Masih banyak orang awam berfikir bahwa antropologi itu bekerja atau meneliti orang-orang aneh dan eksotis yang tinggal di daerah–daerah jauh dimana mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang bagi masyarakat umum adalah asing. Namun pandangan tentang ilmu antropologi tentunya berbeda, tergantung sudut pandang masing-masing orang dan dami sudut pandang mana mereka memandang antropologi. Sehingga pandangan tentang antropologi berbeda-beda dari semua orang. Pandangan orang awam tentang antropologi jelas akan berbeda dengan pandangan dengan orang yang berpengetahuan, dan akan berbeda pula dengan pandangan antropolog.
Perkembangan antropologi tidak saja mempelajari masyarakat primitif saja, tetapi juga masyarakat modern dengan berbagai tingkah laku dan makna di balik tingkah lakuyang dilakukan oleh masyarakat. Antropolgi saat ini sudah memasuki ranah dari semua aspek yang dilakukan manusia. Seakan-akan apa dilakukan manusia adalah kajian antropologi, sehingga terkesan semua kegiatan manusia itu kajian antropologi. Sehingga apa yang dikatakan oleh Prof. P. M Laksono yang “kalau kita ngomong segalanya (ngomong semua yang ingin diomongkan) atau apa yang saja kita omongkan, sama saja kita tidak ngomong apa-apa”. Hal itu juga berlaku dengan kajian antropologi karena apabila kita hanya ngomong tapi tidak melakukan apa-apa itu sama saja kita tidak ngomong apa-apa. Sehngga hal itu juga berlaku dengan kajian antropologi karena semua yang dilakukan manusia merupakan kajian antropologi. Artinya jika hanya menganggap semua kegiatan manusia merupakan kajian antropologi namun tidak ada penerapan dari antropologi maka sama saja sama saja antropologi tidak berperan apa-apa. Selain itu, jika hanya menganggap semua kegiatan manusia merupakan kajian antropologi namun tidak mengerti maksud atau tujuan dari kegiatan manusia maka antropologi tak berarti apa-apa.
Antropologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia, baik itu kebudayaan, perilaku, dsb. Antropologi mempelajari segala sesuatu tentang manusia, baik itu perilaku, kebudayaan, dsb. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua kegiatan manusia merupakan antropologi. Objek kajian antropologipun adalah manusia dengan segala perilaku, kebudayaan manusia dan yang dihasilkan oleh manusia. Dengan adanya perkembangan manusia, maka antropologi juga ikut berkembang sesuai dengan perkembangan manusia. Manusia terus-menerus terjadi perubahan baik itu karena adanya penemuan-penemuan baru yang disebabkan oleh adanya perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga manusia pun ikut berubah. Dengan adanya hal tersebut maka antropologi ikut mengalami perkembangan sehingga yang dulunya antropologi hanya mempelajari tentang masyarakat primitif saja, namun saat ini antropologi juga mempelajari tentang masyarakat modern dengan segala tingkah lakunya. Karena baik masyarakat primitif maupun modern semuanya adalah manusia. Tidak hanya masyarakat primitif saja yang harus dipelajari, namun masyarakat modrn juga bahkan bisa-bisa lebih penting karena semua kegiatan orang modern lebih kompleks dan cenderung lebih cepat mengalami perubahan. Sehingga dengan adanya perkembangan tersebut munculah antropologi terapan dimana dimunculkan untuk menjawab perkembangan tersebut. Artinya antropologi terapan dimunculkan untuk diapikasikan langsung untuk menjawab perkembangan tersebut, yaitu perkembangan manusia yang disebabkan oleh adanya perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Antropologi terapan muncul untuk dapat membantu masalah nyata manusia masa kini. Seperti contoh masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia. Masalah pengangguran tidak hanya menjadi objek kajian sosiologi saja, tetapi juga merupakan kajian antropologi. Dengan adanya antropologi, dalam mengatasi masalah pengangguran tidak hanya mencari sosusi saja, melainkan juga dengan meneliti latar belakang terjadinya pengangguran, keadaan masyarakat akibat dari pengangguran, setelah itu baru mencari solusi untuk mengatasi pengangguran tersebut.
Kebudayaan dalam Antropologi : Bersifat Dinamis dan Adaptif
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia denngan belajar. (koentjaraningrat, 2009:144). Artinya adalah kebudayaan merupakan hasil cipta karsa manusia dan dikembangkan oleh manusia dan dapat dijadikan patokan bagi kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan kebudayaan merupakan dari manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Karena manusia yang menciptakan kebudayaan, manusia tersebut juga yang melaksanakan kebudayaan tersebut dan kebudayaan juga dijadikan manusia sebagai patokan bagi kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwah antara manusia dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan lagi karena hampir semua tindakan manusia merupakan kabudayaan.
Berdasarkan kajian-kajian terdahulu dikatakan kebudayaan bersifat adaptif yaitu kebudayaan sebagai alat manusia untuk berstrategi dalam adaptasi untuk memenuhi segala kebutuhan hidup manusia baik dalam tataran individu maupun kelompok. Sedangkan kebudayaan yang bersifat dinamis adalah kebudayaan sangat mungkin untuk berubah baik ke arah progres ataupun yang regress. Artinya dengan adanya kebudayaan yang bersifat adaptip dan dinamis tersebut maka dapat memungkinkan dapat membantu mempermudah manusia dalam kehidupan. Yaitu dengan adanya kebudayaan yang bersifat dinamis maka kemungkinan kebudayaan dapat berubah sesuai dengan perkembangan waktu selain itu, dengan adanya kebudayaan yang bersifat adaptif yang artinya kebudayaan sebagai alat manusia untuk beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya kebudayaan yang bersifat adaptif dan dinamis sangat berhubungan erat, yaitu dengan berkembangnya kebudayaan karena adanya perkembangan zaman maupun perkembangan ilmu teknologi, namun dengan adanyan kebudayaan yang bersifat adaptif ini maka dapat membantu manusia untuk beradaptasi mengikuti perkembangan kebudayaan tersebut, sehingga dapat mempermudah manusia memenuhi kebutuhannya. Tetapi sebagai manusia yang telah dikariniani akal pikiran oleh sang pencipta, seharusnya manusia dapat memilih atau menyeleksi adanya perkembangan kebudayaan tersebut. Contoh dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita dapat dengan mudah melihat dan menikmati kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Sebagai makhluk berakal kita harus memilih dalam menerima dan menerima kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia, seharusnya kita memilih yang sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Seperti kebudayaan berpaian luar negeri berbeda dengan kebudayaan berpakaian di Indonesia. Kebudayaan berpakaian luar yang cenderung terbuka tidak layak untuk diterapkan atau ditiru di Indonesia.

Antropologi Terapan versus Antropologi Murni
Antropologi murni merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang teori-teori dalam antropologi dan tidak ada penerapan langsung dalam kehidupan. Sedangkan seperti yang sudah dijelaskan di kelas, antropologi terapan merupkan cabang ilmu yang mengkhususkan diri pada perubahan kebudayaan yang direncanakan dengan menggunakan pengetahuan antropologi. Selain itu, antropologi terapan juga merupakan bidang ilmu antropologi dimana pengetahuan, ketraampilan, dan sudut pandang ilmu antropologi digunakan untuk menolong mencari solusi bagi masalah-masalah praktis kemanusiaan dan memfasilitasi pembangunan. Dari kedua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa antropologi terapan merupakan cabang ilmu pengetahuan yang dimunculkan untuk menjawab perkembangan manusia masa kini dan membantu menyelesaikan masalah-masalah manusia masa kini serta memberikan fasilitas pembangunan. Artinya antropologi terapan merupakan cabang ilmu yang dimunculkan untuk menjawab tantangan zaman dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu antropologi tersebut dalam kehidupan.
Dengan adanya uraian mengenai kebudayaan yang bersifat dinamis dan adaptif serta uraian tentang antropologi murni dan antropologi terapan maka antropologi yang dibangun adalah antropologi yang dapat menjawab perkembangan zaman. Yaitu antropologi yang dapat mengatasi masalah-masalah manusia yang semakin hari semakin kompleks dengan adanya perkembangan waktu, ilmu pengetahuan. Dengan danya perkembangan waktu dan iptek, maka kebudayaan manusia juga turut berkembang. Dengan berkembangnya kebudayaan manusia, maka manusia juga dapat mengalami perubahan. Sehingga dengan danya perkembangan manusia yang semakin maju maka akan mempengaruhi kehidupan manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah kehidupan manusia. Sehingga dibutuhkan ilmu antropologi yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan manusia dan yang dapat memberi solusi dari masalah-masalah manusia tersebut, serta dengan memberikan fasilitas manusia untuk pembangunan ke arah yang lebih baik. Antropologi yang dibangun juga harusnya atas nama kemanusiaan, perkembangan dan peradaban manusia perlu adanya sebuah perubahan yang terencana untuk menuju masa depan yang lebih baik melalui pembangunan, namun dengan tetap menjaga keaslian dari kebudayaan manusia agar tetap ada. Sehingga dengan hal ini, maka kebudayaan asli manusia tetap ada, namun dengan adanya tentangan zaman antropologi dapat ikut memberikan solusi dalam menghapai masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Sehingga dengan adanya masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dapat diatasi dan dengan mengadakan perubahan atau pembangunan dan dapat merubah peradapan manusia menjadi yang lebih baik di masa depan. Sehingga dengan adanya masalah-masalah manusia yang semakin kompleks ini maka para antropolog tidak lagi bingung memposisikan dirinya sebagai antropolog, yaitu dengan membantu mengatasi masalah-masalah manusia yang semakin kompleks dimasa ini. Yaitu membantu memberikan solusi dengan pendekatan dan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan adanya masalah-masalah yang semakin kompleks ini, maka peranan antropolog pun semakin kompleks. Karena permasalahan yang terjadi pada manusia maka penuntasannya pun dilakukan dengan melihat menusia itu sendiri. Contoh dalam menuntuntaskan masalah pengangguran maka dalam penuntasannya dilakukan dengan meneliti latar belakang penyebabnya dahulu yaitu dengan meneliti bagaimana manusia tersebut.

Sumber:
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta