Hujanku pernah tau rasanya sakit merindu.
Dikala fikir tak menentu dia datang menyayat bagai sembilu.
Seperti pelangi di siang hari dia lebih tega untuk berlalu pergi dan tak kembali.
Syairku bagai symfhoni penyejuk jiwa namun dibalas dengan cacian luka.
Hujanku tak pernah tau cerita luka dibalik derita.
Dia hanya tau mengguyur tubuhku yg sudah terluka.
Berjalan menuju tepi bersama dengan kepingan hati aku mencoba untuk berdiri.
Ya sendiri.
Leave a Reply