Sopo Nandur Bakal Ngunduh

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat heterogenitas luar biasa kompleks, demikian pula struktur sosial yang di milikinya (smi :x) dengan begitu dapat kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia adalah msyarakat majemuk karena keberagaman yang di miliki. Berarti dengan keberagaman tersebut menunjukkan bahwa satu sama lainnya mempunyai budaya yang berbeda dari segi apapun termasuk nilai dan norma yang ada dan di anut. Namun dari keberagaman tersebut pemerintah mencoba mencanangkan multikulturalisme sebagai acuan alam kemajemukan masyarakat Indonesia, selain sebagai pendidikan karakter, multikulturalisme pada dasarnya juga di harapkan mendatangkan rasa dan sifat nasionalisme pada masing-masing individu, dengan adanya rasa nasionalisme otomatis telah menumbuhkan rasa cinta dan peduli antara satu dengan lainnya, rasa memiliki serta menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.

Di jaman yang global dan modern seperti saat ini faktanya banyak masyarakat Indonesia yang lupa akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia, banyak dari mereka yang mengikuti dan merasa bangga dengan westernisasi. Dengan begitu bagaimana multikulturalisme yang di canangkan bisa mendidik karakter masyarakat Indonesia bisa berjalan, bahkan rasa kepedulian yang merupakan bagian dari multikulturalisme tersebut sendiri akan hilang, contoh kecil saja banyak anak muda  sekarang tidak menghormati orang tua, dari situ dapat di maknai mengenai rasa peduli dan rasa iba.

Dari pemaparan di atas harus menumbuhkan sikap  di jaman yang seglobal dan semodern ini kita di harapkan tidak tergiur dan menikmti westernisasi sehingga tetap memperhatikan nilai-nilai dan norma yang ada. khususnya saya sebagai mahasiswa sosiologi yang objek kajiannya adalah masyarakat, selalu memperhatikan nilai dan norma tersebut di dalam proses hidup dan proses pembelajaranya. Dan sebagai warga ilmu sosial yang memiliki jargon peduli dan ceria agar tetap merealisasikan rasa peduli dengan konteks yang luas terhadap orang lain dan rasa ceria karena terealisasinya bentuk masyarakat multikulturalisme, selain itu juga harus percaya terhadap nilai tolong menolong, khususnya adalah balasan dari apa yang telah kita perbuat.

Di sisi lain dalam Islam sendiri juga di tekankan mengenai rasa hormat,  dan rasa saling tolong menolong sehingga tetap tercapai rasa silaturrahmi. Saya teringat salah satu hadis bahwa stiap kebaikan yang di lakukan walaupunsebesar biji zarah (sangat kecil) akan di balas, begitu pula sebaliknya. Jadi di sini di percaya atau  tidak dan ntah di sengja atau tidak semua kebaikan yang telah kita pebuat pasti akan mendapatkan balasan seperti kebaikan yang telah kita lakukan bahkan lebih, rasanya sudh menjad hukum alam. Semacam tersebut sebagai motifasi untuk melakukan kebaikan bukan mengharapkan kebaikan atau balas budi dari kebaikan yang telah kita lakukan

5 Bentuk kebaikan yang di kemas dalam bentuk narasi

  1. Serangan subuh

Ini adalah cerita semasa ujian tengah semester di unnes selesai, saat fajar setelah selesai sholat subuh saya kembali mealnjutkan tugas deadline mata kuliah umum. Dalam membuat tugas saya  selalu menyetel musik dan membuka pintu kamar agar terhirup udara segar fajar dan membangkitkan konsentrasi dalam belajar saya, karena dalam proses pembelajaran saya yang efektif saya rasa dengan mendengarkan musik, saat itu saya baru mendapatkan enam halaman dan masih kurang empat halaman karena di dalam tugas tersebut dosen memberi batas minimal sepuluh lembar halaman. Dengan motivasi yang tinggi saya berusaha menyelesaikan kewajiban saya tersebut karena jam 8 tugas sudah harus di kumpulkan di meja dosen. Namun tidak terduga ada tetangga kamar yang mengucapkan salam dan menangis meminta bantuan untuk di antarkan ke stasiun poncol karena teman yang bersedia mengantarkannya tiba-tiba tidak bisa di hubungi dan memang saat itu juga tidak ada satupun orang yang beraktifitas dan melek selain saya.

