Contoh lembaga kesehatan, lembaga pendidikan dan sebagainya

Ciri-ciri lembaga sosial

Untuk mengenal lebih dalam tentang lembaga, kita perlu mengetahui ciri-cirinya. Menurut gillin dan gillin ciri-ciri lembaga sosial antara lain sebagai berikut

a. merupakan organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.   Terdiri atas adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur budaya lain yang tergabung dalam unit fungsional

b. bersifat kekal dan berlaku dalam kurun waktu yang lama bahkan bisa turun temurun. Masyarakat sudah menaggapi

Proses lembaga sosial dari norma menjadi lembaga Sosial

  • sebagian besar anggota masyarakat menerima norma tersebut
  • norma tersebut dijiwai seluruh warga dalam sistem sosial
  • norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat

Jenis-Jenis lembaga sosial

Lembaga keluarga

Lembaga Ekonomi

Lembaga Pendidikan

Lembaga Politik

Lembaga Hukum

Lembaga Agama

Ditulis pada Sosiologi SMA | Tinggalkan komentar

“Kajian Agama (Religi) menurut teori Evolusi, Difusi, Fungsionalis, dan Fungsionalisme Struktural serta Aplikasi teori terhadap Fenomena Agama”

  1. Kajian agama menurut teori Evolusi

Di antara para ahli dan cendekiawan menulis berbagai karangan yang menjelaskan mengenai jalannya proses evolusi social yang kemudian menjadi cikal bakal atau di pergunakan dalam mengkaji sesuatu yang berhubungan dengan evolusi, di antaranya mengenai evolusi tentang agama ada beberapa ahli yaitu Edward B. Tylor, J.G. Frazer dengan penjelasan teori sebagai berikut :

Edward B Tylor ( 1832-1917)

Merupakan tokoh dari inggris penganut paham evolusionisme, ia melakuka n suatu penelitian sendiri mengambil unsur-unsur  kebudayaan seperti sistem religi, kepercayaan, kesusasteraan, adat-istiadat dan kesenian hingga menghasilkan karyanya yang terpenting di budang religi yaitu dua jilid primitive culture : Research into the development of mytplpgy, philosophy, religion, language, art and custom pada tahun 1874. Dalam karyanya tersebut Edward mengemukakan bahwa asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa, kesadaran akan faham jiwa itu di sebabkan karena dua hal yaitu:

  1. Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisme pada satu saat bergerak, yaitu hidup tetapi tidak lama kemudian orgasme itu tidak bergerak lagi, yakni manusia mulai sadar akan suatu kekuatan yang menyebabkan gerak itu yaitu nyawa.
  2. Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya di tempat-tempat lain, maka manusia mulai membedakan antara jasmaninya yang ada di tempat tidur, dan suatu bagian darinya yang pergi ke tempat-tempat lain yang bagian tersebut di sebut jiwa.

Selanjutnya pada tingkat ahkir evolusi religi menurutnya setelah manusia mengenai kematian dan jasmani dan jiwa, Edward menganggap manusia percaya bahwa mhaluk-mahluk halus yang menempati alam sekeliling tempt tinggalnya yang kasat mata sehingga menjadi objek penyembahan dan penghormatan di sertai dengan upacara berupa do’a dan sajen atau korban yang di sebut edwar sebagai animism. Jadi konsep evolusi edwar adalah mulai dari hal sadar manusia terhadap jiwa hingga kepercayaan terhadap hal-hal yang mendampingi jiwa tersebut.

Selanjutnya adalah teori religi menurut J.G. Frazeer (1854-1941)

Merupakan ahli foklor yang sama-sama dari inggris seperti Edward, karyanya yang berhubungan dengan religi dan hal ghaib adalah Totemism and Exogamy (1910) uga mengkaji mengei asal mula dari rigid an mahluk ghaib bahwa menurutnya manusia memecahkan soal-soal hidpnya dengan akal dan sistem pengetahuan yang tidak ada batasnya. Makin keterbelakang kebudayaan manusi, makin sempit lingkaran batas akalnya.  Bahwa hidup manusia tidak dapat di pecahkan dengan akal, namun dengan magic dengan konsep pada waktu iu belum ada religi dalam kebudayaan manusia, lambat laun terbukti bahwa dari tindakan magic yodak ada hasilnya maka ia mulai yakin bahwa alam di diami oleh mahluk halus yang lebih berkuasa, sehingga dari kepercayaan tersebut timbullah religi jadi perbedaan dengan teori Edward adalah cara dalam menentukan objek tersebut.

Dari situlah kemuian muncul pemikiran dan teori mengenai religi dan agama di antaranya teori tentang kekuatan luar biasa, konsep tentang animism dan spiritisme, teori yang berorientasi kepada sikap manusia terhadap hal ghaib, dari situlah di simpulkan lima komponen religi yaitu (1) emosi kagamaan (2) sistem keyakinan (3) sistem ritus dan upacara (4) peralatan ritus dan upacara (5) umat agama. Yang intinya membahas interaksi manusia dengan mahluk lain yang di anggap sebagai kekuatan lain yang memperkuat atau menjaga dirinya.

  1. Kajian Religi menurut teori Difusi

Mengenai kajian religi pada teori difusi lebih kental pada ahli teori difusi yaitu Whilhelm Schmidt ( 1868-1954) merupakan guru besar  perguuan tinggi di Austria di mana di didik calon-calon pendeta penyiar agama Katolik, yang juga di ajarkan mengenai ilmu antropologi. Schmid terkenal dengan ilmu antrolopologi dari penelitian-penelitiannya mengenai bentuk religi yang tertua. Ia sebenarnya menlanjutkan uraian religi dari tokoh evolusi Andrew Lang. dalam dasar dan filsafatnya ia yakin bahwa agama berasal dari Titah Tuhan yang di turunkan kepada mahluk manusia itu mula-mula muncul di muka bui. Oleh karena itu adanya tanda-tanda dari suatu keyakinan kepada dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaannya adalah yang paling tua. Degan demikian keyakinan yang asli dan bersih kepada tuhan ada pada bangsa yang tua, pada masa kebudayaan manusia paling rendah atau belum berkembang, sebab dalam zaman kemudian waktu kebudayaan manusia bertambah maju keyakinan asli terhadap Tuhan menjadi kabur dan terdesak oleh pemujaan-pemujaan kepada mahluk halus, ruh-ruh, dewa dan sebagainya.

Sisa-sisa kepercayaan terhadap Titah Tuhan ayang merupakan kepercayaan kepada Dewa tertingg dapat di temukan dalam religi uku-suku bangsa di dunia yang di anggap sebagai sisa manusia dahulu seperti kelompk negroid kecil yang hodup di daerah perairan sungai Kongo Afrika Tengah.

  1. Kajian Agama menurut teori Fungsionalisme

Ahli teori fungsionalisme yaitu Robert K. Marton mempunyai dua  asumsi dari adanya struktur kepercayaan dari fungsi yaitu postulat keutuhan masyarakat bahwa sesuatu berhubungan fungsional dengan sesuatu yang lain dan postulat fungsionalisme universal bahwa segala unsur budaya melaksanakan suatu fungsi dan tidak ada satupun unsur lain yang mampu melaksanakan fungsi yang sama itu. Jadi menurut marton semua asumsi postulat di atas harus di tolak atas dasat empiric. Dari situ marton menjelaskan konsep “fungsi” yaitu fungsi manifest dan fungsi laten atau fungsi tampak dan fungsi terselubung, dari fungsi laten atau fungsi terselubung tersebut timbul konsep religi lewat tarian hujan hopi bahwa suku hopi terus melakukan tarian hujan tidak hanya keliru mempercayai bahwa ritual tersebut menghasilkan hujan namun menggalakkan fungsi solidaritas masyarakat, jadi menurut marton bahwa fungsi dari kegiatan ritual akan menjadi sebab adanya solidaritas masyarakat, jadi konsep religi yang tersirat dari  fungsional bahwa masyarakat akan percaya atau yakin terhadap sesuatu hal gaib atas sugesti yang tinggi dari akibat suatu kegiatan yang menimbulkan fungsi tersebut.

  1. Kajian Religi menurut Teori Struktural Fungsionalisme

Teori structural-fungsionalis merupakan penggabungan dari dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsional Durkheim dan pendekatan Struktural Radcliffe Brown. Namun mengenai kajian agama atau religi terdapat pada konsep teori Malinowski yang tidak  jauh dari konsep R.B. Menurut Malinowski Budaya pada tingkat pertama merupakan alat atau instrument, Malinowski mengacukan konsep Budaya terhadap mikrokosmos masyarakat terrible atau masyarakat sederhana, masyarakat primitive dan sebagainya. Bahwa keseluruhan unsur-unsur sebagai kesatuan yang terintegrasi, selanjutnya dalam keleruhuna intergasi tersebut di kaji fungsi atau guna dari keseluruhan unsur tersebut. Di sinilah konsep kepercayaan atau religi dapat di kaji atau di lihat menurut teori structural fungsionalis di mana pertama Malinowski mengaku terhadap makroksmos di mana religi tumbuh dari adanya mahluk halus atau mahluk tak kasat mata yang kemudian di percaya dan di hormati, dan dari kepercayaan tersebut di gali berbagai unsur-unsur yang ada seperti alat, sikap dan hubungan dalam kepercayaan tersebut. Ketiga Malinowski juga mengemukakan persoalan perbedaan warisan sosiologis dan biologis, bahwa kebudayaan merupakan warisan sosiologis, seperti kepercayaan merupakaan peninggalan pada masyarakat primitive dan oleh sistem serta tingkah laku manusia mulai di ubah sesuai perkembangan zaman dan kebutuhan seperti yang telah di jelaskan pada konsep difusi;

  1. Studi Kasus

Fenomena agama yang di angkat adalah kasus Penistaan Agama oleh Mantan Gubernur Jakarta yaitu Ahok. Ahok di tuduh menistakan agama Islam karena menyinggung surat Al Maidah ayat 51 saat saat pidato di hadapan wrga Pulau Pramuka, Keulauan Seribu dan pada saat berlainan juga menuturkan meminta lawan politiknya untuk tidak pakai Al Maidah 51.

Jelas hal di atas memicu persoalan di antara berbagai masyarakat di Indonesia khususnya adalah masyarakat Islam, mengingat Ahok adalah sorang non muslim yang menjadi pemimpin di kota Jakarta. Fenomena atau kejadian ini berlangsung pada masa pencalonan kembali Ahok menjadi gubernur Jakarta. Tidak dapat di pungkiri fenomena semacam itu yang hakikatnya adalah persoalan agama atau kepercayaan di campuri oleh urusan social politik. Banyak tokoh agama maupun tokoh politik yang secara langsung maupun tidak langsung dan secara murni maupun tidak banyak yang mengecam dan melaporkan Ahok sebagai kasus penistaan Agama dan segera di Proses di Ranah hukum, kasus religi ini juga di jadikan sebagai alat provokasi dalam masa pencalonan Ahok sebagai Gubernur Jakarta

Teori yang Aplikatif untuk studi agama di atas adalah Teori Fungsionalisme marton di mana kasus penistaan agama oleh Ahok menjadikan banyak orang mengecam dan melaporkan pidato Ahok yang mengemukakan untuk tidak percaya terhadap surat Al maidah Ayat 51. Menurut pakar sosiologi tindakan ahok tersebut sebenarnya bukan atas dasar ketidaksengajaan, karena di sana Ahok mempunyai penasehat serta hal tersebut yang di kemukakan oleh Ahok tidak semata sekali saja. Itu merupakan cara yang di gunakan Ahok untuk menarik respond dari masyarakat berbagai kalangan untuk bersuara atau berkomentar. Jelas kasus seperti di atas akan menimbulkan akibat atau menjadi sebab dari pelaporan dan pengecaman Ahok oleh masyarakat Muslim dan di jadikan sebagai alat provokasi dalam dunia politik. Kemudian banyak masyarakat yang kemudian terperdaya atas sugesti kalangan atas untuk tidak memilih Ahok karena menistakan agama, tidak bisa menjaga attitude serta yang paling menonjol untuk agama islam adalah memilih pemimpin muslim, hal tersebut merupakan fungsi Laten dari fenomena di atas. Di mana bukan hanya respon pengecaman Ahok namun di balik itu terdapat tingkah laku manusia yang turrut serta menjadikan fenomena religi di atas sebagai hal provokasi yang memang secara alami akan tetap ada dan tidak di sadari oleh kalangan biasa. Seperti contoh fungsionalis Marton bahwa di balik upacara hujan Hopi menimbulkan esensi kekompakan atau solidaritas di antara masyarakat Hopi itu sendiri.

Sumber :

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiX2bbi3bHxAhVabn0KHYW2B38QFjAJegQIBBAD&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F33424722%2FREVIEW_BUKU_TEORI_BUDAYA_2_pdf&usg=AOvVaw0k0buB68paDrqJ7UGes8Vj

Ditulis pada Artikel Kuliah Sosant | Tinggalkan komentar

Reintegrasi Sosial

 

Ditulis pada Sosiologi SMA, Sosiologi SMA Kelas XI | Tinggalkan komentar

Penelitian Sosial

Ditulis pada Sosiologi SMA, Sosiologi SMA Kelas X | Tinggalkan komentar

Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial

Bentuk intagrasi sosial menurut pengertian di bagi sebagai berikut

  1. Integrasi Nasional

Integrasi nasional merupakan proses penyatuan unsur-unsur dalam suatu negara. Dengan demikian, akan menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi negara tersebut

  1. Integrasi Bangsa

Sebelum membicaran integrasi bangsa kita akan terlebih dahulu mempelajari apa arti bangsa. Kata bangsa berasal dari bahasa inggris, nation yang artinya bangsa. Adapun nation sendiri berasal dari bahasa latin, artinya sesuatu yang telah lahir. Berikut definisi bangsa menurut para ahli

Hans Kohn

Menurut Hans Kohn bangsa adalah hasil proses perjuangan sejarah, bangsa itu merupakan golongan yang majemuk dan tidak dapat dirumuskan dengan esakta. Hal tersebut terbukti dengan adanya faktor obyektif yang melatarbelakangi dan menjadi ciri khas suatu bangsa, seperti persamaan ras, bahasa, wilayah, adat istiadat dan agama.

Friederich Ratzel

Menurut Friederich Ratzel bangsa adalah kelompok manusia yang terbentuk karena adanya hasrat “kemauan” untuk bersatu yang timbul dari adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya

Menurut Ahli Ilmu Sosiologis Dan Antropologis

Bangsa adalah persekutuan kehidupan yang berdiri sendiri, dimana setiap anggota dari persekutuan kehidupan tersebut akan merasa satu agama, bahasa, ras, serta istiadat. Namun di lain pihak, ada anggapan persekutuan kehiduap ialah suatu wadah perkumpulan dari semua orang yang saling memerlukan dan bekerja sama guna memperoleh tujuan yang sama di wilayah tertentu.

  1. Integrasi Kebudayaan

Integrasi kebudayaan merupakan perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsinya dalam kehidupan masyarakat.  Unsur-unsur kebudayaan atau yang biasa disebut tujuh unsur kebudayaan adalah bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi serta kesenian.

  1. Integrasi Masyarakat

Integrasi masyarakat merupakan proses perpaduan dan penyatuan di antara unsur-unsur dalam masyarakat meliputi pranata, ke  dudukan sosial, dan peranan sosial. Apabila  tidak terjadi integrasi di antara unsur-unsur dalam masyarakat bisa dipastikan bahwa dalam masyarakat akan terjadi konflik dan permasalahan lainnya

  1. Integrasi Sosial

Integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat tersebut. Individu-individu dalam masyarakat yang semula terkotak-kotak, berbeda-beda bahkan bersaing atau bertentangan menjadi rukun, bersatu, dan selaras baik dalam hal kepentingan hidup maupun dalam hal pandangan mengenai berbagai masalah pokok dalam kehidupan sosial politik dan budaya masyarakat.

Menurut Paulus Wirutomo, integrasi sosial terbagi dalam tiga bentuk, yaitu :

  1. Integrasi Normatif, yang biasanya terjadi pada masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik atau masyarakat sederhana.
  2. Integrasi Fungsional, yang biasanya berkembang dalam masyarakat yang memiliki tingkat spesialisasi kerja tinggi.
  3. Integrasi Koersif, merupakan hasil kekuatan yang mengikat masyarakat secara paksa.

Sumber :

https://legalstudies71.blogspot.com/2019/04/pengertian-integrasi-dan-bentuk.html

 

 

 

Ditulis pada Sosiologi SMA Kelas XI | Tinggalkan komentar

Tahapan Integrasi Sosial

Tahap-Tahap Integrasi Sosial Sebagai Berikut

Tahap Akomodasi

Akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu atau kelompok yang berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada, sehingga tercapai kestabilan (keseimbangan).

Akomodasi bertujuan untuk mengurangi pertentangan antara dua kelompok atau individu, mencegah terjadinya suatu pertentangan secara temporer, memungkinkan terjadinya kerja sama di antara individu atau kelompok sosial, serta mengupayakan peleburan antara kelompok sosial yang berbeda (terpisah), misalnya melalui perkawinan campur (amalgamasi).

Dengan akomodasi, kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat multikultural seperti masyarakat kita ini, dapat hidup berdampingan secara damai tanpa menimbulkan perpecahan. Selain itu juga memungkinkan terjadinya kerjasama di antara kelompokkelompok sosial yang yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini karena di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat dapat saling menyesuaikan diri satu sama lain. Dengan demikian akan mendorong lahirnya integrasi dalam masyarakat tersebut.

2) Tahap Kerja Sama

Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerja sama dapat menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Kerja sama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Menurut Charles H. Cooley, kerja sama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk mencapai kepentingan kepentingan bersama.

Kerja sama di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural  mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam integrasi sosial. Mengapa? Dengan kerja sama berarti kelompokkelompok sosial yang berbeda itu saling menyesuaikan diri, melengkapi, membutuhkan, serta tidak memaksakan kehendak masing-masing yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka yang memicu lahirnya konflik dalam masyarakat.

3) Tahap Koordinasi

Kerja sama yang dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multicultural harus dikoordinasi agar lebih terarah dan bisa mencapai tujuan demi kebaikan bersama.

Koordinasi adalah pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat. Dalam organisasi kemasyarakatan, koordinasi merupakan factor yang paling dominan.

Tanpa koordinasi, suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan baik, mengingat organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari orangorang dengan sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Dengan demikian kelancaran jalannya organisasi ditentukan faktor pendekatan antaranggotanya. Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.

4) Tahap Asimilasi

Kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural setelah tahap koordinasi akan tercapai atau tercipta suatu pemahaman bersama, sehingga di antara kelompok-kelompok tersebut dapat saling menyesuaikan diri. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi adalah sebuah proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat di antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi akan terjadi apabila berikut ini.

a) Ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya.

b) Saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama.

c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing mengalami perubahan dan saling menyesuaikan diri.

Dalam asimilasi ini terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong maupun menghambat terjadinya asimilasi di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Adapun beberapa faktor yang dapat mempermudah atau mendorong terjadinya asimilasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

 

a) Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan.

b) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi yang dapat mengurangi adanya kecemburuan sosial.

c) Sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya.

d) Sikap terbuka dari golongan penguasa.

e) Adanya perkawinan campur dari kelompok yang berbeda (amalgamation).

f) Adanya musuh dari luar yang harus dihadapi bersama.

Sementara itu, beberapa faktor yang dapat menghambat atau memperlambat terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.

a) Perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan ekonomi.

b) Kurangnya pengetahuan terhadap kebenaran kebudayaan lain yang sedang dihadapi.

c) Kecurigaan dan kecemburuan sosial terhadap kelompok lain.

d) Perasaan primordial sehingga merasa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan bangsa atau kelompok lainnya.

Melalui asimilasi, kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama, sehingga masing-masing kelompok sosial itu berubah dan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian integrasi dalam masyarakat akan tercipta.

 

Sumber

https://www.gurupendidikan.co.id/integrasi-sosial/

Ditulis pada Sosiologi SMA Kelas XII | Tinggalkan komentar

Rancangan Penelitian Sosial

Ditulis pada Sosiologi SMA Kelas X | Tinggalkan komentar

Jenis-Jenis Penelitian

Penelitian Ditinjau Dari Bentuk Dan Metode Pelaksanaannya

  1. Studi Kasus

Dalam tradisi penelitian kualitatif dikenal terminologi studi kasus (case study) sebagai sebuah jenis penelitian. Studi kasus diartikan sebagai  metode atau strategi dalam penelitian untuk mengungkap kasus tertentu. Ada juga pengertian lain, yakni hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Jika pengertian pertama lebih mengacu pada strategi penelitian, maka pengertian kedua lebih pada hasil penelitian. Dalam sajian pendek  ini diuraikan pengertian yang pertama.

Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena. Sebab,  yang kasat mata hakikatnya bukan sesuatu yang riel (realitas). Itu hanya pantulan dari yang ada di dalam. data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain, seperti observasi, dan partisipasi.

penelitian model studi kasus lebih menekankan kedalaman pemahaman atas masalah yang diteliti. Karena itu, metode studi kasus dilakukan secara  intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu gejala  atau fenomena  tertentu dengan lingkup yang sempit. Kendati lingkupnya sempit, dimensi yang digali harus luas, mencakup berbagai aspek hingga tidak ada satu pun aspek yang tertinggal. Oleh karena itu, di dalam studi kasus sangat tidak relevan pertanyaan-pertanyaan seperti berapa banyak subjek yang diteliti, berapa sekolah, dan berapa banyak sampel dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa sebagai varian penelitian kualitatif, penelitian studi kasus lebih menekankan kedalaman subjek ketimbang banyaknya jumlah subjek yang diteliti.

  1. Survei

Neuman W Lawrence (2003) menyatakan penelitian survei adalah penelitian kuantiatif. Dalam penelitian survei, peneliti menanyakan ke beberapa orang (responden) tentang keyakinan, pendapat, karakteristik suatu obyek dan perilaku yang telah lalu atau sekarang. Metode Penelitian survei berkenan dengan pertanyaan tentang keyakinan dan perilaku dirinya sendiri. Semua anggota sampel atau resonden dalam peneitian survei menjawab pertanyaan yang sama. Penelitian survei mengukur nilai beberapa variabel, menguji beberapa hipotesis tentang perilaku, pengalaman dan karakteristi suatu obyek. Penelitian survei pada umumnya adalah penelitian korelasi.

  1. Eksperimen

Menurut Arboleda, penelitian eksperimen adalah penelitian di mana peneliti dengan sengaja melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara yang dapat mempengaruhi variabel tersebut. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat yang tercipta antar variabel. Penelitian eksperimen akan meneliti pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap sebuah variabel dibandingkan dengan variabel lain dengan perlakuan yang berbeda. Misalnya, penelitian eksperimen yang dilakukan dalam bidang pendidikan biasanya bertujuan untuk menilai dan membuktikan pengaruh pembelajaran metode problem solving terhadap prestasi belajar jika dibandingkan dengan metode konvensional.

Penelitian Ditinjau Dari Cara Dan Taraf Pembahasan Masalah

  1. Penelitian Deskriptif

Menurut Sukmadinata, penelitian deskriptif merupakan karakteristik dari penelitian yang dapat mengungkapkan berbagai fenomena sosial dan alam dalam kehidupan masyarakat secara spesifik. Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian dengan metode untuk menggambarkan suatu hasil penelitian. Namun, hasil gambaran tersebut tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih umum. Sesuai namanya, dapat dikatakan bahwa penelitian ini punya tujuan untuk memberikan deskripsi, penjelasan, serta validasi suatu fenomena yang diteliti. Lagi-lagi, sesuai namanya juga, eskripsi, penjelasan, dan validasi tersebut akan diperoleh peneliti setelah mendeskripsikan karakteristik dari objek yang diteliti.

  1. Penelitian Inferensial

Penelitian inferensial merupakan penelitian yang menggunakan teknik analisis data dengan statistik inferensial. Untuk statistik inferensial, sejatinya perlu mendefinisikan populasi dan kemudian menyusun rencana pengambilan sampel yang menghasilkan sampel yang representatif. Hasil statistik menggabungkan ketidakpastian yang melekat dalam menggunakan sampel untuk memahami seluruh populasi. Statistik inferensial sering digunakan untuk membandingkan perbedaan antara kelompok perlakuan.

Penelitian Ditinjau Dari Tujuan

  1. Penelitian Eksploratif

Definisi penelitian eksplorasi adalah riset yang digunakan untuk menyelidiki masalah yang tidak didefinisikan dengan jelas. Hal ini dilakukan untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang ada, tetapi tidak akan memberikan hasil yang konklusif. Untuk penelitian seperti itu, seorang peneliti memulai dengan ide umum dan menggunakan penelitian ini sebagai media untuk mengidentifikasi masalah, yang dapat menjadi fokus untuk penelitian di masa mendatang. Aspek penting di sini adalah bahwa peneliti harus bersedia mengubah arahnya dengan pengungkapan data atau wawasan baru.

  1. Penelitian Uji

Tujuan penelitian ini adalah menguji satu atau beberapa hipotesis yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Penelitian ini didasarkan atas suatu naskah penelitian yang mempersoalkan langkah-langkah teknis dan metodis yang akan diambil untuk menguji hipotesis. Sampel yang akan diambil harus benar-benar mewakili populasi. Dasar yang paling tepat untuk melakuka peelitian uji adalah eksperimen guna mengetahui sebab akibat

  1. Penelitian Deskriptif

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan masalah atau keadaan sebagaimana adanya atau berdasarkan fakta-fakta yang ada. Dalam penelitian deskriptif dibutuhkan interpretasi atau analitis

Penelitian Ditinjau Dari Bidang Yang Dipilih

  1. Penelitian Bidang Ilmu Eksakta

Penelitian ini dapat berupa penelitian ilmu pengetahuan alam, kimia, matematika, biologi dan sebagainya

  1. Penelitian Bidang Ilmu Sosial

Penelitian ini dapat berupa ilmu sejarah, sosiologi, agama, bahasa, kependudukan, dan sebagainya

Penelitian Ditinjau Dari Pemakaiannya

  1. Penelitian Murni

Penelitian ini bersifat menguji ilmu tertentu menggunakan teori tertentu. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh teori-teori baru dalam bidang ilmu yang diselidiki. Hal tersebut menjadikan penelitian murni disebut penelitian dasar

  1. Penelitian Terpakai Atau Terapan

Tujuan penelitian ini adalah agar hasilnya dapat digunakan atau diimplementasikan. Penelitian terapan, diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan. Penelitian ini merupakan usaha menemukan langkah perbaikan suatu aspek kehidupan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, peneliti berusaha menemukan masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan yang menjadi faktor penghambat terhadap subyek yang diteliti, kemudian dicari alternatif yang paling tepat dan praktis untuk mengatasinya

Penelitian Ditinjau Dari Tempatnya

  1. Penelitian Laboratorium

Penelitian ini menggunakan alat-alat laboratorium sebagai media penelitian

  1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini menggunakan kepustakaan sebagai sumber data penelitian

  1. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan dilapangan dalam arti dapat berupa wilayah tertentu seperti lembaga, instansi, atau organisasi kemasyarkatan

Tugas

  1. Sebutkan Pengertian Penelitian sosial menurut Soerjono Soekanto, Soetrisno Hadi, Hill Way dan Parson !
  2. Sebutkan karakteristik Penelitian Sosial !

Sumber

https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/school-life/penelitian-deskriptif/

https://penelitianilmiah.com/penelitian-inferensial/

https://www.uin-malang.ac.id/r/100501/mengenal-lebih-jauh-tentang-studi-kasus.html

https://ranahresearch.com/pengertian-metode-penelitian-survei/

 

Ditulis pada Sosiologi SMA Kelas X | Tinggalkan komentar

Faktor-Faktor Penentu dan Syarat-Syarat Integrasi Sosial

1.Faktor Penentu Cepat Atau Lambatnya Suatu Proses Integrasi Sosial

a.Homogenitas kelompok

Suatu kelompok atau masyarakat yang semakin homogen akan semakin mudah pula proses integrasi antaranggota di dalam kelompok atau masyarakat tersebut. Hal ini berarti bahwa di dalam suatu kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, maka integrasi sosial akan mudah dicapai dan sebaliknya.

b. Besar kecilnya kelompok

Tingkat kemajemukan dalam kelompok yang kecil relatif rendah apabila dibandingkan dengan kelompok besar, integrasi sosial akan mudah dicapai. Kondisi ini dikarenakan di dalam kelompok kecil terjadi hubungan sosial antaranggota yang intensif sehingga komunikasi dan tukar menukar budaya semakin cepat, maka penyesuaian terhadap berbagai perbedaan dapat dilakukan.

c. Mobilitas geografis

Suatu kondisi anggota masyarakat sering melakukan mobilitas ( datang dan pergi ) pada suatu wilayah akan berakibat mempersulit proses integrasi sosial. Sebaliknya integrasi sosial akan cepat terjadi pada masyarakat mobilitas rendah

d. Efektifitas komunikasi

Suatu masyarakat yang didalamnya terdapat efektivitas komunikasi yang baik akan mempercepat integrasi sosial, apabila dibandingkan dengan komunikasi yang berlangsung antaranggota masyarakat tidak efektif

2. Faktor Pendorong Integrasi Sosial

a. sikap sabar, toleran, dan penuh pengertian menghadapi orang asing beserta kebudayaannya. Sikap yang demikian ini akan memungkinkan terjalinnya komunikasi sehingga proses sosial lebih mudah terjadi

b. kesempatan dibidang ekonomi yang seimbang, masing-masing individu diberi kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan dan jasa-jasanya. Hal ini dapat mencegah kecemburuan sosial sehingga memudahkan individu-individu untuk saling berintegrasi.

c. sikap terbuka golongan penguasa sehingga meniadakan kemungkinan diskriminasi. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan kesempatan yang sama bagi golongan minoritas untuk memperoleh pendidikan, pemeliharaan kesehatan, pengguna fasilitas-fasilitas umum, dan sebagainya.

d. adanya kesamaan dalam berbagai unsur kebudayaan. Semakin banyak kesamaan yang ada, maka semakin mudah bagi dua kelompok kebudayaan atau lebih untuk berintegrasi sebab persamaan memiliki kecenderungan mempersatukan.

e. perkawinan campuran ( algamasi ) antara anggota-anggota dari golongan atau kelompok yang berbeda. Perkawinan campuran akan menciptakan jalinan kekerabatan dan persaudaraan sehingga mendukung proses integrasi

f. adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat rasa kesatuan pada masyarakat. Dalam keadaan demikian, baik golongan mayoritas maupun golongan minoritas akan mengesampingkan perbedaan yang ada di antara mereka dan secara bersama-sama menghadapi ancaman yang berpotensi membahayakan seluruh masyarakat.

3. Faktor Penghambat

a. terisolasinya kebudayaan suatu golongan tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini suatu golongan sengaja diasingkan atau mengasingkan diri sehingga tidak terjalin hubungan intensif dengan anggota masyarkat. Ini akan mengakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dimiliki oleh golongan tersebut sehingga memunculkan prasangka atau kecemasan yang dirasakan oleh warga masyarakat terhadap golongan tadi

b. perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lain. Sikap superior banyak dijumpai di daerah-daerah yang dijajah. Kaum penjajah menganggap kebudayaannya jauh lenih tinggi dibanding kebudayaan masyarakat yang dijajah.

c. dalam batas-batas waktu tertentu perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniyah lainnya dapat pula menjadi penghalang bagi berlangsungnya integrasi sosial

d. perasaan in-group yang berlebihan sehingga membuat warga kelompok terlalu terikat pada kelompoknya dan sulit menerima keberadaan kelompok lain

e. tindakan diskriminatif golongan penguasa. Tindakan yang membeda-bedakan dan tidak memberikan kesempatan yang sama dapat menimbulkan kebencian, kecemburuan bahkan pertikaian yang menghambat integrasi sosial

e. perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi antarwarga kelompok yang akhirnya bisa berujung pada pertentangan antarkelompok

Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial     

William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff menyebutkan beberapa syarat berhasilnya suatu integrasi sosial yaitu sebagai berikut.

  1. anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan satu dengan lainnya. Artinya kebutuhan fisik seperti pangan dan sandang serta kebutuhan sosialnya dapat dipenuhi oleh budayanya. Kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi tersebut menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga keterkaitan antara satu dan lainnya.
  2. masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi satu dengan lainnya.
  3. norma-norma dan nilai sosial yang berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten serta tidak mudah mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan proses interaksi sosial.
Ditulis pada Sosiologi SMA Kelas XI | Tinggalkan komentar

Integrasi dan Reintegrasi Sosial Sebagai Upaya Pemecahan Konflik Sosial dan Kekerasan

Integrasi dan Reintegrasi sosial

Dalam masyarakat terdapat berbagai perbedaan yang dapat mengarah kepada konflik sosial. Untuk menyelaraskan perbedaan tersebut, diperlukan upaya konsensus menuju ke arah integrasi sosial. Hal ini bertujuan agar setiap perbedaan dapat hidup secara berdampingan. Konflik adalah fenomena sosial yang hadir di setiap aspekkehidupan masyarakat. Kehadirannya dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Demikian pula integrasi sosial akan hadir di masyarakat, kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itua antara konflik sosial dan integrasi sosial bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Hal ini berarti di mana ada konflik disitu akan terjadi yang disebut reintegrasi.

Definisi integrasi sosial

Integrasi sosial adalah dua istilah kata yang digabungkan menjadi satu yakni integrasi dalam bahasa Inggris integration artinya adalah kesempurnaan/keseluruhan, sedangkan sosial adalah hubungan dan timbal balik dari tindakan yang dilakukan oleh masyarakat. Tindakan yang dilakukan masyarakat di sini tentu timbul dari adanya gejala sosial mengenai keinginan dan harapan, apabila gejala sosial dan keinginan tersebut tidak bisa dilakukan akan menuai permasalahan sosial, yang akhir permasalahan inilah memicu adanya konflik atau integrasi dalam masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) disebutkan bahwa integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu. Dengan demikian integrasi merujuk pada masuk, menyesuaikan, atau meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda sehingga menjadi seperti satu. Dari uraian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan norma.

Definisi integrasi sosial menurut para ahli

Hendro Puspito

Integrasi sosial adalah suatu kondisi kesatuan hidup bersama dari aneka satuan sistem sosial budaya, kelompok-kelompok etnis dan kemasyarakatan untuk berinteraksi dan bekerja sama. Hal tersebut dilakukan berdasarkan nilai dan norma-norma dasar bersama guna mewujudkan fungsi sosial-budaya yang lebih maju, tanpa mengorbankan ciri-ciri kebinekaan yang ada.

Soerjono Soekanto

Integrasi sosial adalah suatu proses sosial individu atau kelompok untuk berusaha memenuhi tujuan melawan lawan yang disertai dengan suatu ancaman dan/atau kekerasan

Kun Maryati dan Juju Suryawati (2014:140)

Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur tersebut mencakup perbedaan norma. sistem nilai, kebiasaan, bahasa, agama, etnik, ras dan kedudukan sosial.

Michael Banton

Integrasi sosial adalah pola hubungan yang menerima adanya perbedaan ras dalam masyarakat. Namun tak berfungsi penting terhadap perbedaan ras tersebut.

Abu Ahmadi

Integrasi sosial adalah kerjasama dari semua anggota masyarakat, mulai dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat sehingga menghasilkan konsensus nilai yang dijunjung tinggi.

Sumber

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/11/171137169/integrasi-sosial-definisi-dan-bentuknya?page=all.

Pengertian Integrasi Sosial: Bentuk, Syarat, Faktor Pendorong dan Penghambat Proses Integrasi Sosial

Tugas

1. Jelaskan pengertian Integrasi sosial menggunakan bahasamu sendiri !

2. Carilah beberapa definisi integrasi sosial menurut para ahli yang relevan selain yang tekah dijelaskan pada materi !

Ditulis pada Sosiologi SMA Kelas XI | Tinggalkan komentar