Novel Aldebaran (Loving You Endlessly)

Judul            : Aldebaran

Penulis        : Mala Shantii

Penerbit      : Gradien Mediatama

Tebal            : 295 hlm

ISBN             : 978-602-208-157-9

BLURB:
Bagi Aldebaran, Siera adalah gadis yang walaupun baik hati dan jago masak, tapi berdada rata, dan tak pernah becus memilih lelaki untuk dikencani. Kebersamaan mereka telah teruji setelah melewati beragam suka-duka dan kehilangan yang meremukkan. Aldebaran nyaris siap melakukan segala hal untuk Siera. Kecuali, saat Siera meminta hatinya.

_*_

Alur Cerita:
Sepintas, Faraz Aldebaran memang bukan cowok baik-baik. Ia gemar gonta-ganti pasangan. Karier mapan serta tampilan fisik yang nyaris sempurna, memudahkannya menggaet cewek mana pun. Tapi di balik sikap liarnya itu, ia benci satu hal, melihat Siera menangisi lelaki.
“Gue benci lihat lo nangis gara-gara lelaki.”_(hal 36)
Faraz selalu ada untuk Siera, bahkan agak terkesan membatasi ruang gerak cewek yang disebutnya berdada rata itu. Ketika Siera dekat dengan cowok, ia yang paling ngebet cari tahu seluk beluknya. Pun ketika Siera dekat dengan Ben, serta-merta Faraz mengumandangkan ketidaksetujuannya. Siera mulai jengkel, sebab semua cowok yang dekat dengannya selalu salah di mata Faraz. Tapi sejauh ini memang benar adanya.
Tapi tidak kali ini, tidak pada Ben, yakin Siera. Ia kenal baik cowok itu. Ia juga sering main ke rumahnya, menemani mamanya menekuni hobi mereka, memasak.
Tapi lagi-lagi perkataan Faraz benar. Suatu waktu ia memergoki Ben bersama mantannya tengah berperilaku layaknya binatang di tempat umum. Siera menangis lagi, patah hati lagi, terluka lagi. Dan lagi-lagi Faraz ada untuknya, menyiapkan bahu serta dada untuk menumpahkan seluruh kepedihannya.
Setiap kali merasakan kedewasaan Faraz, Siera selalu teringat Riyaz, kekasihnya yang telah direnggut maut.
Faraz hanya ingin memastikan Siera baik-baik saja, sekaligus menepati janjinya pada Almarhum Riyaz, adiknya.
Dari dulu Faraz memang seperti itu, liar dan tak segan memarahi Siera ketika cewek itu mulai bandel dan tak mau mendengarkannya. Ia sangat menyayangi Siera, mungkin melebihi rasa sayangnya kepada cewek yang akan dipacarinya nanti. Mereka mulai akrab sedari kecil, ketika Riyaz masih hidup. Dan keakraban itu terus berlanjut hingga sekarang, sebelum Siera menyadari ada yang berubah dalam dirinya.
“Faraz tersenyum hangat kepadanya. Siera terpaku dan seketika menelan ludah susah payah. Senyuman itu sama. Tatapan itu sama. Pelukan itu sama. Tapi, kenapa kali ini terasa berbeda? Siera meringis dalam-dalam.”_(hal 92-93)
Berkali-kali patah hati pada akhirnya menyadarkan Siera, bahwa lelaki yang ia butuhkan adalah yang selalu ada untuknya selama ini.
Selama ini Siera terbiasa mengobati patah hatinya dengan bertualang ke cinta lain. Lagi pula selalu ada Faraz yang bisa ia jadikan sandaran. Tapi, bagaimana jika penyebab patah hatinya kali ini justru sandaran itu sendiri? Ini seperti kiamat di hidup Siera.
Tahun berganti. Siera berjuang membalut luka, meski tak pernah benar-benar kering. Sebelum akhirnya ia menemukan pelabuhan ternyaman. Ia yakin, pilihannya kali ini tidak salah.
Faraz pun sebenarnya sependapat, tapi entah kenapa, selalu menyeruak ketidakrelaan dalam dirinya. Ada apa sebenarnya? Bukankah tugasnya menjaga Siera hanya sampai saat cewek itu menemukan pendamping hidup? Sial. Rupanya ia terlambat. Terlambat menafsirkan perasaan yang selama ini kerap diabaikannya.
“Bahwa, cinta tak juga selalu tentang rindu dan hasrat menggebu untuk memilikinya dalam ikatan yang tegas di mata banyak orang. Cinta bisa juga sesederhana rasa nyaman dan damai walau hanya sekadar memandangnya, mendengar namanya, merasakannya hadir dalam hati kita ….”_(hal 196)
Lantas, benarkah Faraz sudah terlambat? Sungguh, tidak ada kesempatan lagi? Segera miliki bukunya dan baca sendiri, ya! Hehehe ….
_*_
Review:
Di awal-awal membaca novel ini, agak dibingungkan dengan nama-nama tokoh yang kelewat asing di telinga saya, terlebih nama lengkapnya. Ditambah lagi perbedaan panggilan “Faraz Aldebaran” antara di narasi dan dialog. Nggak masalah, sih, tapi kening cukup dibikin berkerut, setidaknya di 20 halaman pertama.
Selain itu, di awal-awal saya juga kurang bisa masuk ke dalam cerita karena cara bertutur tokoh-tokohnya yang rada ceplas-ceplos, yang sebenarnya agak jauh dari selera bacaan saya.
Tapi terlepas dari hal itu, makin ke tengah, saya malah jatuh cinta dengan novel ini. Ketika tiba di puncak konflik, rasanya geregetan pengin bantu Siera. Saya suka cara penulis menghadirkan sosok Siera. Di awal, sengaja bikin kita bertanya-tanya latar kehidupannya yang sesungguhnya, jawabannya tersimpan rapi di belakang.
Mengingat bagian awal yang agak “nakal”, saya tidak menyangka akan disuguhkan suasana mengharu biru di beberapa bagian terakhir.
Cerita ini tidak melulu soal cinta. Meski porsinya kecil, ada ikatan persaudaraan, juga persahabatan yang menguatkan jalinan cerita. Saya sangat suka ketika Faraz mengenang masa kecilnya bersama Riyaz, juga kebersamaan mereka dengan Siera. Penggalan-penggalan flashback itu terasa manis. Penulis juga pandai menyelipkannya di bagian yang benar-benar pas.
Untuk ending, meski agak klise, tapi menurut saya memang ending seperti itulah yang paling pas untuk cerita ini, sesuai dengan tema yang diusung sejak awal.
Novel ini sangat cocok untuk kamu yang ingin menikmati sajian cinta, persahabatan, dan persaudaraan dalam satu paket. Komplit banget pokoknya.

Diambil dari sumber https://ansarsiri357.blogspot.co.id/2017/09/review-novel-aldebaran.html