Dalam posisi yang seperti ini saya merasa iba dan di sisi lain merasa bingung karena tugas deadline yang belum terselesakan, pemikiran saya dalam posisi yang masih fajar seperti itu pasti suasana luar masih sangat sepi apalagi saat itu sedang  marak-marakya musim begal di jalan yang meuju unnes, saya kembali berfikir sefajar itu pastinya tidak ada kendaraan maupun angkot yang mangkal. Kemudian saya bertekad megantarkan teman saya ke stasisun dengan perasaan yang sagat mantap, karena dengan keyakinan dan kemantapan pasti tidak akan ada suatu hal jelek yang akan menimpa kita. Sehabis mengantarkan teman ke stasiun saya kembali ke unnes dan sampai di unnes kira-kira puluk enam lebih karena di jalan hendak kembali ke unnes macet banyak orang yang menuju ke pasar. Sesampainya di kos dengan waktu dua jam untuk menggarap tugas deadline tersebut sangatlah kwalahan, namun saat membuka grup whattsap saya mendapatkan berita bahwa tugas yang semula di kumpulkan jam 8 tersebut kemudian di undur menjadi jam 3 sore, dan perasan resah saya berubah menjadi rasa syukur, ya mungkin itu adalah balasan dari sugesti rasa kemantapan dan keyakinana hati saya.

Jika di kaji dengan konsep SMI mengenai norma dan nilai yang ada di dalam masyarakat faktor saya membantu teman pada dasarnya karena rasa saya normal sebagai mahluk sosial yang tetap memperhatikan unsur pengikat manusia dalam hidup bermasyarakat yaitu rasa solidaritas, di sana saya sebagai mahasiswa yang juga bukan asli semarag sendiri berusaha menumbuhkkan rasa solodaritas di antara teman  pastinya agar tetap tumbuh rasa pertemanan dan rasa tetangga yang harmonis, karena saya rasa saat kita bisa membatu sesama berarti kita juga telah mengalahkan rasa deskriminasi tentang seorang teman yang beda daerah dan beda jurusan untuk tetap di perlakukan sama, walaupun pada dasarnya kita tidak akrab dengan mereka dan bukan satu daerah dengan mereka, secara tidak langsung  kita sendiri juga telah menjunjung multikulturalisme

  1. aji mumpung

sepulang berbelanja dari semarang bawah bersama teman saat kembali ke unnes dan melewati  jalan Gajah Mungkur di sana saya melihat anak kecil sedang bermain bola sendiri di samping jalan, saat itu saya berfikir bagaimana dan di mana orang tuanya membiarkan begitu saja anankya yang masih kecil kira kira berumur dua tahun. Jalan yang saya lewati memang penuh dengan warung- warung kecil dan saat itu pula saya berfikir mungkin orng tua bocah tersebut adalah salah satu penjual dari warung-warung yang saya lewati tersebut. Tiba-tiba montor yang saya tumpangi ban belakangnya bocor mungkin karena tidak segaja kami melewati jalan yang berlubang dengan posisi laju sepeda yang sangat tinggi, sehingga kami menembelkan ban yang bocor tersebut di samping warung-warung kecil yang saya ceritakan.di sana saya masih melihat bocah kecil tanpa pengawasan orang tua tersebut masih asyik bermain bola di samping jalan raya. Saya tetap memperhatikan bagaimana tingkah bocah tersebut karena merasa kasihan, saat itu juga bola yang di mainkan anak tersebut terlempar ke jalan raya dan bocah tersebut mencoba mengambilnya tanpa memperhatikan kanan dan kiri, rame dan tidak posisi jalan raya saat itu karena memnag masih bocah belum sampai terfikir. Sontak saya memberhentikan sepeda motor yang lewat di depan saya dan lari mengambil bola serta mengamankna anak tersebut, jelas saja suasana menjadi ramai dan banyak orang yang marah-marah karena tingkah bocah tersebut yang bermain di jalan tanpa pengawasan orang tuanya. Kemudian setelah saya mengamankan bocah tersebut selang beberapa menit sang ibu dari orang tua tersebut keluar dan mengambil kembali anaknya dan memarahi bocah tersebut tanpa mengucapkan terima kasih atau bagaimanapun.

Jika di kaji dengan konsep smi mengenai nilai sosial (smi:43) bahwa erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat, nilai sosial adalah sejumlah sikap perasaan ataupun anggapan terhadap suatu hal mengenai baik buruk, benar salah, patut tidak patut . pada dasarnya masyarakat mengakui adanya individual, yaitu nilai-nilai yang di anut baik selaras maupun bertentangan. Bahwa di sana saya melihat orang tua yang begitu cuek dengana anaknya karena kebiasaan atau budaya di lingkungan warung-warung tersebut bahwa melayani pelanggan terutama saat ramai lebih penting dari apapun,mereka lebih mementingkan prospek aji mumpung tanpa memperhatikan yang lain. Di sana mereka mungkin menganggap hal tersebut merupakan hal yang sudah biasa dan tanpa mengucapkan terima kasih saat saya mencoba membantu anaknya tersebut. Ya, sesuai dengan pandangan mengenai nilai dan kebudayaan yaitu selaras dan bertentangan.

  1. Olahraga malam dengan sepeda motor bukan sepeda ontel

kebaikan ketiga adalah pada saat kembali ke perantauan sehabis libur idhul adha, saat itu saya kembali bersama kakak tingkat yang sudah menjankau semester 9 bersama teman temannya yaitu saat itu tiga motor dengan salah satu motor kosong atau tidak berboncengan. Saat sampai di Demak selang satu jam dari kampung saya yaitu di Jepara salah satu rombongan saya kendaraan tersebut mengalami kendala dan saat itu tidak bisa normal untuk perjalanan dan tidak ada bengkel yang buka di dekat tempat kami berhenti, saat itu kami memutuskan untuk tetap melanjutkan dengan menumpangi motor yang berkendala tersebut di dorong dengan kaki dari belakang atau kami meyebutnya di pancal, dan dari teman teman merekomendasikan saya yang menumpangi motor yang berkendala tersebut karena postur saya yang kecil dengan asumsi akan lebih meingankan beban mendorong motor tersebut. Pada awalnya saya merasa takut karena saat itu posisi jalanan pantura, tempat di mana kendaraan melaju dengan keceapatan tinggi dan ramai karna saat itu posisi adalah habis magrib. Kemudian saya mengendarai motor tersebut dan sampai di demak perbatasan semarang pun tidak ada bengkel yang buka karena mungkin saat itu posisi idhul adha orang-orang libur dengan pekerjaannya. kami tetap menumpangi dan mendorong motor tesebut, Sesuai planning kita akan menitipkan motor tersebut di Semarang bawah karena tidak mungkin jika kita kita mendorong motor tersebut ke gunung pati mengingat jalannya yang tinggi seperti . Namun apa daya saat kami mencoba menghubungi teman-teman kami yang tinggal di semarang bawah ternyata mereka belum kembali ke perantauan, dan saat itu pula kami memutuskan untuk mendorong motor yang mengalami kendala tersebut untuk sampai ke unnes.

Jika di kaji menggunakan konsep smi khususnya megenai orientasi nilai budaya masyarakat indonesia (smi :70) bahwa kebudayaan-kebudayan yang amat mementingkan hubugan vertikal antara manusia dengan sesamanya. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada tokoh-tokoh, orang senior, maupun atasanya. Orang dalam suatu kebudayaan tersebut merasa tergantung dengan sesamanya. Sesuai sesuatu yang saya lakukan di atas bahwa saya melakukan kegiatan tersebut pada dasarnya karena dorongan dari senior bahwa saya merasa mempunyai sugesti tersendii bahwa semua yang di katakan senior atau kakak tingkat tersebut ada dasarnya baik untuk prospek saya dan juga sebagai rasa balas budi karena sudah mau mengajak kembali ke perantauan bersama-sama.

  1. Pengendara ninja yang ceroboh

waktu meunjukkan pukul 21.30 saya bersama teman saat itu dari rapat persiapan pelantikan sekolah kader bangsa (progja dari bem km) saat itu saya mengisi bensin motor saya di spbu tepatnya di patemon, saya menggunakan jaket sekolah kader bangsa yang pasti ada embel embel UNNES, saat malm itu memng posisi mendung sekali dan gerimis gerimis syahdu, kami antre untuk mengisi bensin saat itu motor antrean di depan kami yaitu motor ninja mengisi bensin dengan tarif 50k. Namun saat setelah tangki terisi penuh pengemudi ninja tersebut merogoh saku untuk mengambil uang. Namun ternyata di dalm sakunya tidak terdapat uang dan sontak saat melihat saya yang memakai jaket unnes sang laki laki tersebut meminjam uang kepada saya karena saat negosiasi dengan pegawai spbu tersebut tidak meembolehkan sang pengemudi tersebut kembali mengambil uang. Kemudian saya mengeluarkan uang saya yang sebesar 50k tersebut untuk saya pinjamkan kepada pengemudi ninja tersebut dan tidak jadi membeli bensin karena saya rasa orang tersebut lebih membutuhkan karena posisi saat itu bensin saya tidak dalam keadaan limit dan masih bisa di buat untuk kembali ke kos-kosan.

Apabila di kaji dengan konsep smi khususnya bab kesetaraan dalam perbedaan (smi :36) bahwa kesetaraan melibatkan perbedaan kesempatan untuk menjadi sama yang menuntut kita mempertimbangkan ksman beserta kerbedan. Bahw di sana saya dan pengemudi ninja tersebut sama-sama mempunyai kebutuhan membeli bensin namn di sana yang berbeda adalah pria tersebut lebih membutuhkan dari pada saya dan di sana saya mencoba mencoba menyamakan perbedaan tersebut dengan meminjami uang.

  1. Main hujan-hujanan

Saat itu adalah liburan malam pergntian tahu baru, saya bersama teman teman pergi camping di salah satu pantai di Jepara saat itu ramai sekali memang karena ada momen pergantian tahun baru, saat sholat magrib di mushola bersama teman secara tidak sengaja teman saya menemukan syal supporter bola jepara dan saat itu pula teman saya mencoba mengambilnya karena tahu bahwa syal tersebut pasti milik anak jepara dan barangkali bisa mngembalikan ke pemiliknya. Sehabis sholat dan sampai tenda posisi hujan deras dan kita tidak bisa memutari tenda-tenda untuk mengembalikan syal tersebut. Tiba-tiba di BBM teman saya ada yang mengirim broadcst menegai kehilangan syal banaspati. Kemudian saya membalas pesan teman saya bahwa syal yang hilang berada di saya dan akan saya kembalikan kepada si pemilik besok hari saat hujan reda. Namun tidak di sangka teman saya pemilik syal tersebut menyuruh untuk mengembalikan saat itu juga di tunggu di pintu gerbang menuju pantai tanpa mau memperhatikan hujan atau tidak. Posisi di tenda tidak ada payung dan jas hujan . ya saya bertekad mengembalikn syal tersebut dengan hujan-hujanan sendiri karena teman saya yang menemukan syal tersebut tidak mau membersamai.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah Sosant. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: