SATU HARI MENJADI KAUM PROLETAR : TANJUNG EMAS TEPI LAUT, SEMARANG

Salam Agent of Change!

       Kembali lagi dengan saya yang kali ini akan menceritakan sedikit pengalaman dari kelompok saya yang mendapatkan tugas observasi mata kuliah sosiologi perkotaa untuk sehari menjadi ‘kaum proletar’. Kelompok kami mendapat tempat observasi di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Akan tetapi, untuk menuju ke Pelabuhan kami tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan pribadi (sepeda motor) melainkan harus menggunakan angkutan umum yang ada di Semarang seperti Bus Rapid Transit (BRT) yang karenanya sudah diberlakukannya rute UNNES-UNDIP atau angkutan umum lainnya. Langsung saja ini hasil observasinya. Selamat membaca.

       Pelabuhan Tanjung Emas merupakan satu-satunya Pelabuhan yang terdapat di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tepatnya di Semarang Utara, jika dari arah Tugu Muda berjarak sekitar 5 km atau kira-kira 30 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor. Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini memiliki banyak sekali fasilitas-fasilitas yang sudah cukup memadai untuk para penggunanya di Pelabuhan Tanjung Emas ini ,yaitu seperti Pemecah Gelombang yang berfungsi untuk mengurangi gelombang yang datang secara besar, Alur pelayaran yang digunakan sebagai penunjuk atau rute yang akan dilalui leh kapal ketika berlayar, Kolam pelabuhan, Dermaga, Fender, Gudang, dan terminal seluas 3000 meter persegi. Fasilitas lain yang terdapat di dermaga Pelabuhan Tanjung Emas ini antara lain : Nusantara, Pelabuhan Dalam II, Dermaga Gd. VII, DUKS PLTU, DUKS Pertamina, DUKS BEST, serta DUKS Sribga. Pelabuhan tanjung emas ini juga didukung peralatan yang sudah canggih seperti : Kapal Tunda, Kapal Pandu, Kapal Kepil, Gudang, Lapangan Penumpukan dan alat Bongkar, serta terdapat berbagai pelayanan seperti pelayanan kapal, pelayanan barang, pelayanan terminal, pelayanan tanah, bangunan, air, dan listrik.
Pada laporan observasi ini, kelompok kami akan menceritakan proses perjalanan dan penelitian kami di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini.Untuk menuju ke Pelabuhan Tanjung Emas ini jika kami menggunakan kendaraan sepeda motor kami hanya menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan saja , akan tetapi kami memutuskan untuk naik kendaraan umum saja yang ada di Kota Semarang ini. Awalnya kami bingung mau naik apa, jika kami naik angkutan umum maka perjalanan akan semakin lama dan kami pasti akan capek diperjalanan saja. Beruntunglah kami sebagai mahasiswa UNNES karena sekarang sudah ada Rute Bus Rapit Transit (BRT) Semarang tujuan Unnes-Undip sehingga kami memutuskan untuk naik BRT saja sampai ke Pelabuhan. Keberadaan BRT ini memang sangat memudahkan masyarakat termasuk kami para mahasiswa yang sering mendapat tugas observasi, karena dapat diakses dengan mudah dengan biaya yang cukup murah.
Pada hari Kamis, 11 Mei 2017 kami berkumpul di halte BRT UNNES tepatnya di dekat gedung baru Ekonomi UNNES pada pukul 08.30 WIB. Tak disangkanya kami juga bertemu dengan kelompok lainnya. Kami menunggu BRT sambil berbincang-bincang menanyakan tujuan dari masing-masing kelompok. Tak lama kami menunggu pada pukul 08.52 BRT datang dan kamipun mengantre siap-siap untuk segera masuk ke dalam bus, kami tiba di Patemon untuk membeli karcis seharga Rp3500,- karena hari itu merupakan hari libur nasional jadi pembayaran -untuk tiket pelajar seharga Rp1000,- tidak berlaku. Didalam BRT mayoritas dipenuhi oleh mahasiswa sosiologi angkatan 2015 UNNES baik dari rombel 1 maupun rombel 2, fenomena ini bagi kami seperti layaknya KKL ke 2. Karena bus sangat sesak banyak dari kami yang berdiri, dan ketika sopir bus menginjak rem secara mendadak dan jalan yang menurun serta berliku-liku tajam kamipun serentak akan bergoyang-goyang dan jatuh.
Kami menuju ke Halte Elizabeth untuk transit pertama, di dalam perjalanan kami melewati Trangkil, Akpelni, UNIKA, Gor Jati Diri, Akademi kepolisian, dan lain sebagainya. Kami tiba di Halte Elizabeth sekitar jam 09.30, dan menunggu kedatangan bus yang akan membawa kelompok kami langsung menuju Pelabuhan Tanjung Emas. Memang jika pergi ke Pelabuhan dan naik BRT hanya satu kali transit saja dan beruntunglah kelompok kami yang mendapatkan tempat observasi ke Pelabuhan. Tak butuh waktu lama kami menunggu, sekitar 3 menit berlalu tepatnya jam 09.33 WIB bus tujuan pelabuhan pun tiba. Kami segera masuk dan mencari tempat duduk. Berbeda dengan bus yang sebelumnya, kali ini suasana bus cukup tenang dan sepi, karena jumlah penumpangnya tidak terlalu banyak. Dalam perjalanan menuju Pelabuhan kami melewati banyak jalan yakni kami melewati Jl.Pamularsih, Jl.Dr.Wahidin yang melewati Tanah Putih, Java Mall, Jl.Mataram, Jl.Cendrawasih, Jl. Letjen Suprapto (Kota Lama), Jl. Pemuda, Jl. Kolonel Sugiyono, Stasiun Tawang Semarang, Jl. Ronggo Warsito yang disepanjang kanan kiri jalan banyak truk-truk besar yang parki di pinggir jalan dan terdapat pedagang kaki lima. Akhirnya kamipun tiba di Pelabuhan pada jam 10.15, sebelum masuk ke dalam pelabuhan di depan pelabuhan nampak kondisi jalan yang semrawut, banyak pengendara motor, mobil, truk, becak berlalu lalang tanpa aturan, hal ini karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas disepanjang jalan. Serta di depan pintu masuk pelabuhan Tanjung Emas, terdapat tumpukan sampah, pedagang kaki lima di trotoar, truk-truk yang parkir di samping jalan. Hal ini karena keberadaan jalan yang bertingkat, sehingga jalan yang di bawahnya tidak panas dan cocok untuk berjualan para pedagang, tempat pembuangan sampah, parkir truk.Sesampainya di Pelabuhan kami berjalan masuk dan melihat-lihat apa saja yang ada di dalamnya.
Kami melakukan observasi pada siang hari sehingga cuaca di Pelabuhan saat itu sangatlah panas, tetapi kami terus berjalan sesekali istirahat karena capek dan haus dan mencari-cari pedagang yang ada. Ketika kami berjalan-jalan di sekitar area pelabuhan sembari mengambil gambar atau memfoto-foto apa saja yang kami lihat disekitar pelabuhan, pada saat itu kami ingin memfoto gerbang Terminal Petikemas pelabuhan Semarang tiba-tiba ada sekelompok bapak-bapak yang memakai baju dinas berkumpul di salah satu pos seperti pos polisi atau keamanan disitu dan ternyata mereka itu adalah para petugas yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas tersebut..Mereka berteriak seolah-olah ingin menegur seseorang, kami kira bapak-bapak tersebut menegur kami yang sedang memfoto tanpa ijin terlebih dahulu tetapi hal tersebut salah, bapak-bapak tersebut menegur pedagang es dawet ayu yang sedang melintasi jalan tersebut. Pada saat itu juga kami memberhentikan pedagang es dawet dan membeli es dawet dagangannya itu, ternyata beliau ditegur karena di sekitar jalan tersebut telah terpasang rambu-rambu peringatan seperti dilarang parkir dan dilarang berjualan tetapi beliau tetap berhenti parkir untuk membuatkan empat bungkus es dawet ayunya untuk kami. Dengan rasa sedikit takut kami bertanya-tanya satu sama lain akan tetapi bapak pedagang es dawet ayu tersebut mengatakan bahwa sekelompok bapak-bapak itu hanya sedang bercanda saja tidak sedang memarahi kami semua. Setelah membeli empat bungkus es dawet ayu tersebut kami pun beristirahat sebentar dengan duduk bersama di tepian jalan sambil berselfie-selfie riya bersama. Sekitar 15 menit kami pun langsung melanjutkan perjalanan kembali menelusuri area Pelabuhan.
Cuaca di Pelabuhan semakin lama semakin panas kami berjalan dengan penuh keringat yang membasahi wajah dan badan kami. Di sekitar area pelabuhan banyak juga terdapat fasilitas lainnya yang dapat menunjang aktivitas pengguna pelabuhan misalkan saja adalah halte brt, galeri mesin ATM, disana juga masih ada para buruh bangunan yang sedang bekerja dalam perbaikan fasilitas jalan trotoar, banyak truk tangki besar yg lewat, ada pabrik tepung sriboga, pabrik Tepz (minuman), kondisi jalan luas dan terbuat dari batako yang layak untuk di lalui. Aktivitas perekonomian tidak terlihat begitu nampak karena memang terdapat peraturan dilarang berjualan diarea pelabuhan, hanya masih saja terdapat pedagang es, jamu dan kopi keliling. Tingkat kelakuan masyarakatnya pun dapat dibilang rendah karena memang sekitar area pelabuhan sangat sepi sehingga pembelinya adalah kebanyakan dari orang-orang disekitar pelabuhan yang sedang bertugas. Kondisi kebersihan di area pelabuhan sudah dapat dikatakan cukup baik dan bersih karena sudah terdapat fasilitas tempat sampah disekitar area pelabuhan. Tempat sampahnya pun sudah dibedakan menjadi tempat sampah organik dan non organik. Terdapat beberapa pemulung yang juga turut mebersihkan sampah.


Fasilitas yang tak kalah pentingnya juga terdapat rambu-rambu peringatan contohnya di larang berjualan, dilarang berhenti,dilarang parkir dan lain sebagainya. Di Pelabuhan Tanjung Emas ini juga terdapat terminal Peti Kemas semarang, PT. Pelabuhan Indonesia tiga persero, Kantor cabang Tanjung Emas, serikat pegawai pelabuhan Indonesia tiga dewan pengurus cabang Tanjung Emas, PT. Pelindo Daya Sejahtera. Para pegawai dan petugas yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas ini juga sangat ramah, hal ini dibuktikan dengan mereka menyapa dan bertanya kepada kami kami mau kemana dan kemudian mereka bersedia untuk mengantarkan kami ke kapal dan berjalan berkeliling area pelabuhan sampai selesai. Selain itu kami juga bertemu dengan orang-orang yang ramah-ramah terbukti kami di tawari untuk foto bersama empat anggota kelompok kami namun kami menolaknya karena kami takut. Di Pelabuhan juga ada dua tempat untuk parkir sepeda motor, banyak bangunan pos polisi untuk berjaga namun tidak berfungsi ketika kami datang kesana tak terlihat ada polisi yang berjaga. Terdapat dua samudera disana yakni samudra 1 dan samudra 2. Samudra 1 digunakan sebagai tempat para penumpang, terminal pengangkatan kayu. Pada proses pengangkatan kayu yang dilakukan di samudra 1 tersebut adalah dengan menggunakan mobil pengangkut kayu seperti layaknya sebuah mesin yang dapat mengangkut beban besi yang sangat berat, disana juga kami melihat adanya proses pengangkatan seperti sebuah kotak besi yang didalamnya ada barang-barangnya untuk dipindahkan. Proses pengangkatan ini tidak dilakukan oleh tenaga manusia, melainkan oleh tenaga mesin, hal ini membuktikan bahwa masyarakat yang ada di Pelabuhan sudah modern mereka sudah terpengaruh dan pandai akan memanfaatkan teknologi canggih yang memang pada zaman globalisasi ini dapat membantu pekerjaan manusia. Kemudian, samudra 2 untuk truk-truk barang yg hendak pergi sebelumnya melakukan registrasi terlebih dahulu di pintu masuk, dalam samudra 2 terdapat penjual yang menjajakan makanan dan minuman. Selain itu, di sekitar pinggir jalan pelabuhan juga ada salah dua orang pegawai yang sedang menanam tumbuh-tumbuhan kecil. Hal tersebut dilakukan untuk memperindah tampilan di pinggir-pinggir jalan area pelabuhan dan juga agar suasana area pelabuhan tidak begitu gersang serta panas. Ketika kami sedang berada di area Samudra 2 kami kembali mengambil foto diarea samudra 2 tersebut, disana kami melihat kapal besar yang satu mengangkut barang dan kapal yang lainnya hanya parkir ditengah laut saja. Kemudian kami juga melihat orang bule yang sedang berbincang-bincang dengan orang dalam (pegawai pelabuhan) kami tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan karena kami berada jauh dari mereka. kami juga melihat banyak sekali barang-barang atau seperti kotak yang terbuat dari besi dan itu cukup besar yang ditaruh di area samudra 2 tersebut.


Setelah kurang lebih 2 jam observasi dan kamipun sudah sangat lelah cuacanya juga sangat panas sekali, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke UNNES. Kami berjalan dari samudra 2 yang letaknya paling Utara dari pelabuhan menuju ke Halte yang letaknya berdekatan dengan pintu masuk. Di tengah perjalanan menuju halte, kami menemui sekelompok bapak-bapak yang tengah mabuk menggenggam botol minuman, dari kejauhan aroma minuman tersebut sudah tercium. Saat kami lewat, kami di tegur untuk datang menuju tempat mereka minum. Kami pun sontak langsung menundukkan kepala dan melangkahkan kaki lebih cepat namun tetap memperlihatkan wajah tenang. Sampainya di Halte BRT, kami menunggu BRT sambil beristirahat. Kami menunggu BRT di jalur kanan, padahal di jalur kiri terdapat BRT yang berhenti. Namun karena letaknya yang berjauhan kami memutuskan menunggu di jalur kanan saja. Karena menunggu cukup lama dan tidak ada BRT yang lewat, kemudian kami berjalan menuju halte sebelah kiri. Di tengah-tengah perjalanan terdapat BRT yang datang, kami pun berlari menuju halte sebelah kanan. Namun sungguh kasian, kami malah di suruh menunggu di halte sebelah kiri. Kami berjalan lagi menuju halte sebelah kiri, dan membeli tiket BRT seharga Rp3.500,- per orangnya dan kemudian kami segera naik masuk ke dalam bus tersebut untuk kembali ke UNNES.
Kami meninggalkan Pelabuhan pukul 12.05 rute yang kami lewati untuk sampai di Elizabeth melewati Jl.Ronggo Warsito, Jl.Pengapon yang terdapat pom bensin, TPI, dan warung penjual di sepanjang trotiar, Jl.Raden Patah terdapat Honda, Pt. Slamet Sumbing, SMA Karang Turi, Jl. Mataram, Jl. Pattimura terdapat SMP 6 Semarang, Polsek Semarang Timur, Jl.Dr.Cipto terdapat Honda Jaya Abadi, PT. Bank Perkreditan Rakyat, Jl. Kompol Maksum terdapat Polinik Umum, Jl. Mataram Java Mall, Jl. Dr. Wahidin Tanah Putih, Jl. Sultan Agung terdapat lapangan golf, Pos Polisi Gajah Mungkur, Akpol, SMA Ibu Kartini, Hotel Elizabeth, dan kemudian sampai di halte Elizabeth jam 12.32 WIB. Kami transit sebentar dan menuju UNNES jam 12.36 WIB, lagi dan lagi ketika di dalam bus kami bertemu dengan kelompok lain satu kelompok dari rombel 1 dan satu kelompok lainnya lagi dari rombel 2 yang mana mereka juga sama-sama untuk pulang ke UNNES. Di dalam bus kami sangat senang dan kami bercanda sangat serunya dan ramainya sampai akhirnya kami sempat ditegur oleh dua orang bapak-bapak kondektur bus agar kami diam dan tenang di dalam bus tersebut, kamipun mematuhinya untuk diam serta meminta maaf dan banyak diantara kami yang tertidur karena kelelahan. Setelah lama perjalanan, kami semua sampai di UNNES jam 13.20 WIB dan kamipun berpisah untuk pulang ke rumah kost kami masing-masing dan beristirahat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: