Illnes, Desease, Sicknes dalam Antropologi kesehatan

Antropologi kesehatan merupakan salah satu cabang dalam ilmu antropologi. Antropologi merupakan ilmu yang memeplajari tentang manusia sebagai makhluk sosial yang objek kajiannya utamanya adalah kebudayaan. Oleh karena itu pengertian antropologi sering disandingkan dengan kebudayaan. Kebudayaan menurut kontjaraningrat adalah suatu hasil karya, karsa, dan cipta manusia yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat (kolektif) dengan belajar. Jadi kebudayaan sangat luas dan hampir semua aspek dalam kehidupan manusia adalah kebudayaan. Jika dilihat dari penjelasan tersebut akan terlihat bahwa antropologi kesehatan akan melihat fenomena kesehatan dalam perspektif antropologi atau budaya. Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan kaitan antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga dapat diketahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.[1]

Menurut Foster dan Anderson Antropologi kesehatan merupakan suatu disiplin biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan perilaku manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit.[2] Antropologi Kesehatan merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosiobudaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari “kesehatan” dan kesakitan yang dilihat dari segi-segi fisik, jiwa, dan sosial serta perawatannya masing-masing dan interaksi antara ketiga segi ini dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat individual maupun tingkat kelompok sosial keseluruhannya.1

Dalam antropologi kesehatan terdapat tiga pandangan mengenai sakit yaitu desease, illnes dan sicknes. Pertama Desease merupakan pandangan sakit menurut para ahli medis modern yang melihat penyakit sebagai ganguan pada tubuh manusia yang menyebabkan berkurangnya atau hilangnya fungsi anggota tubuh tersebut. Hal ini dilihat berdasarkan diagnosa dan pemeriksaan secara klinis/medis. upaya penyembuhannya pun dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan yang teruji secara ilmiah. Kedua Illnes merupakan padangan sakit dalam perspektif kultural, dimana orang dikatakan sakit apabila ia tidak dapat menjalankan fungsi dan peranan sosialnya, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Pendiagnosaan sakit dilakukan oleh diri individu itu sendiri berdasarkan apa yang dirasakan dan pengetahuan yang dimilikinya. Dan ketiga sicknes merupakan pandangan sakit menurut pandangan masyarakat dimana individu tidak dapat melakukan fungsi dan peran sosialnya dan melihat sakit dalam perspektif kultural.

Pandangan sicknes hampir sama dengan pandanga illnes dimana sakit dipandang dalam persprektif kultural, seseorang akan dipandang sakit apabila ia tidak dapat menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Kedua pandangan ini juga berpendapat bahwa Sakit bukan hanya dilihat secara jasmani, tetapi juga secara rohani, masyarakat dalam budaya tertentu melihat bahwa sakit juga disebabkan oleh hal-hal yang tidak tamapak/gaib yang mengganggu mereka dan itu tidak dapat dijelaskan dalam dunia medis. Namun yang membedakan kedua pendanga tersebut adalah illnes melihat sakit dari pandangan individu sebagai pelaku sakit (diri yang sakit) yang mendiagnosa dirinya sendiri. Sedangkan sicknes melihat sakit dari pandangan masyarakat atau masyarakat memandang individu yang sakit dan mendiagnosa individu tersebut dengan pandangan sakit menurut budaya mereka. Misalnya Dito mengalami sakit, secara desease dokter mengatakan bahwa Dito sakit demam karena adanya virus yang masuk dalam tubuhnya dan mengganggu organ tubuhnya sehingga terdapat sistem dalam tubuhnya yang tidak berfungsi. Dengan pengetahuan yang dimiliki, dokter akan memberikan upaya penyembuhan dengan memberikan obat-obatan yang mengandung parasetamol dll yang sudah teruji secara ilmiah dapat menyembuhkan penyakit demam.

Dalam pandangan illnes Dito memandang bahwa ia sakit demam berdasarkan apa yang dirasakan dan pengetahuannya. Dito mendiagnosa bahwa ia sakit demam karena ia mengalami peningkatan suhu tubuh yang diluar suhu normal namun ia merasa tubuhnya dingin. Dengan pengetahuan yang dimiliki Dito bahwa hal tersebut merupakan gejala demam dan ini membuat Dito merasa lemah dan tidak dapat beraktivitas. Sedangkan dalam pandangan sicknes Dito dianggap sakit demam oleh masyarakat, karena Dito tidak dapat menjalankan fungsi dan peran sosialanya, teman Dito memandang Dito sakit karena ia tidak dapat beraktivitas untuk masuk sekolah. Dalam pendiagnosaan sakit demam tersebut masyarakat tidak hanya melihat kondisi fisik Dito tetapi juga psikisnya. Jika sakit yang dialami Dito tidak terjadi perubahan psikis maka sakit yang dialami adalah sakit karena pengaruh lingkungan luar. Namun jka sakit tersebut juga berpengaruh pada psikis Dito yang menimnulkan perilaku yang tidak normal maka sakit tersebut disebabkan oleh hal-hal gaib yang masuk dalam tubuh dan mengganggu Dito sehingga menimbulkan sakit. Setelah mendiagnosa penyakit Dito maka akan diketahui cara pengobatannya, ketika demam Dito disebabkan pengaruh lingkungan maka akan dilakukan pengobatan naturalistik. Diato hanya cukup dikompres dengan air dingin agar suhu tubuhnya turun dan diberi minuman hangat agar tubuhnya terasa hangat dan menjadi keseimbangan dalam tubuh. Namun ketika demam Dito desertai dengan perilaku yang tidak normal dan diprediksi disebabkan adanya hal gaib yang mengganggu maka akan dilakukan sebuah pengobatan yang bersifat personalistik. Jika si pengganggu memiliki kekuatan yang rendah maka akan dilakukan perlawanan/konfrotasi. Hal ini biasanya dilakukan oleh tabib dengan memantra-mantrai pesien agar roh gaib pengganggu pergi atau dalam dunia islam disebut Ruqyah. Namun ketika roh gain pengganggunya memiliki kekuatan yang lebih besar maka akan dilakukan kompromi. Biasanya pengobatan ini dilakukan oleh para dukun, kiai, atau tokoh agama, mereka akan mendo’akan pasien dan memberikan sesajian sebagai persembahan agar roh gaib tersebut pergi meninggalkan tubuh pasien.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kesehatan bukan hanya dapat dilihat dalam kacamata medis yang melihat kesehatan manusia secara jasmani, dimana sakit terjadi karena adanya gangguan yang terjadi dalam tubuh manusia (disease). Kesehatan juga dapat dilihat dari kacamata antropologi bahwa kesehatan suatu masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya suatu masyarakat dimana mereka tinggal, sehingga pandangan mengenai sakit, penyakit, dan sehat akan berbada antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Misalknya dalam masyarakat jawa memandang kutu air bukanlah sebuah penyakit, karena hal tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari mereka dan mengganggu fungsi dan peran sosial dalam masyarakat. Namun dalam masyarakat Amerika kutu air dinggap sebagai penyakit karena adanya pengetahuan bahwa terdapat virus/bakteri yang masuk dan menggnggu sistem dalam tubuh. Selain itu kutu air juga mengganggu aktivitas masyarakat Amerika karena dalam bekerja mereka dituntut untuk memakai sepatu dan itu akan menimbulakan rasa gatal dan ketidak nyamanan. Sehingga hal ini juga dianggap sebagai penyakit dalam masyarakat Amerika. Sakit dalam pandangan budaya diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat menjalankan fungsi dan peranan sosial karena adanya gangguan fisik ataupun psikis (illnes). Sehingga untuk mengatasi atau mengobati sakit masyarakat memiliki cara yang berbaeda-beda sesuai dengan pengetahuan yang mereka meiliki berdasarkan pengalamannya.

Dalam pandangan illnes, dan sicknes menurut Foster dan Anderson (1989:63-64) terdapat dua pengobatan yang dalam sistem medis antropologi kesehatan yaitu personalistik dan naturalistik.[3] Seperti yang telah disinggung diatas bahwa sistem medis personalistik merupakan sistem medis yang melihat penyakit disebabkan oleh makhluk supranatural dan roh-roh gaib. Oleh karena itu usaha penyembuhannya juga dilakukan melalui agen-agen personal (makhluk supranatural dan roh-roh gaib lainnya). Usaha penyembuhan ini bisa dilakukan dengan melawan jika kekuatan penyebab penyakit lebih rendah atau dengan kompromi jika penyebab penyakit memiliki kekuatan yang lebih besar.

Sedangkan sistem medis naturalistik merupakan sistem medis yang melihat adanya keseimbangan dalam tubuh manusia. Sehat terjadi karena adanya keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia, apanila unsur-unsur keseimbangan tersebut terganggau maka akan menimbulkan keadaan tidak sehat atau sakit. Unsur-unsur ini terdiri dari panas, dingin, dan cairan dalam tubuh, dalam masyarakat China sistem medis ini dikenal dengan istilah Ying dan yang. Konsep ini melihat sakit dalam sebab-akibat dari unsur-unsur manusia. Suatu penyakit akan dijelaskan melalui penyebab yang mengganggu keseimbangan alamiah (kelebihan panas atau dingin). Sehingga dalam upaya penyembuhannya juga dilakukan secara berlawanan dengan yang terjadi. Seperti dalam cotoh diatas ketika suhu tubuh panas maka akan dikompres dengan air dingin agar terjadi keseimbangan dan dapat normal kembali menjadi sehat.

Berdasarkan penjelasan diatas, kesehatan bukan hanya kajian ahli medis modern yang melihat dari kacamata ilmu pengetahuan secara ilmiah, namun juga dapat dikaji dalam perspektif budaya. Kesehatan bukan hanya yang berkaitan dengan fisik manusi, namuan juga psikis manusia, bukan hanya yang terjadi karena ada gangguan pada anggota tubuh manusia, tetapi juga terjadi karena adanya gangguan dari hal lain seperti makhluk supranatural dan roh-roh gaib. Dengan penyebab yang berbeda juga akan melahirkan upaya pengobatan yang berbeda pula, hal ini tergantung kepercayaan dan sistem medis yang digunakan oleh suatu masyarakat.

[1] https://ilyass.blogspot.com/antropologi/kesehatan.htm

[2] Faster dan Anderrso.1989.Antropogi kesehatan.Jakarta:UI Press

[3] Foter dan Anderson.1989.Antropologi Kesehatan.Jakarta:UI Press

Tulisan ini dipublikasikan di antropologi. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: