(1) RPP, (2) Bahan Ajar, (3) Media Presentasi (4) Alat Evaluasi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA N 2 Ungaran
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
Tahun Pelajarn : 2017-2018
Materi :Koloid

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.14. Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya 1. Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
2. Mengetahui sifat koloid absorsi
4.14. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang dibuat 1. Mengetahui cara pembuatan adsorben dari kulit singkong
2. Melakukan percobaan penjernihan air sumur dari kulit singkong untuk menjernihkan air sumur
3. Menganalisis sifat dari sistem koloid yang dibuat.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui Discovery Learning dengan mengidentifikasi, mengamati, menanya dan berdiskusi siswa dapat,menunjukkan sikap rasa ingin tahu, kritis, aktif, tanggung jawab, berkerja keras,toleransi dalam melakukan praktikum. Siswa juga dapat mengetahui pemanfaatan limbah kulit singkong untuk menjernihkan air. Siswa dapat melakukan percobaan dilaboratorium terkait dengan materi sifat absorpsi koloid.

D. MATERI PEMBELAJARAN
Sifat-sifat koloid Adsorpsi
1. Fakta :
− Absorben limbah kulit singkong
2. Konsep :
− Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Penyerapan partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi bermuatan listrik.
3. Prinsip :
− Sifat-sifat karakteristik koloid adsorpsi
4. Prosedural:
− Proses penjernihan air sumur dengan limbah kulit singkong

E. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Model : Discovery Learning
2. Pendekatan : Scientific
3. Metode : Praktikum

F. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Media :
− Worksheet atau Lembar Kerja Siswa
− Papan tulis
− Spidol
− Alat dan bahan praktikum

2. Sumber Belajar : Buku kimia

G. LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Rincian Kegiatan Waktu Keterangan
Pendahuluan
a. Berdoa
b. Mengecek kehadiran siswa
c. Siswa menjawab pertanyaan apersepsi
“Disajikan gambar air sumur yang keruh dan gambar ketela.

d. Siswa diberi pertanyaan “Bagaimana cara menjernihkan air yang keruh tersebut supaya air sumur tersebut bermanfaat?
e. Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat ini, yaitu sifat absorpsi koloid.
f. Siswa mendengarkan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat membuat adsorben dari kulit singkong yang akan digunakan untuk menjernihkan air yang ada di lingkungan sekolah. 10 Menit
PPK:Religius
PPK: Disiplin
4C: Berpikir Kritis,Kominukatif

PPK: Mandiri
Kegiatan Inti
− Guru mengkondisikan siswa untuk membentuk kelompok
− Tiap kelompok terdiri dari 6 siswa
− Siswa bersama dengan kelompok melakukan kegiatan berikut ini:
1. Mengamati
a. Siswa mengamati air sumur yang ada di lingkungan sekolah
b. Siswa mengamati faktor apa saya yang dapat mencemari air sumur
2. Menanya
a. Siswa bertanya kepada guru bagaimana cara menjernihkan air sumur yang keruh tersebut?
3. Pengumpulan data
a. Siswa bersama dengan kelompok melakukan praktikum
b. Siswa bersama dengan kelompok mengisi Lembar Kerja Praktikum
4. Mengasosiasi
a. Siswa bersama dengan menganalisis data yang diperoleh dari praktikum
b. Siswa mengakaitkan sifat absorpsi koloid yang ada pada kulit singkong
5. Mengkomunikasikan
a. Siswa menyampaikan hasil praktikum pembuatan adsorben dari kulit singkong.
b. Siswa menyampaikan konsep tentang cara kerja absorben pada pada penjernihan air sumur

70 Menit
PPK : Bekerjasama

PPK: Gotong royong

PPK:Rasa ingin tahu
4C : Kritis
PPK: Ingin tahu
4C: Kritis
4C: Komunikatif

PPK: Bekerjasama
HOTS: Mengindentifikasi,

HOTS : Menganalisis

4C: Komunikatif
4C : Kritis
Penutup
a. Siswa menjawab pertanyaan dari guru untuk menguji kepahaman dari materi yang telah diajarkan
b. Siswa mendengarkan penguatan yang diberikan guru
c. Siswa dibimbing untuk menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini
d. Siswa diberi tugas mandiri dan membaca literatur tentang adsorben selain kulit singkong.
10 Menit
4C: Komunikatif
PPK: Mandiri
HOTS: Membaca literature

H. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
1. Prosedur Penilaian
Penilaian pembelajaran dilakukan melalui dua jenis penilaian:
a. Penilaian proses belajar : Penilaian Sikap, Penilaian Kinerja
b. Penilaian hasil belajar : Tes Tulis

Ungaran, November 2017
Mengetahui,
Kepala SMAN 2 Ungaran Guru Mata Pelajaran Kimia

Dra.Yani Sri Ernawati,M.Pd Musyarofah,S.Pd,
NIP.19610311 198903 2 004 NIP. –

Lampiran 1
MATERI SIFAT-SIFAT KOLOID
Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas, terutama dari segi sifat optik, kinetik, elektrik, adsorpsi, koagulasi, serta liofil dan liofob. Untuk memahaminya, pelajarilah uraian berikut.
a. Sifat optik
Sifat optik adalah sifat yang berhubungan dengan hamburan cahaya. Ketika cahaya dilewatkan pada koloid, cahaya tersebut akan dihamburkan oleh partikelpartikel koloid. Partikel koloid ini tidak dapat diamati secara langsung, yang dapat diamati adalah hamburan cahayanya. Sifat optik koloid yang menghamburkan cahaya ini menyebabkan terjadinya Efek Tyndall, yaitu suatu gejala penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan oleh ukuran molekul koloid yang cukup besar untuk menghamburkan cahaya. Efek Tyndall kali pertama diamati oleh Fisikawan Inggris, John Tyndall (1820-1893) sehingga dikenal sebagai Efek Tyndall. Gambar 1.10 menunjukkan saat larutan sejati (A1) disinari dengan cahaya, larutan tersebut tidak menghamburkan cahaya, melainkan meneruskan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (A2), cahaya akan dihamburkan. Penghamburan cahaya tersebut terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sulit diamati. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dijumpai pada peristiwa terlihatnya cahaya lampu kendaraan di jalanan yang berdebu, cahaya proyektor di gedung bioskop, serta berkas cahaya dari suatu panggung pertunjukan.

Gambar 1.10 Efek Tyndall menyebabkan terlihatnya berkas cahaya yang dihamburkan oleh partikel koloid dalam cairan (A); dan oleh partikel koloid dalam udara (B) (sumber:www.akiitians.com; www.courses.candelalearning.com)
b. Sifat kinetik
Sifat kinetik adalah sifat koloid yang berkaitan dengan gerakan partikel koloid dalam medium pendispersinya. Sifat kinetik koloid meliputi Gerak Brown, difusi, sedimentasi, tekanan osmotik, dan viskositas. Yang akan kita pelajari lebih jauh pada modul ini adalah sifat kinetik yang paling sering teramati pada partikel koloid, yaitu Gerak Brown. Gerakan ini kali pertama diamati oleh Robert Brown (1827) yang mengamati gerakan butir serbuk sari (pollen) tumbuhan dalam air. Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang bertumbukan dengan molekul-molekul dari medium pendispersinya secara acak dan tidak beraturan. Jika diamati menggunakan mikroskop ultra, partikel-partikel koloid tersebut bergerak secara lurus sehingga ketika bertumbukan dengan molekul medium pendispersinya akan menimbulkan suatu gerakan zig-zag (Gambar 1.11). Tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersi tersebut terjadi dari segala arah, yang menyebabkan suatu resultan tumbukan yang mengubah arah gerakan sedimentasi partikel koloid sehingga mencegah partikel koloid tersedimentasi. Untuk lebih memahami mengenai gerak Brown (Brownian motion). Mengamati ilustrasinya yang menarik pada link video berikut: https://www.youtube.com/watch?v=CiTzJTcArks.

Gambar 1.11 Gerak Brown yang terjadi secara zigzag akibat tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersinya (sumber: www.web2.clarkson.edu; www.chemistry.tutorvista.com)
Kecepatan gerak partikel koloid semakin meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel dan viskositas larutan. Semakin kecil ukuran partikel semakin cepat gerak Brown yang terjadi, demikian pula sebaliknya, semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak Brownnya. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan suspensi. Meningkatnya kekentalan (viskositas) medium pendispersi akan memperlambat bahkan menghentikan gerak Brown.
Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel, gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fasa terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c. Sifat elektrik
Pada umumnya, koloid memiliki muatan yang menyebabkannya dapat bergerak dalam medan listrik. Terjadinya muatan pada koloid disebabkan oleh adsorpsi ion atau partikel bermuatan pada permukaan koloid. Muatan di permukaan partikel koloid ditentukan oleh muatan ion-ion yang berlebih dalam medium pendispersinya. Perhatikan reaksi berikut: AgNO3 + NaI → AgI + NaNO3
Jika perak iodida (AgI) berada dalam larutan dengan ion iodida (I-) berlebih, maka partikel koloid AgI akan bermuatan negatif. Demikian pula sebaliknya, jika yang ion positif (Ag+) yang berlebih, maka partikel koloid akan bemuatan positif.
Selain dipengaruhi oleh muatan ion yang menempel di permukaan, muatan koloid juga dipengaruhi oleh ionisasi dari gugus-gugus fungsi yang terdapat di permukaan koloid. Misalnya, lateks polistirena yang memiliki gugus asam karboksilat di permukaannya, akan terionisasi menjadi partikel bermuatan negatif. Begitu pula obat-obatan bersifat asam seperti ibuprofen, akan terionisasi membentuk partikel bermuatan negatif. Gerakan partikel koloid dalam medan listrik itu disebut elektroforesis. Elektroforesis ini dimanfaatkan dalam bidang bioteknologi molekuler untuk menganalisis fragmen asam deoksiribonukleat (DNA) dalam suatu studi biodiversitas atau studi forensik menggunakan penanda DNA. Selain itu, sifat elektrik koloid juga digunakan dalam bidang kesehatan untuk proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Proses cuci darah tersebut dikenal sebagai elektrodialisis, yaitu suatu proses pemurnian koloid berdasarkan difusi melalui membran semi permeabel dengan bantuan medan listrik.
d. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penempelan suatu zat pada permukaan koloid karena adanya tarik-menarik antara partikel koloid dengan partikel lainnya seperti tampak pada Gambar 1.12. Dalam sistem koloid, muatan yang teradsorpsi selalu senama yang jika berdekatan akan saling tolak menolak. Akibatnya, partikel koloid tidak terkoagulasi dan bersifat stabil. Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

Gambar 1.12 Adsorpsi pada koloid (sumber: smkdipma.sch.id)
e. Koagulasi
Koloid jika dibiarkan dalam waktu tertentu akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan. Pengendapan atau penggumpalan koloid sol dapat terjadi secara kimia maupun fisika.
1) Koagulasi secara kimia
a) Penambahan elektrolit
Elektrolit menghasilkan ion positif dan ion negatif. Salah satu ion ini akan diadsorpsi oleh partikel sol yang bermuatan berlawanan(ion positif diadsorpsi oleh sol negatif, sedangkan ion negatif diadsorpsi oleh sol positif). Menurut Hardly-Schulze, kekuatan ion mengendapkan koloid bergantung pada besarnya muatan ion zat elektrolit. Makin besar muatan ion, makin besar pula kekuatan mengendapkan koloid. Contohnya, untuk mengendapkan sol As2S3 (bermuatan negatif), diperlukan ion positif, seperti Al3+, Ba2+dan Na+, di mana urutan kekuatan pengendapannya adalah Al3+>Ba2+> Na+. Untuk mengendapkan sol Fe(OH)3 (bermuatan positif), diperlukan ion negatif, seperti [Fe(CN)6]3-, SO42-, atau Cl-. Urutan kekuatan pengendapannya adalah [Fe(CN)6]3-> SO42->Cl-. Demikian pula untuk koloid bermuatan positif, seperti Al(OH)3, dapat diendapkan menggunakan elektrolit yang bermuatan negatif, seperti Cl-, SO42-, dan PO43-. Semakin besar nilai muatan yang berlawanan dengan muatan partikel koloid, semakin cepat elektrolit tersebut menggumpalkan koloid tersebut. Dengan demikan, urutan kekuatan pengendapan koloid bermuatan positif oleh elektrolit bermuatan negatif sebagai berikut: PO43-> SO42-> Cl-.

Lampiran 2

A. TUJUAN
Siswa dapat mengetahui manfaat limbah kulit singkong sebagai adsorben penjernihan air sumur

B. DASAR TEORI
Pembangunan pada satu sisi akan meningkatkan kualitas kehidupan manusia yaitu peningkatan pendapatan masyarakat, namun disisi lain menyebabkan penurunan kesehatan masyarakat akibat adanya lingkungan yang rusak karena pencemaran. Hal ini disebabkan penanganan limbah yang sangat minim. Salah satu pencemaran yang terjadi pada badan air yaitu logam berat, akibat perkembangan industri besar yang menghasilkan limbah berbahaya.
Salah satu material biomassa dari residu hasil pertanian yang belum banyak dimanfaatkan dan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai adsorben logam berat adalah limbah kulit singkong. Karena mengandung selulosa non reduksi yang efektif mengikat ion logam. Selulosa merupakan komponen utama tumbuhan, bahan tumbuhan ini ditemukan di dalam dinding sel buah-buahan dan sayur-sayuran seperti kayu, dahan, dan daun, tidak dapat di cerna oleh manusia. Selulosa yang melewati sistem pencernaan makanan tidak diubah, namun digunakan sebagai serat makanan yang diterima sistem pencernaan manusia yang kurang baik. Limbah kulit singkong merupakan residu hasil pertanian yang terdapat dalam jumlah melimpah di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Aceh. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk mengaktivasi selulosa non reduksi pada biomassa kulit singkong sehingga diperoleh biomassa yang lebih aktif menyerap logam berat.
Selama ini limbah kulit singkong ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, padahal limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku karbon aktif. Proses pembuatan karbon aktif mencakup dua tahapan utama, yakni proses karbonisasi bahan baku dan proses aktivasi bahan terkarbonisasi tersebut pada suhu lebih tinggi. Karbon aktif ini memiliki manfaat sangat banyak, misalnya sebagai penjernih air, pemurnian gas, pengolahan limbah cair dan sebagainya. Konsumsi karbon aktif dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Dinegara- negara besar seperti Amerika kebutuhan perkapitanya mencapai 0,4 kg per tahun dan Jepang berkisar 0,2 kg pertahun. Hal ini dampak pada harga karbon aktif yang semakin kompetitif. Kulit singkong sebagai sumber karbon dapat dimanfaatkan sebagai karbon aktif dengan cara aktivasi kimia, dengan menggunakan NaOH guna meningkatkan nilai ekonomisnya. Karbin aktif adalah suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi, dengan menggunakan gas, uap air dan bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka.
Karbon aktif merupakan absorben yang sangat bagus dan banyak digunakan karena luas permukaan dan volume mikropori sangat besar, dan relatif mudah di regenerasi. Dengan demikian daya adsorbsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau.
Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif tergantung dari jumlah senyawa karbonnya. Daya serap karbon aktif ditentukan oleh luas permukaan partikel. Dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi, jika karbon aktif tersebut telah dilakukan aktivasi dengan faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, karbon akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif yang belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara 300 – 200 m2 /gram. Luas permukaan yang luas disebabkan karbon mempunyai permukaan dalam (internal surface) yang berongga, sehingga mempunyai kemampuan menyerap gas dan uap atau zat yang berada di dalam suatu larutan
Sifat dari karbon aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan yang digunakan misalnya kulit singkong menghasilkan karbon yang lunak dan cocok untuk menjernihkan air. Karbon aktif dibagi 2 tipe, yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk bubuk (powder) ukuran diameter butirannya mencapai 1000 A0, digunakan pada fase cair berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan. Sedangkan karbon aktif granular atau pellet yang sangat keras diamenet pori berkisar antara 10 – 200Ȧ, tipe pori lebih halus, digunakan dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan, dan pemurnian gas (Djatmiko dan Prowiro, 1970).
Secara umum proses pembuatan karbon aktif dapat dibagi dua, yaitu: proses kimia dan proses fisika. Keuntungan dari pemakaian karbon aktif adalah: Pengoperasian mudah karena air mengalir dalam media karbon, proses berjalan cepat karena ukuran butiran karbonnya lebih besar, dan karbon tidak bercampur dengan lumpur sehingga dapat diregenerasi.

C. ALAT DAN BAHAN
Alat:
− Pisau
− Oven
− Desikator

Bahan:
− Kulit Singkong
− NaOH
− HCl

D. CARA KERJA
Pembuatan Absorben :

1. Mula-mula sebanyak 10 kg kulit singkong dibersihkan dari kotorannya,
2. kemudian kulit singkong bagian yang berwarna putih dikecilkan ukurannya dan diovenkan selama 1 jam pada suhu 70 0C.
3. Kulit singkong yang kering tersebut ditimbang sebanyak 300 gr,
4. direndam dengan menggunakan larutan NaOH selama 1 jam
5. dikeringkan menggunakan oven pada suhu 120 0C selama 2 jam.
6. kemudian dikarbonisasi pada suhu 300 0C, 400 0C, 500 0C dan 600 0C selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam, lalu terbentuk karbon aktif.
7. Kemudian didinginkan dalam desikator.
8. Karbon aktif dinetralkan menggunakan HCl dan dicuci menggunakan aquades sampai pH netral.
9. Selanjutnya karbon aktif dikeringkan di dalam oven selama 3 jam pada suhu 110 0C.
10. Dihaluskan dan disaring menggunakan ukuran 100 mesh, dan terbentuk karbon aktif dalam bentuk serbuk.

Langkah-Langkah Penjernihan Air Sumur
1. Ambil 10 mL limbah cair dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Amati dan catat warna limbah cair tersebut.
2. Siapkan beaker glass 250 mL. Masukkan ke dalam beaker glass tersebut 100 mL air sumur dan 0,5 gram absorben limbah kulit singkong dengan karbonisasi yang berbeda-beda
3. Diamkan selama 30 menit
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi pada air sumur.

E. TABEL PENGAMATAN
No. Sampel Warna air sumur
1. Air Sumur
2. Air sumur + Karbon biasa
3. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 3000C Selama 1 Jam
4. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 3000C Selama 2 Jam
5. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 3000C Selama 3 Jam
6. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 3000C Selama 4 Jam
7. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 4000C Selama 1 Jam
8. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 4000C Selama 2 Jam
9. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 4000C Selama 3 Jam
10. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 4000C Selama 4 Jam
11. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 5000C Selama 1 Jam
12. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 5000C Selama 2 Jam
13. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 5000C Selama 3 Jam
14. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 5000C Selama 4 Jam
15. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 6000C Selama 1 Jam
16. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 6000C Selama 2 Jam
17. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 6000C Selama 3 Jam
18. Air sumur + Karbon aktif karbonisasi 6000C Selama 4 Jam

F. PERTANYAAN
Bagaimana pengaruh suhu dan waktu karbonisasi terhadap warna air sumur?

G. KESIMPULAN

PEDOMAN PENILAIAN ASPEK AFEKTIF
No. Aspek yang dinilai Indikator yang sering muncul Gradasi tingkat ketercapaian
1. Bertanya Bertanya dengan mengacungkan jari 4 = apabila 3 indikator muncul
3 = apabila 2 indikator muncul
2 = apabila 1 indikator muncul
1 = apabila tidak ada indikator yang muncul
Memulai pertanyaan setelah dipersilahkan
Pertanyaan disampaikan dengan runtut dan jelas
Pertanyaan logis sesuai dengan topik bahasan yang sedang dibahas
2. Menyumbangkan idea tau pendapat Berpendapat dengan mengacungkan jari 4 = apabila 3 indikator muncul
3 = apabila 2 indikator muncul
2 = apabila 1 indikator muncul
1 = apabila tidak ada indikator yang muncul
Mengemukakan pendapat setelah dipersilahkan
Pendapat disampaikan secara runtut dan jelas
Pendapat logis dan sesuai dengan topik bahasan yang dibahas
3. Menjadi pendengar yang baik Mendengarkan teman yang sedang menyampaikan hasil 4 = apabila 3 indikator muncul
3 = apabila 2 indikator muncul
2 = apabila 1 indikator muncul
1 = apabila tidak ada indikator yang muncul
Mendengarkan teman yang sedang mengajukan pertanyaan
Mendengarkan jawaban teman
Mendengarkan pendapat yang pro maupun yang kontra
4. Bekerjasama Kemauan dalam membantu teman kelompoknya 4 = apabila 3 indikator muncul
3 = apabila 2 indikator muncul
2 = apabila 1 indikator muncul
1 = apabila tidak ada indikator yang muncul
Kemauan membagi tugas dalam kelompoknya
Kemampuan untuk mengorganisir kelompoknya
Kemampuan berkomunikasi dengan teman kelompoknya

PEDOMAN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA
No. Aspek Skor Kriteria
1. Persiapan siswa dalam melaksanakan praktikum 5 Membawa buku pedoman praktikum, membawa buku kimia lain, membuat rancangan praktikum dan menyelesaikan lembar prediksi
4 Tidak melaksanakan satu diantaranya
3 Tidak melaksanakan dua diantaranya
2 Tidak melaksanakan tiga diantaranya
1 Tidak melaksanakan semuanya.
2. Kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan kelompok 5 Siswa dapat bekerjasama dengan semua anggota kelompok
4 Siswa hanya mampu bekerjasama dengan beberapa anggota kelompok
3 Siswa hanya mampu bekerjasama dengan salah satu anggota kelompok
2 Siswa hanya mampu bekerja secara individu
1 Siswa hanya mampu bekerja individu dan mengganggu anggota lain
3. Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan 5 Siswa mampu melakukan percobaan tanpa bantuan guru dan temannya
4 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari guru
3 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari temannya
2 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari guru dan temannya.
1 Siswa tidak mampu melakukan percobaan
4. Kebersihan dan kerapian tempat serta alat percobaan 5 Membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat tanpa perintah guru
4 Membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat setelah diperintah guru.
3 Hanya membersihkan kembali tempat kerja dan alat
2 Hanya marapikan kembali tempat kerja saja
1 Tidak membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat.
5. Kemampuan siswa dalam membuat laporan 5 Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru.
4 Siswa mampu membuat simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru
3 Siswa mampu membuat pembahasan tanpa bantuan dari guru.
2 Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar setelah mendapat bantuan dari guru.
1 Siswa tidak dapat membuat simpulan dan pembahasan dengan benar